Abidjan, Gontornews — Para pemimpin Afrika Barat, Selasa (14/6/2022) meminta pengecualian kepada Uni Eropa tidak memberikan sanksi keuangan karena aktivitas impor gandum dan pupuk dari Rusia. Mereka berdalih bahwa rantai impor gandum dan pupuk dari Moskow ke Afrika terputus menyusul terjadinya perang di Ukraina.
“Kami adalah korban dari situasi ini karena lemahnya ekonomi kami,” ungkap Ketua Uni Afrika, Macky Sall saat berbicara pada forum CEO Afrika ke-8 di Abidjan, Pantai Gading, Selasa 14 Juni 2022.
Sebagai informasi, Uni Eropa menerapkan sanksi keuangan kepada negara yang melanjutkan perdagangan energi dengan Moskow, tidak terkecuali impor yang masuk ke negara-negara di Afrika.
Bulan lalu, para pemimpin Uni Eropa setuju untuk memblokir sebagian besar impor minyak Rusia pada akhir tahun 2022 sebagai bentuk hukuman kepada Rusia atas invasinya ke Ukraina. Tetapi, Hongaria menentang seraya menyebut bahwa larangan tersebut mempengaruhi pengiriman minyak melalui jalur laut dan bukan pengiriman minyak pipa.
Sanksi atas ekspor gas Rusia ke Uni Eropa tertunda, meski rencana pembangunan pipa gas baru dari Rusia ke Jerman telah dibekukan. Merujuk pada standar ganda Uni Eropa tersebut, Uni Afrika menekankan bahwa ekonomi Afrika sangat menderita akibat krisis di Ukraina.
Sebelumnya, Presiden Pantai Gading, Alassane Ouattara, menyatakan keprihatinannya atas peningkatan inflasi dan risiko berkurangnya pasokan gandum di Afrika Barat akibat perang Rusia-Ukraina.
“Kami prihatin dengan perlambatan pertumbuhan (ekonomi) global dan ketersediaan produk-produk tertentu untuk Afrika seperti gandum, pupuk dan, tentu saja, oleh dorongan inflasi,” ungkap Presiden Ouattara, sebagaimana dilansir Anadolu Agency,
Ouattara mencatat bahwa inflasi telah mendorong pemerintah dan perusahaan untuk mengevaluasi ketergantungan mereka pada jaringan internasional. Ia tidak segan menyebut bahwa hal ini merupakan tantangan globalisasi dan gagasan perdagangan dunia hari ini. Perang Ukraina, tambahnya, semakin memperparah masalah kerawanan pangan di seluruh dunia.
Rusia dan Ukraina tercatat sebagai penyumbang 30 persen perdagangan gandum global. Akibat perang Rusia-Ukraina, harga gandum di Afrika naik hingga 60 persen. Bank Pembangunan Afrika, African Development Bank, memperingatkan, selain gandum, krisis pupuk dengan defisit sekitar 2 juta ton metrik. [Mohamad Deny Irawan]