Siapa tak kenal dengan ulama muda yang video ceramahnya diburu para netizen di YouTube. Itulah KH Ahmad Bahauddin Nursalim, salah satu kiai muda asal Rembang, Jawa Tengah, yang tausyiahnya kental dengan bahasa Jawa namun kajian yang dibawakannya sangat berbobot layaknya cendekiawan Muslim sekelas profesor doktor. Padahal kalau dilihat dari riwayat pendidikannya, kiai muda yang akrab dipanggil Gus Baha ini tidak pernah sekolah formal dan tidak pernah sekolah di Timur Tengah.
Pendidikan Gus Baha hanya ditempuh di pesantren milik ayahnya di Narukan, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang dan Pondok Pesantren Al Anwar Karangmangu, Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang, asuhan KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen. Di pesantren ayahnya itulah Gus Baha pertama kali menempuh gemblengan keilmuan dan hafalan Alquran di bawah asuhan ayahnya langsung, KH Nursalim Al-Hafidz yang merupakan murid KH Arwani Kudus dan KH Abdullah Salam, Kajen, Pati Jawa Tengah.
Melalui didikan abahnya yang merupakan pengasuh Pesantren Alquran di Narukan, Rembang Jawa Tengah ini, Gus Baha mengkhatamkan Alquran beserta qiro’ahnya dengan lisensi yang ketat dari ayahnya di usianya yang masih sangat belia. Menginjak usia remaja ayahnya menitipkan puteranya ke Mbah Moen di Pondok Pesantren Al Anwar Karangmangu, Sarang, Rembang Jawa Tengah. Mondok di Al Anwar, Gus Baha merupakan santri yang paling menonjol. Kitab Shahih Muslim dihafalnya lengkap berikut matan, rawi dan sanadnya. Selain Shahih Muslim, kitab Fathul Mu’in dan kitab-kitab gramatika Arab seperti ‘Imrithi dan Alfiah Ibnu Malik pun dihafalnya hingga khatam.
Setelah pengembaraan ilmiahnya dirasa cukup, Gus Baha menikahi wanita pilihan pamannya dari keluarga Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur. Setelah menikah, Gus Baha mencoba hidup mandiri dengan keluarga barunya di Yogyakarta sejak 2003. Sejak hijrahnya ke Yogya banyak dari santrinya di Karangmangu, Rembang merasa kehilangan induknya. Hingga akhirnya mereka menyusul ke Yogya agar bisa mengaji lagi ke Gus Baha. Di Yogya pula banyak masyarakat sekitar yang ikut ngaji ke Gus Baha.
Pada tahun 2005 Gus Baha pulang sementara waktu untuk merawat ayahnya yang sedang sakit. Namun setelah beberapa bulan takdir berkata lain, ayahnya wafat. Karena diamanati ayahnya untuk melanjutkan tongkat estafet kepengasuhan di LP3IA Narukan, Gus Baha tak lagi meneruskan perjuangannya di Yogya. Banyak yang merasa kehilangan atas kepulangan Gus Baha ke kampung halamannya. Para santri sowan dan memintanya kembali ke Yogya. Akhirnya Gus Baha bersedia namun hanya satu bulan sekali, dan itu berjalan hingga kini.
Selain pengajian, Gus Baha juga aktif di Lembaga Tafsir Alquran Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta dan mengasuh pengajian tafsir Alquran di Bojonegoro, Jawa Timur. Selain itu Gus Baha merupakan ketua Lajnah Mushaf di UII Jogjakarta dengan para profesor, doktor dan ahli-ahli Alquran seantero Indonesia seperti Prof Dr Quraisy Syihab, Prof Zaini Dahlan, Prof Shohib dan para anggota Dewan Tafsir Nasional lain yang menjadi timnya. Pernah juga ditawari gelar Doctor Honoris Causa dari UII, namun demikian Gus Baha tidak berkenan.
Dalam jagat tafsir Alquran di Indonesia Gus Baha merupakan pendatang baru dan satu-satunya jajaran Dewan Tafsir Nasional yang berlatar belakang pendidikan nonformal dan nongelar. Meski begitu, kealimannya diakui banyak orang. Bahkan sekelas Prof Quraish Shihab memuji kelebihan Gus Baha. Pada suatu kesempatan pernah diungkapkan oleh Prof Quraish bahwa kedudukan Gus Baha di Dewan Tafsir Nasional selain sebagai Mufassir, juga mufassir fakih karena penguasaannya pada ayat-ayat ahkam yang terkandung dalam Alquran.
Karena memang setiap kali lajnah menggarap tafsir dan Mushaf Alquran, posisi Gus Baha selain sebagai mufassir seperti anggota lajnah lainnya, juga sebagai fakihul quran yang mempunyai tugas khusus mengurai kandungan fikih dalam ayat-ayat ahkam Alquran. “Sulit ditemukan orang yang sangat memahami dan hafal detail-detail Alquran hingga detail-detail fikih yang tersirat dalam ayat-ayat Alquran seperti Pak Baha,” jelas mantan Menteri Agama pada Kabinet Pembangunan VII Prof Dr Muhammad Quraish Shihab seperti dikutip banyak media.
Dai kondang Ustadz Adi Hidayat juga mengakui kealiman Gus Baha dengan menyebutnya sebagai Manusia Quran. “Di Rembang itu ada manusia Quran yang tidak banyak dikenal orang. Itu kalau bapak-ibu tanya tentang fikih-fikih dalam Alquran, itu beliau luar biasa. Namanya Gus Baha, Gus Baha. Kapan-kapan kalau ada pengajiannya, hadiri pengajiannya. Itu di antara orang yang mengerti Alquran,” kata Ustadz Adi Hidayat seperti dikutip muslimobsesion.
Kini santri kesayangan almarhum ulama kharismatik, Mbah Moen sangat populer dan viral di YouTube. Kemampuannya dalam menyampaikan pengetahuan disertai argumen sederhana dan gaya ceramahnya yang sesekali disertai guyonan membuat ceramahnya disukai banyak orang. Salah satunya M Shohibul Wafa Tajul Arifin, pemuda asal Batang Jawa Tengah yang menyukai ceramah Gus Baha, karena kemampuannya dalam menyampaikan pengetahuan yang sesekali disertai guyonan.
“Pernah ikut pengajian beliau waktu dulu di Jogja. Gus Baha kalau ngisi pasti bawa kitab referensi. Penyampaian sederhana tapi ngena, juga diselingi guyon. Pokoknya bagus ceramahnya,” ungkap alumni UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, M Shohibul Wafa Tajul Arifin kepada Majalah Gontor. [Muhammad Khaerul Muttaqien]