Jenewa, Gontornews – Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia (WHO), Margaret Chan, menyebutkan 2 juta kematian balita disebabkan oleh polusi udara. Menurutnya, lebih dari seperempat kematian anak balita terjadi akibat tercemarnya air dan udara.
Dalam laporannya, WHO menemukan 1,7 juta balita di seluruh dunia meninggal akibat pencemaran lingkungan atau 26 persen dari penyebab kematian balita di seluruh dinia.
“Pencemaran lingkungan mematikan satu anak-anak (tiap tahunnya),” kata Margaret Chan sebagaimana dilansir Live Science, Senin (6/3).
“Perkembangan organ, sistem kekebalan tubuh ditambah tubuh kecil dan saluran udara sangat rentan terhadap udara dan air yang kotor,” tambahnya.
WHO juga menambahkan bahwa rentannya dampak negatif dari polusi udara disebabkan karena banyaknya konsumsi makanan, minuman, udara hingga ruang bermain bagi anak. Hal ini yang seharusnya menjadi perhatian negara-negara untuk mengendalikan polusi udara dan air.
Dalam laporannya, WHO merinci penyebab kematian balita akibat polusi udara dan air: 570 ribu meninggal akibat infeksi pernapasan dari asap rokok dan asap kendaraan bermotor; 360 ribu meninggal akibat diare dari buruknya sanitasi dan kebersihan air; 270 ribu meninggal karena kelahiran prematur akibat terkontaminasinya ibu dengan polusi udara; 200 ribu meninggak akibat malaria; dan 200 ribu lainnya meninggal akibat keracunan (makanan).
Direktur Departemen Kesehatan Publik, Lingkungan WHO, Dr Maria Neira, mengajak sejumlah pihak agar memperhatikan kualitas air dan pengendalin bahan bakar yang ramah lingkungan.
“(Di antara bentuk) investasi dalam penghapusan risiko lingkungan terhadap kesehatan bisa dilakukan dengan meningkatkan kualitas air dan penggunaan bahan bakar bersih,” ungkapnya.
Maria mencontohkan pengurangan 75 persen penggunaan kompor dapat menekan angka pasien balita penderita infeksi pernafasan sekitar 46 persen. Sedangkan perbaikan sanitasi dan akses air minum yang bersih dapat menekan pasien balita penderita diare sekitar 45 persen. [Mohamad Deny Irawan/Rus]