Mosul, kota di Irak utara, pernah menjadi pusat perdagangan, industri dan komunikasi. Kota ini merupakan salah satu kota yang berkembang di Jalur Sutra (Silk Road).
Ahli geografi Muslim abad ke-10, al-Muqaddasi, menyebutkan Mosul sebagai kota metropolitan di kawasan utara Jalur Sutra. Menurutnya, Mosul adalah kota yang indah dengan iklim yang menyenangkan dan air yang jernih.
Mosul merupakan kota yang banyak memiliki taman, buah-buahan, tempat mandi, rumah dan bangunan yang megah, dan menyediakan daging yang sangat berkualitas.
Sebagai kota yang sangat terkenal, Mosul memiliki pasar yang sangat modern dan dilengkapi dengan banyak penginapan.
Tak hanya itu, Mosul juga menjadi tempat bagi orang-orang terpelajar. Di sini banyak ilmuwan, orang-orang yang memiliki otoritas tinggi dalam tradisi dan keilmuan, dokter, ahli filsafat dan ahli hukum.
Ilmuwan Mosul antara lain Bakr Kasim al-Mawsili yang menulis sebuah karya filsafat berjudul Fi ‘al-Nafs; Al-Qabisi, astronom dan matematikawan abad ke-10; dan dokter mata (opthalmologist) terkenal, Ammar al-Mawsili.
Di bawah kekuasaan dinasti Abbasiyah, Mosul menjadi pusat ekonomi utama di Jalur Sutra. Sejak saat itu, Mosul terus berkembang menjadi kota yang sangat modern. Barang-barang produksi melimpah, terutama tekstil atau tenun yang dikenal dengan sebutan “Muslin”, serta kerajinan tangan seperti permadani dan lukisan.
Mosul juga dikenal sebagai pusat industri logam dan minyak mentah. Barang-barang ini diproduksi dalam skala besar dan diekspor. Mosul, riwayatmu dulu! [Rusdiono Mukri]