Pasang Iklan Pasang Iklan
  • Profil
  • Redaksi & Manajemen
  • Info Iklan
  • Panduan Kebijakan Media
  • Berlangganan Majalah
  • Komplain Majalah
Senin, 19 April, 2021
Gontornews
  • Home
  • GN
  • News
    • Dunia
    • Nasional
    • Nusantara
  • Inspirasi
    • Sirah
    • Dakwah
    • Hidayah
    • Ihwal
    • Jejak
    • Sukses
    • Mujahid
    • Oase
  • Pendidikan
    • Lembaga
    • Buku
    • Beasiswa
    • Risalah
    • Khazanah
    • Keluarga
  • Muamalah
    • Ekonomi
    • Peluang
    • Halal
    • Rihlah
    • Konsultasi
  • Tadabbur
    • Tafsir
    • Hadis
    • Dirasah
  • Values
    • Tausiah
    • Sikap
    • Mahfudzat
    • Cahaya
    • Kolom
    • Afkar
  • Saintek
    • Sains
    • Teknologi
    • Kesehatan
    • Lingkungan
  • Laput
    • #IBF2020
  • Wawancara
  • Gontoriana
    • Pondok
    • Trimurti
    • Risalah
    • Alumni
    • Wali Santri
  • MG-El
No Result
View All Result
Gontornews
No Result
View All Result
Home Values Cahaya

Pemimpin dalam Perspektif Hadis

Rusdiono Mukri by Rusdiono Mukri
5 Januari 2017
in Cahaya
0

Oleh Dr H Abdul Malik Ghozali  Lc MA

Dosen Hadis Fakultas Ushuluddin & Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung

 

عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الخُدْرِي رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ عَادِلٌ وَأَبْغَضَ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ وَأَبْعَدَهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ جَائِرٌ ».

BACA JUGA

Taujih Tarhib Ramadhan

Pondasi Kemenangan

ADAB

Karakter Munafik, Waspadalah!

Metro TV, Mau Ke Mana?

 

Diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri berkata: Rasulullah SAW bersabda:”Sesungguhnya manusia yang paling Allah cintai dan paling dekat kedudukannya dari Nya pada hari kiamat adalah pemimpin yang adil, dan manusia yang paling Allah murkai dan paling jauh kedudukannya dari-Nya adalah pemimpin yang  zalim. (HR  Tirmidzi dalam Sunan Tirmidzi, no hadis 1329)

Hadis ini menurut Imam Tirmidzi berstatus hasan gharib, walaupun sebagian ulama hadis men-dhaif-kannya (seperti Albani-Dha’īf Tirmidzi). Selain Tirmidzi, beberapa ulama hadis meriwayatkan hadis ini; Imam al-Qadha’i dalam Musnad Syihab al-Qadha’i no 5961, Imam Ahmad dalam Musnad Ahmad, no hadis 11475, Imam al-Baihaqi dalam as-Sunan al-Kubra, no hadis 20664. Bila dilihat maknanya, hadis ini diperkuat dengan hadis-hadis lain sejenis yang berbicara tentang balasan pemimpin yang adil dan ancaman terhadap pemimpin yang zalim. Hadis ini juga sebagai penjelas ganjaran pemimpin yang adil dengan kebahagiaan dan kemuliaan. Di sisi lain, ada juga ancaman bagi pemimpin zalim dengan kerendahan dan kehinaan di hadapan Allah di hari kiamat kelak.

Tentang eksistensi dan urgensi kepemimpinan, Nabi SAW bersabda: ”Ketahuilah setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya, seorang Amir (gubernur) yang memerintah rakyatnya adalah  pemimpin, ia bertanggung jawab terhadap rakyatnya, seorang laki-laki (suami) adalah pemimpin terhadap anggota keluarganya, ia bertanggung jawab atas mereka, seorang wanita (istri) adalah pemimpin terhadap urusan rumah tangga suaminya dan anak-anaknya, ia bertanggung jawab atas mereka, seorang hamba sahaya adalah pemimpin, bertanggung jawab atas harta majikannya. Ketahuilah setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya”. (HR Bukhari, no hadis 2278 dan Muslim no hadis 4828). Bahkan Nabi SAW mengancam masyarakat yang hidup tanpa pemimpin, bila nanti mereka mati, maka dinilai kematiannya dengan kematian jahiliyah (maitah jāhiliyah). (Ahmad dalam Musnad, no 17339).

