Depok, Gontornews — Keluarga cinta al-Qur’an adalah keluarga yang berhubungan erat dengan al-Qur’an dalam dua hal yakni belajar dan mengajarkannya. Sebagaimana Hadits Riwayat Bukhari yang sudah masyhur terdengar yakni, Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya.”
“Kalau belum bisa ya belajar. Kalau sudah bisa, semangat mengajarkannya,” terang dr Eka Rosyilia dalam sebuah seminar online Komunitas One Day One Juz.
Dokter umum sekaligus aktivis Yayasan Keluarga Cinta Al-Qur’an ini pun melanjutkan bahwa anak-anak tentunya semangat untuk belajar. Oleh sebab itu, orangtua yang sudah pandai, kewajibannya adalah mengajarkannya. Tetapi, sarannya, bagi orangtua yang mungkin belum pandai membaca al-Qur’an, tentu tidak boleh malu untuk tetap mau dan semangat belajar.
Lantas dalam hal apa sajakah yang dimaksud dengan belajar dan mengajarkan ini? “Ada empat hal yang perlu kita lakukan sehubungan dengan belajar dan mengajarkan al-Qur’an,” jelas dokter yang juga aktif di Indonesian Moslemah Charity Association (IMCA), Batam itu.
Pertama, membaca. Membaca al-Qur’an tentu berbeda dengan membaca tulisan biasa. Pembaca perlu menguasai kaidah-kaidah dasar membaca al-Qur’an seperti, makharijul huruf, tajwid, dan suara atau langgam yang merdu. Itulah sekurang-kurangnya dasar dalam membaca al-Qur’an.
Sisi lain dari membaca al-Qur’an adalah membacanya secara terus menerus (tadarus). “Yang jelas ada pembiasaan di keluarga untuk terus menghidupkan dan membudayakan membaca al-Qur’an,” ungkap dokter Ika.
Kedua, memahami maksud dan kandungan al-Qur’an diantaranya dengan membaca tarjamah dan kajian yang lebih mendalam, baik dengan membaca kitab-kitab tafsir atau mengikuti kajian yang mengupas isi dan kandungan al-Qur’an dari ahlinya. “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk peringatan atau pelajaran, maka adakah orang yang (mau) mengambil pelajaran?” (QS al-Qamar: 17)
Ketiga, mengamalkan. “In syaa Allah rumah dan keluarga tersebut senantiasa terang, syahdu, dan bahagia, penuh dengan keberkahan,” tambah dokter kelahiran Air Batu, 29 Mei 1983 itu.
Keempat, menghafalkan al-Qur’an yang mana manfaatnya dapat memperkuat ruhiyah dan keimanan kita. Motivasilah anak-anak untuk menghafalkan al-Qur’an karena di masa merekalah hafalan terkuat melekat dalam memori. Pun demikian dengan ayah ibu bersemangat untuk saling setor hafalan al-Qur’an di rumah masing-masing.
“Jika setiap rumah terdengar lantunan ayat-ayat al-Qur’an, maka mudah-mudahan hal ini akan membawa keberkahan untuk negeri ini,” pungkasnya. [Edithya Miranti]