Istanbul, Gontornews — Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dinilai menggunakan momentum kudeta gagal yang dilakukan kelompok militer untuk membawa Turki pada generasi agamis. Pascakegagalan kudeta tersebut, Erdogan mulai melakukan pembersihan pejabat negara dan perwira militer yang dianggap tidak loyal kepadanya.
Erdogan juga diduga menggunakan momentum tersebut sebagai jalan menuju islamisasi penuh yang tidak tampak semenjak jatuhnya Kekhalifahan Utsmaniyah. Demikian media online independent melaporkan Senin (18/7).
Pemerintah Turki terus melakukan pembersihan pejabat negara pascainsiden kudeta berdarah pada Jumat (15/7) malam. Pembersihan terus dilakukan dengan melakukan pemecatan 8.000 polisi, 30 gubernur, dan 52 pejabat pegawai negeri sipil bereselon. Selain itu, 70 laksamana dan jenderal bersama dengan 3.000 tentara serta 2.700 anggota peradilan dipecat atau ditahan, Sabtu (16/7).
Rakyat Turki turun ke jalan-jalan sambil bertakbir “Allahu Akbar”, dan sejumlah ulama membacakan ayat-ayat al-Qur’an menggunakan pengeras suara di Taksim Square di pusat Kota Istanbul.
Di samping itu, sekitar 85 ribu masjid di Turki juga memainkan peran penting dalam memobilisasi massa untuk berunjuk rasa secara besar-besaran melawan kelompok prokudeta. Area Gezi Park di Istanbul, yang dikenal sebagai basis oposisi pemerintahan Erdogan tiga tahun lalu, saat itu juga dipenuhi pendukung setia Presiden Erdogan.
Menurut laporan tersebut, islamisasi makin menguat di Istanbul. Pendukung setia Erdogan kerap membanjiri pusat-pusat keramaian, sehingga melunturkan gaya hidup masyarakat sekuler di negeri tersebut.
Partai pimpinan Erdogan, Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang memenangi pemilihan umum pertamanya pada 2002, juga memiliki peranan membalikkan sekularisasi yang diperkenalkan oleh Kemal Ataturk pada 1923. Kini banyak lembaga-lembaga sekuler di negara tersebut kehilangan pamornya.
Dalam sebuah kesempatan, Erdogan pernah menyampaikan harapannya ingin melihat “pertumbuhan generasi agama” yang akan menggantikan dominasi sekuler di Turki. Kudeta yang gagal akan memungkinkan pelaksanaan sistem pemerintahan berdasarkan nilai-nilai Islam. Harapan itu akan makin mudah setelah pendukung prokudeta ditangkap dan dipenjara.
Sebagai informasi, Erdogan terpilih menjadi Presiden Turki ke-12 hasil pemilihan presiden yang digelar secara demokratis pada 10 Agustus 2014. Dilantiknya pria yang pernah menjadi pemain sepak bola semi profesional pada usia 16 tahun ini makin membuka era baru Turki. Salah satunya dengan disusunnya konstitusi baru yang akan menstransformasi Turki sebagai negeri Islam yang demokratis. [Ahmad Muhajir/Rus]