Memulai usaha tidak selalu diniatkan untuk dapat meraup keuntungan semata. Banyak hal yang bisa diniatkan dan diperoleh dengan membuka usaha. Salah satunya untuk bisa menjalin silaturahmi dengan orang lain. Inilah yang dilakoni Anita Rahmawati.
Perempuan asal Madiun, Jawa Timur, ini memulai usahanya dengan niat untuk bisa menjalin silaturahmi dengan para pelanggan. Baginya, semua pelanggan yang datang berbelanja di mini marketnya adalah saudara.
Selain itu, alumnus Pondok Modern Gontor Putri 2005 itu juga memulai usahanya agar bisa membantu masyarakat di sekitar rumahnya untuk bisa membeli kebutuhan hidup dengan harga terjangkau. Sebab selama ini, belum ada mini market yang bisa memberikan harga murah bagi masyarakat. “Mungkin ada hanya ketika ada promo saja,” jelasnya kepada Gontornews.com.
Dengan modal yang terbilang kecil untuk usaha sekelas minimarket, Anita bersama suami bertekad memulai usaha dengan nama Fazamart.
Saat awal membuka toko, belum ada sales yang bersedia menaruh barang di tokonya. Sehingga, modal sebesar Rp 75 juta, ia belikan beberapa kebutuhan untuk mengisi minimarketnya yang berada di Desa Kuwon, Magetan. Di antara barang-barang yang mengisi tokonya adalah kebutuhan sehari-hari, seperti sabun, sampo, dan pasta gigi.
Selain itu, Fazamart juga menyediakan segala jenis sembako, seperti beras, minyak sayur, gula, berbagai macam mi instan, serta aneka kecap dan saus.
Ia juga menyediakan berbagai perlengkapan bayi, seperti pakaian bayi, kasur dan gendongannya, berbagai macam dot dan perlengkapan bayi lainnya. Minimarket itu juga menjual aneka mainan anak-anak, pakaian anak-anak, dan pakaian dewasa. “Intinya, stok barang kami tidak banyak tapi yang penting komplit, ” jelasnya.
Lantaran berhasil memberikan pelayanan yang baik kepada pelanggan, banyak masyarakat yang terus berbelanja di minimarketnya. Sehingga secara perlahan, satu per satu sales berdatangan menitipkan barangnya. Dengan demikian ia tidak perlu bersusah payah kulakan.
Meski baru dua tahun memulai usaha, namun Anita berhasil memperoleh omset hingga ratusan juta rupiah setiap bulan. Ia memulai usahanya sebulan menjelang bulan suci Ramadhan. “Saat itu memang benar-benar berkah Ramadhan, omset kami sehari bisa mencapai Rp 18 juta,” katanya.
Perempuan yang juga berprofesi sebagai guru itu sangat bahagia bisa melayani pelanggan. Ia tidak pernah membeda-bedakan pelanggan. Sebab, menurutnya, hal itu merupakan salah satu cara menarik simpati pelanggan untuk terus berbelanja di tokonya.
Setiap pengusaha pasti merasakan suka duka. Sebab hal itu tak terlepas dari kehidupan setiap manusia. Termasuk Anita. Tak sedikit barang yang ia beli rusak dan tidak bisa dikembalikan. Terkadang stok barang kosong dari pabriknya, yang membuat pelanggan kecewa dan marah. Terpaksa Anita kulakan, yang membuatnya sangat lelah karena dalam keadaan hamil tua. “Tapi semua dibawa enjoy dan terus bersyukur saja,” ungkapnya.
Sistem delivery order
Pendapatan pedagang sangat fluktuatif. Tak terkecuali Anita. Ada masa panen dan ada masa sulit. Biasanya, masa-masa surut tiba saat musim hujan datang, seperti sekarang ini. Namun hal itu tidak membuatnya menyerah.
Untuk bisa terus memberikan pelayanan dan menjaga agar pendapatan stabil, ia berinisiatif menerapkan sistem penjualan delievery order (DO). Selain bisa menjaga pendapatan tetap stabil, sistem DO juga bisa membantu masyarakat untuk bisa memperoleh barang yang menjadi kebutuhannya. “Pelanggan hanya tinggal telepon atau SMS, nanti kami yang mengantarkannya,” tambahnya.
Langkah lain untuk mengantisipasi masa surut, Anita membuka cabang usaha lain: usaha kuliner seperti bakso dan mi ayam. Bakso dan mi ayam dipilih lantaran dinilai sebagai hidangan atau makanan yang dapat dinikmati kapan saja.
Selain itu, Anita ingin membuka minimarket berbasis syariah. “Agar bisa menciptakan kesejahteraan umat,” tandasnya. [Devi Lusianawati]