Jakarta, Gontornews — Mulai tahun 2016 ini Indonesia menawarkan pelatihan (training) yang berkaitan dengan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia (SDM) bidang penerbangan kepada negara-negara di Afrika. Tak kurang ada 53 jenis training yang ditawarkan. Antara lain training keselamatan penerbangan, pelatihan pilot, navigasi, pemadaman kebakaran, dan keamanan penerbangan.
Utusan Khusus Menteri Perhubungan untuk ICAO (International Civil Aviation Organization) Prof Dr Ir Indroyono Soesilo menyebutkan, training ini merupakan bagian dari upaya Indonesia untuk meraih dukungan menjadi anggota Dewan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) kategori 3.
“Kami berharap suara dari negara-negara Afrika yang berjumlah 54 suara bisa diberikan kepada Indonesia,” papar Indroyono kepada Gontornews.com di Jakarta beberapa waktu lalu.
Lebih jauh ia menjelaskan, Pemerintah Indonesia perlu mencari dukungan dari negara-negara di Afrika. Untuk itu Pemerintah Indonesia menyediakan anggaran sebesar 150 ribu dolar AS (melalui ICAO) untuk menyelenggarakan training bagi wakil-wakil dari negara-negara Afrika. ”Kita lakukan pengembangan kapasitas bagi SDM penerbangan di negara-negara di Afrika. Dengan semangat solidaritas Asia – Afrika, Pemerintah Indonesia berharap memperoleh dukungan dari negara-negara itu,” kata mantan Menko Kemaritiman itu.
Selain dari negara-negara di Afrika, Pemerintah Indonesia juga akan mencari dukungan dari negara-negara di kawasan Amerika Latin dan negara-negara di Samudera Pasifik seperti Vanuatu, Haiti, Fiji, dan yang lain.
Indroyono menyebutkan, untuk bisa masuk menjadi anggota Dewan ICAO, Indonesia membutuhkan sedikitnya 125 suara. “Saat ini kami sudah memperoleh dukungan 97 negara, jadi kurang 30 suara lagi,” jelasnya.
Indonesia bersaing dengan Malaysia untuk memperebutkan kursi di Dewan ICAO. Pemilihan anggota Dewan ICAO akan berlangsung saat Sidang Umum ICAO ke-39 yang akan berlangsung di Montreal, Kanada, September 2016.
Indroyono optimis Indonesia bisa mengalahkan Malaysia dan menduduki kursi anggota Dewan ICAO. Pada pemilihan tiga tahun silam, Indonesia dikalahkan oleh Malaysia. Saat itu Indonesia hanya memperoleh 97 suara dari 151 negara anggota ICAO. Untuk bisa menjadi anggota dewan ICAO minimal harus mengumpulkan 125 suara. “Sebanyak 97 suara yang diperoleh pada tahun 2013 harus kita pertahankan, dan kita masih butuh dukungan 30 suara,” lanjut Indroyono.
Ayah tiga anak itu menjelaskan, demi mempermudah mencari dukungan negara-negara anggota ICAO, Indonesia harus memperbaiki kondisi penerbangan domestik terutama terkait masalah keamanan dan keselamatan.
Dalam hal keamanan penerbangan, skor ICAO Indonesia saat ini sudah mencapai 94,5, sementara skor keselamatan baru 40, sehingga masih dibutuhkan 25 skor untuk mencapai skor 65. “Skor keamanan kita sudah bagus. Kita tinggal tingkatkan skor keselamatan,” terang Indroyono sembari menambahkan, dukungan juga diharapkan dari Amerika Serikat dan Prancis.
Selama ini, produk pesawat terbang dari Amerika Serikat dan Prancis banyak digunakan Indonesia untuk mengembangkan industri penerbangan dalam negeri. [Rusdiono Mukri]