Bekasi, Gontornews — Sejak kuliah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ia sudah mandiri dalam ekonomi. Latar belakang keluarga yang biasa menuntutnya untuk bisa eksis melanjutkan kuliah meski harus menjadi tukang cuci pakaian para mahasiswa. Dialah Ita Husnatin.
Perempuan kelahiran Banyuwangi ini memang sosok yang tangguh. Selain tak malu meski harus bekerja saat kuliah, ia juga senang menulis. Tulisan-tulisannya ia abadikan dalam sebuah blogger. Dari sinilah ia mengasah cara menulis bagus. “Saya senang menulis, saya tuangkan di bloger saya,” ungkapnya.
Untuk mengetahui tayangan kisah Ita Husnatin bisa klik channel Tangan Langit Official ini.
Suatu saat, kemampuan menulisnya ini ia padukan dengan penelitian di lapangan. Ia pun mengikuti lomba karya ilmiah dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) mengupas seputar laundry syariah. Alhasil ia menjuarai tingkat satu dan dua sekaligus.
“Alhamdulillah setelah melalui seleksi cukup ketat dari para mahasiswa di seluruh Indonesia, akhirnya karya saya bisa menang dalam lomba tersebut,” ujarnya.
Apresiasi atas kemenangan itu, Husna mendapatkan hadiah sejumlah uang pembinaan sebesar 50juta dari Dikti dan 35juta dari UMY. “Uang hadiah itu saya gunakan untuk mengembangkan laundry syariah yang sudah saya rintis sebelumnya,” ujarnya.
Husna berkisah, bagaimana ia menjalani usaha laundrynya ini penuh dengan perjuangan. Di saat teman-teman kampus lainnya pulang dari kampus, ia menghampiri pelanggannya untuk mengambil pakaian kotor, rata-rata pelanggannya adalah mahasiswa di sekitaran kampus.
Tumpukan pakaian kotor yang ada di motornya menjadi saksi atas perjuangan Husna. Terkadang ia menangis ketika teringat ia membawa pakaian kotor baik di belakang atau di depan. “Saat terkena hujan, bau pakaian yang ada di depan saya tambah aromanya, saat itu kadang saya menangis,” kenangnya.
Namun ia sadar bahwa semua ini adalah tantangan yang harus ia taklukan. Bahkan dalam kondisi seperti itu, ia bertekad kuat akan menjadi lebih baik lagi. “Ya Allah, engkau saksinya detik ini, jika suatu saat nanti saya melewati jalan ini, saya dalam kondisi jauh lebih baik,” harapnya dalam doa.
Saat awal-awal menjalani usaha laundry, ia harus sembunyi-sembunyi dari ibu kosnya. Karena ia harus mengolah soda api dan diterjen untuk dijadikan pembersih saat itu. Bahkan pernah tangan Husna melepuh karena saat mengaduk tanpa pengaman.
Seiring perjalanan waktu, usaha laundry syariah berkembang, bahkan ia bisa membuka cabang di beberapa kota. Ia pun juga tidak lagi menggunakan tempat kos untuk mencuci pakaian kotor yang menumpuk.
Selain usaha laundry, Husna juga menjadi marketing property sekaligus menjalankan property kecil-kecilan. Caranya kerjasama dengan pemilik tanah yang akan dijual. Ia membangun rumah di atas tanah tersebut, lalu menjualnya. Hasilnya bagi hasil dengan pemilik tanah.
Sebenarnya di balik semangatnya Husna dalam berwirausaha saat kuliah itu karena ia punya target, di mana sebelum wisuda ia harus memiliki rumah sendiri dan kendaraan roda empat. “Alhamdulillah sebelum di wisuda saya sudah berhasil melampaui target tersebut. Rumah yang saya beli di Jogja sekarang saya jadikan home stay,” tuturnya.
Husna memang sosok multi talenta, saat menjadi mahasiswa ia juga pernah menjuarai lomba orasi yang diselenggarakan Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Yogyakarta yang diikuti oleh mahasiswa berbagai perguruan tinggi baik negeri maupun swasta di Yogyakarta.
Dalam orasinya, Husna memberikan analisis mengenai jiwa entrepreneurship atau kewirausahaan dan militansi beragama sebagai upaya dalam pembudayaan ekonomi syariah.
Seiring perjalanan waktu, Husna harus hijrah ikut bersama suami yang bekerja di Jakarta. Namun demikian jiwa entrepreneurnya terus ada. Ia pun membuka usaha fashion dengan nama Queen Syatila. “Saya mulai dari satu mesin jahit, lama lama berkembang puluhan mesin jahit,” ujarnya.
Awal merintis usaha konveksi ini ia membidik pasar busana Muslimah, lalu berkembang ke kaos kaki cantik, kebaya hingga usaha wedding. Kini, Queen Syatila selain memproduksi busana Muslimah eksklusif juga melayani makeup artist dan kebutuhan wedding.
Dalam sebuah momen, Husna juga pernah berprestasi dalam akang lomba desain fashion yang diadakan oleh salah satu asosiasi. Dia mengambil tema pakaian perempuan Dayak, dengan konsep Gagah Jelita. Setelah melalui proses panjang, ia memenangkan juara ketiga.
Di tengah kesibukannya, Husna juga aktif dalam organisasi Muslimah Bernama Salimah. Di organisasi ini selain untuk dakwah, ia juga bisa berinteraksi dengan para perempuan Muslimah yang ada di Bekasi khususnya, dan Muslimah di luar Bekasi umumnya.
Sebagai bentuk nilai dakwahnya, Husna mewakafkan ruangan lantai dua worksopnya yang ada di bilangan Jatiasih untuk kegiatan positif para pemuda atau ibu-ibu. “Kami terbuka untuk siapa saja yang ingin menggunakan lantai dua untuk kegiatan-kegiatan positif,” ujarnya.[Fath]