Syarat-syarat Pemimpin

Syarat-syarat pemimpin menurut Al-Mawardi (w. 450 H.) dalam al-Ahkām as-Sulthāniyah ada tujuh. Pertama, memiliki sifat adil dengan segala bentuknya. Sifat ini sangat penting bagi seorang pemimpin dan merupakan tujuan kepemimpinan dalam Islam, yaitu menegakkan keadilan secara luas di muka bumi. Banyak riwayat hadis Nabi SAW yang menjelaskan ganjaran pemimpin yang adil, di antaranya diriwayatkan dari Abdullah bin Amr (bin Ash) RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Sesungguhnya (para pemimpin) yang berbuat adil -nanti di Hari Kiamat- dekat di sisi Allah berada di mimbar-mimbar terbuat dari cahaya, dan kedua tangan Allah adalah kanan (ungkapan kiasan bahwa Allah selalu berbuat baik kepada hambanya), mereka itulah orang-orang yang berlaku adil dalam memerintah mereka (rakyatnya), keluarganya, dan semua yang berada di bawah pemerintahannya.” (HR Muslim – 4825).

Kedua, memiliki ilmu pengetahuan yang dapat membawanya kepada ijtihad dalam memecahkan problematika rakyat dan permasalahan hukum. Ketiga, memiliki panca indera yang baik, baik penglihatan, pendengaran, pembicaraan yang baik sehingga ia dapat melihat, mendengar aspirasi rakyat, dan menyampaikan solusinya. Keempat, bebas dari kecacatan dalam tubuhnya, yang dapat menghalanginya bergerak cepat. Kelima, memiliki pemikiran cerdas yang dapat mengatur kemaslahatan dan kedaulatan rakyat. Keenam, memiliki keberanian dan kepedulian yang tinggi yang dapat melindungi dan mengayomi rakyat dari segala musuh. Ketujuh, memiliki nasab yang baik; yaitu nasab Quraisy.

Al-Mawardi dalam syarat ketujuh ini lebih cenderung mengambil tekstual hadis yang mengutamakan suku Quraisy, seperti hadis: ”al-Aimmat min Quraisy” (Para pemimpin itu dari kalangan kaum quraisy. (HR Ahmad).

Pemahaman hadis tentang pemimpin dari kalangan Quraisy ini menjadi perdebatan para ulama. Sebagian menerjemahkan secara harfiyah, bahwa kepemimpinan berasal dari kalangan kaum Quraisy. Pendapat ini didasari pada hadis Nabi tersebut yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal dalam al-Musnad (26/174-12641) yang sebenarnya dapat dipahami secara luas. Pendapat kedua, memahami bahwa kesukuan Quraisy bukanlah syarat dalam kepemimpinan, namun sifat-sifat yang baik pada kaum Quraisy dapat dijadikan acuan dalam kepemimpinan. Memang secara fakta diakui bahwa Nabi SAW dan para Khulafa Rasyidin dari kalangan kaum Quraisy. Namun perlu dipahami dengan bijak, bahwa Nabi SAW sendiri tidak menafikan ada sebagian kaum Quraisy yang tidak bijak dalam memimpin. Karena dalam redaksi lanjutan hadis tersebut Nabi SAW mengingatkan: ”Pemimpin dari kalangan Quraisy, sesungguhnya mereka memiliki hak atas kalian, begitu juga kalian memiliki hak atas mereka, jikalau mereka diminta berlaku kasih sayang, mereka pun akan bersikap kasih sayang, jika mereka berjanji, mereka akan menepati, jika memimpin mereka berlaku adil, barangsiapa di antara mereka tidak melakukan itu maka laknat Allah, para malaikat dan semua manusia atas dirinya itu”. (Musnad Ahmad 26/174-12641).

Berbeda dengan al-Mawardi, al-Qalqasyandi dalam Ma’ātsir al-Ināfah fī Ma’ālim al-Khilāfah, menyebutkan syarat pemimpin itu ada 14, yaitu: (1) Laki-laki, (2) Baligh, (3) Berakal, (4) Melihat, (5) Mendengar, (6) Bisa Berbicara, (7) Fisik Utuh/Tidak cacat, (8) Merdeka, (9) Muslim, tidak sah pemimpin kafir asli atau murtad. Karena tujuan kepemimpinan adalah mengurusi maslahat kaum Muslimin dan membela agama. Hal ini tidak akan terwujud kecuali dari pemimpin Muslim,  (10) Berbuat adil, (11) Pemberani, (12) Berpengetahuan luas, (13) Cerdas, visioner, dan taat beragama, dan (14) Memiliki nasab yang baik.

Terkait syarat Islam pada pemimpin yang dikemukakan al-Qalqasyandi diperkuat dengan riwayat Abu Musa al-Asy’ari, saat menjadi Gubernur di Damaskus, mengangkat seorang sekretaris dari kalangan non-Muslim. Umar bin Khattab terkagum-kagum dengan ketelitiannya. Dan meminta Abu Musa untuk membawanya ke Madinah membaca catatan-catatan yang ada untuk dikoreksi. Namun setelah mengetahui bahwa sekretarisnya itu non-Muslim, Umar menghardik  Abu Musa, kemudian membacakan surat al-Maidah ayat 51. Abu Musa pun membela diri bahwa si non-Muslim itu hanya sekretaris (pencatat). Umar pun menyanggahnya dengan pertanyaan, tidak adakah yang pandai menulis dari kalangan Muslim? Kalau dia (non-muslim) sudah berkhianat kepada Allah, maka tidak layak untuk dipercaya.” (al-Baihaqi dalam Sunan Kubra, no hadis 20910).

Pelayan dan Pengayom Rakyat

Pemimpin dalam Islam sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para Khulafa Rasyidin bertugas melayani kepentingan rakyatnya. Pemimpin bukan majikan yang bisa memerintah sesuka hati. Pemimpin bukan diktator yang menyiksa dan memeras rakyatnya. Justru pemimpin adalah pelayan dan pengabdi rakyatnya. Pemimpin sebagai pengayom dan pelindung rakyat dari gangguan musuh yang dapat membahayakan dan mencelakakan rakyatnya. Dalam satu hadis sahih yang diriwayatkan Aisyah radiyallāhu ‘anha bahwa Rasulullah SAW selalu berdoa: ”Allāhumma man waliya min amri ummatī syai’an fasyaqqa alaihim fasyquq ‘alaihi wa man waliya min amri ummatī syai’an fa rafaqa bihim farfuq ‘alaihi” (Ya Allah ya Tuhanku, barangsiapa yang memerintah urusan umatku kemudian ia mempersulit mereka maka persulitlah dia, dan barangsiapa yang memerintah umatku kemudian ia lemah lembut kepada mereka maka kasihanilah dia). (HR Muslim-4826).

Bahkan Nabi SAW mengecam pemimpin yang kasar kepada rakyatnya: ”Inna Syarra ar-Ru’ā al-Khuthamah fa iyyāka takūna minhum” (Sejelek-jeleknya pemimpin adalah yang bersikap kasar dan bengis kepada rakyatnya dan jangan sampai kamu menjadi bagian dari mereka). (HR Muslim-4838).

Banyak contoh yang diberikan Nabi untuk bersikap lemah lembut kepada umatnya. Dalam satu kisah yang disebutkan Ibnu Katsir dalam Sirah Nabawiyah (2/410), ketika Nabi SAW melakukan inspeksi barisan pasukan Muslimin dalam perang Badar. Di tangan beliau sebuah anak panah, ketika beliau melewati Sawad bin Ghaziyah ternyata posisinya tidak lurus, maka Rasulullah SAW menunjuk ke perutnya dengan anak panah itu sambil berkata: ”Luruskan ya Sawad!” Maka Sawad berkata: ”Ya Rasulullah engkau telah menyakitiku dan sungguh Engkau diutus oleh Allah dengan kebenaran dan keadilan maka aku menuntut keadilan!” Maka Rasulullah SAW menyingkap bajunya sehingga perutnya terlihat, kemudian mengatakan: ”Silakan kamu memukulnya seperti aku memukul perutmu!” Tiba-tiba Sawab memeluk Nabi SAW dan mencium perutnya. Maka Nabi SAW terheran-heran dengan perilaku Sawad: ”Mengapa engkau melakukan ini?” Ia menjawab: ”Ya Rasulullah, saat ini aku hadir di hadapanmu, dan aku berharap jika hari ini merupakan waktu terakhir bagiku bersamamu, kulitku telah bersentuhan dengan kulitmu yang mulia.” Maka Nabi SAW mendoakannya dengan kebaikan. Ini sekelumit kisah kepemimpinan Nabi SAW terhadap rakyatnya. Betapa agung dan lembutnya Nabi SAW dalam bersikap terhadap rakyatnya termasuk prajuritnya. Sifat-sifat inilah yang diikuti oleh para Khulafa Rasyidin setelahnya.

Lihatlah Umar bin Khattab, begitu zuhudnya dalam kehidupannya sebagai khalifah. Ia rela hidup sangat sederhana demi memakmurkan dan mengabdi pada rakyatnya. Baju yang dikenakan tidak lebih baik dari pakaian rakyatnya –Anas bin Malik melihat empat tambalan di baju Umar. Sampai tempat tinggalnya pun bukan istana melainkan rumah geribik beralaskan tikar pelepah pohon kurma. Hal inilah yang membuat utusan Kaisar Romawi terkagum-kagum dengan kesederhanaan Umar sebagai pemimpin.

Bahkan ada satu kisah yang sangat menyentuh hati, betapa pemimpin sehebat Umar, yang namanya disegani musuh di seantero Jazirah Arab dan sekitarnya saat itu, yang memiliki pasukan berani mati, mau melayani rakyat jelata. Ketika ia berjalan menelusuri pelosok kota Madinah didampingi seorang pegawainya, dijumpai sebuah rumah yang dihuni seorang wanita janda dengan beberapa anaknya yang masih kecil tengah menangis karena kelaparan. Maka sang ibu sempat mengeluh, mengadu kepada Allah tentang kesulitannya ini. Umar dan pegawainya yang berada di luar mendengar rintihannya. Umar dan seorang pegawainya akhirnya mengetuk pintu rumah itu, dan bertanya apa yang terjadi.  Sang wanita bercerita, sejak Umar menjadi Khalifah ia tidak mendapatkan jatah gandum dari negara sehingga anak-anaknya kelaparan. Umar pun berkata kepadanya: ”Saya akan sampaikan kepada Umar, dan saat ini, aku melihat ibu sedang memasak?” “Ya, aku sedang merebus batu kerikil untuk meredam tangisan anak-anakku hingga mereka menyangka aku sedang memasak, dan merekapun akhirnya tertidur karena lelah menangis.”

Akhirnya Umar keluar, kedua matanya berkaca-kaca, mengecam dirinya sendiri karena telah menelantarkan satu keluarga wanita janda yang tak berdaya. Kemudian ia menuju baitul mal mengambil sekarung gandum dan kebutuhan lain yang diperlukan. Kemudian barang-barang itu dipanggul Umar sendiri, ketika pegawainya menawarkan diri untuk membawa barang tersebut, sambil berkata: ”Wahai Amirul Mukminin biarlah saya yang membawa barang-barang ini, tidak pantas bagimu membawanya”. Umar pun marah dan berkata: ”Maukah engkau menanggung dosa-dosaku di hari kiamat nanti, karena kelalaianku menelantarkan keluarga wanita miskin itu, biarlah badanku ini menanggung kepayahan dan kehinaan saat ini”. Akhirnya, Umar memberikan barang-barang yang dibutuhkan keluarga tersebut, meskipun sang wanita tidak mengetahui bila sang khalifah-lah yang mengantarkan sendiri barang-barang tersebut.

Itulah sekelumit kisah Umar bin Khattab, ketika menjadi khalifah menempatkan dirinya sebagai pengayom dan pelayan masyarakat. Begitu pula yang dilakukan oleh Khulafa Rasyidin yang lain. Mereka sadar menjadi pemimpin bukanlah sebagai kebanggaan yang patut disombongkan, tapi sebagai amanat dan ujian. Pemimpin bagi mereka adalah pelayan sekaligus pengayom rakyatnya. Bisa jadi para khulafa ini menyadari hal ini dalam rangka mengikuti jejak Rasulullah SAW dalam memimpin umatnya. Dan juga mereka memahami doktrin yang telah Nabi SAW sampaikan dalam sabdanya: ”Mā min ‘Abdin yastar’ihīllahu ra’iyyatan yamūtu yawma yamūtu wa huwa ghāsysyun li ra’iyatihi illa harramallāhu ‘alaihi al-jannata.” (Tidak ada seorang hamba yang diamanatkan oleh Allah menjadi pemimpin atas rakyatnya, ia mati pada saat hari kematiannya dalam keadaan telah mengkhianati amanat yang telah diberikan oleh rakyatnya kecuali Allah haramkan ia masuk syurga. (HR Muslim-4834).

Itulah model pemimpin yang telah diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW kepada umatnya. Semoga pemimpin bangsa kita saat ini dapat mengikuti suri teladannya. Wallāhu’alamu bish-Shawāb.

 

Tags: Pemimpin Muslim
Share5Tweet3Send
Previous Post

Tahun 2017 Nilai Produksi IKM Alas Kaki Ditargetkan Rp 24 Triliun

Next Post

Barokah Kebersamaan

Rusdiono Mukri

Rusdiono Mukri

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Driver Ojek Online Itu Wali Santri Gontor

Driver Ojek Online Itu Wali Santri Gontor

11 April 2021
Masjid Jami' Pondok Modern Darussalam Gontor

Pendaftaran Gontor Dilakukan Online. Begini Caranya!

30 April 2020
Tawaran Beasiswa dari Pemerintah Turki

Beasiswa Program S2 dan S3 Australia 2021-2022

4 Maret 2021
Foto: Rusdiono/Gontornews.com

Ketua Umum IKPM Bogor: Berlibur Bukan Berarti Berhenti Bergerak dan Berbuat Kebaikan

10 April 2021
Foto: Koleksi pribadi

Di Bulan Ramadhan, Penistaan Agama Kembali Terjadi, HNW: RUU Perlindungan Tokoh dan Simbol Agama Makin Penting Segera Disahkan

19 April 2021
Brigadir Jenderal Mohammad Hejazi adalah wakil komandan Pasukan Quds. (Foto: Arabnews.com)

Wakil Komandan Pasukan Quds Iran Meninggal karena ‘Kondisi Jantung’

19 April 2021
Orang-orang berkumpul di lokasi kereta penumpang tergelincir dan melukai sedikitnya 100 orang, dekat Banha, Provinsi Qalyubia, Mesir, Aahd, 18 April 2021. (AP)

Lagi, Kecelakaan Kereta di Mesir: Sebelas Orang Tewas 98 Cedera

19 April 2021
Foto: Hurriyetdailynews.com

Universitas Turki Kembangkan Kandidat Vaksin COVID-19

19 April 2021
Foto: Koleksi pribadi

Di Bulan Ramadhan, Penistaan Agama Kembali Terjadi, HNW: RUU Perlindungan Tokoh dan Simbol Agama Makin Penting Segera Disahkan

19 April 2021
Pakar IPB: Porang Bisa Turunkan Gula Darah

Pakar IPB: Porang Bisa Turunkan Gula Darah

18 April 2021
Gontornews

Kantor :
Jalan Taman Sejahtera No.1A RT.06 RW.03 (Samping Masjid Jami' Al-Munir) Gandaria Selatan, Cilandak, Jakarta Selatan
Telp : 021-29124801
Fax : 021-29124802
Layanan Pelanggan : 0819-1515-1456 (Khusus WA)
Email :
sirkulasi@gontornews.com
iklan@gontornews.com
penjualan@gontornews.com

Cari

No Result
View All Result

Tentang Kami

  • Profil
  • Redaksi & Manajemen
  • Info Iklan
  • Panduan Kebijakan Media
  • Berlangganan Majalah
  • Komplain Majalah

© 2018 gontornews.com. All Rights Reserved

  • Home
  • GN
  • News
    • Dunia
    • Nasional
    • Nusantara
  • Inspirasi
    • Sirah
    • Dakwah
    • Hidayah
    • Ihwal
    • Jejak
    • Sukses
    • Mujahid
    • Oase
  • Pendidikan
    • Lembaga
    • Buku
    • Beasiswa
    • Risalah
    • Khazanah
    • Keluarga
  • Muamalah
    • Ekonomi
    • Peluang
    • Halal
    • Rihlah
    • Konsultasi
  • Tadabbur
    • Tafsir
    • Hadis
    • Dirasah
  • Values
    • Tausiah
    • Sikap
    • Mahfudzat
    • Cahaya
    • Kolom
    • Afkar
  • Saintek
    • Sains
    • Teknologi
    • Kesehatan
    • Lingkungan
  • Laput
    • #IBF2020
  • Wawancara
  • Gontoriana
    • Pondok
    • Trimurti
    • Risalah
    • Alumni
    • Wali Santri
  • MG-El
No Result
View All Result

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com