لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri,yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (QS Ali Imran: 164)
Pendidikan merupakan usaha integral yang terencana dengan baik, serius dan sungguh-sungguh dalam rangka memenuhi unsur-unsur tarbiyah (pemeliharaan dan peningkatan potensi), ta’dib (penguatan etika dan moral, pembangunan karakter), ta’lim (pembekalan ilmu), tazkiyah (pensucian hati dan jiwa) pada diri peserta didik agar dapat menjalankan kehidupan dengan sebenar-benarnya dan sebaik-baiknya berdasarkan tuntunan dan contoh dari pendidik utama ummat Rasulullah SAW. Berdasarkan pembacaan terhadap ayat-ayat Al-Qur’an, terdapat beberapa ayat yang secara eksplisit mauoun implisit menawarkan kriteria pendidikan terbaik, komponen-komponen pendidikan terbaik, berikut pelaku pendidikan terbaik yang akan mengantarkan ummat menuju ummat terbaik ‘خير أمة.
Ayat 164 surat Ali Imran di atas, secara implisit menyebut anugerah dan karunia Allah yang sangat besar adalah diutusnya seorang Rasul yang berfungsi di antaranya sebagai pendidik bagi ummatnya. Anugerah itu disebut dengan kata المن yang artinya المنة nikmat. Imam As’Sa’di menyebutnya sebagai nikmat terbesar dan asal semua nikmat ‘أكبر النعم وأصلها . Isyarat nabi sebagai pendidik di ayat ini dapat dilihat dari tiga komponen inti dalam sebuah proses pendidikan yang disebut oleh ayat dengan redaksi ‘membacakan ayat-ayat Allah (tilawah), membersihkan jiwa mereka (tazkiyah), dan mengajarkan Al-Kitab dan Al-Hikmah (ta’lim).
Senada dengan itu adalah surat Al-Baqarah: 129 dan Al-Jumu’ah:2. Yang pertama do’a Nabi Ibrahim as setelah selesai meninggikan pondasi ka’bah sebagai sarana sekaligus kiblat ibadah ummat. Beliau memohon agar diutus seorang Rasul dengan tugas utama sebagai Rasul dan pendidik, yaitu tilawah, tazkiyah, dan ta’lim. Imam Ibnu Katsir memahami ayat ini sebagai kesempurnaan dan puncak permohonan Nabi Ibrahim AS, yaitu hadirnya seorang pendidik dari kalangan sendiri. Kedua surat Al-Jumu’ah: 2 yang menegaskan urgensi keberadaan pendidik yang menjalankan tiga kurikulum Ilahiyyah secara integral dalam rangka membangun ummat terbaik.
Fungsi Nabi dan Rasul sebagai pendidik ummat dapat juga disimpulkan dari semua perjuangan dan pengorbanan para nabi dan rasul yang orientasinya adalah ‘ishlah dan tarqiyyatul ummah’ perbaikan dan peningkatan ummat dalam semua potensi yang dibutuhkan menuju pribadi-pribadi rabbani, menjalankan kehidupan sesuai aturan dan tuntunan-Nya, berjuang dan berkorban di jalan-Nya. Kepribadian seperti itulah memang di antara out put yang diharapkan dari sebuah proses pendidikan yang panjang.
Rasulullah SAW menegaskan dirinya dalam sebuah riwayat sebagai seorang pendidik ‘mu’allim’:
دخَل النبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم المسجدَ وقومٌ يذكُرونَ اللهَ ، وقومٌ يُذاكِرونَ الفقهَ ، فقال النبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم : كِلا المجلسينِ على خيرٍ ، أما الذين يذكُرونَ اللهَ – تعالى – ويسألونَ ربَّهم ، فإن شاء أعطاهم وإن شاء منَعهم ، وهؤلاءِ يعلمونَ الناسَ ويتعلَّمونَ ، وإنما بُعِثتُ معلمًا ، وهذا أفضلُ فقعَد معهم
Hadis Abdullah bin Amr yang diriwayatkan oleh Al-’Iraqi dan Al-Bushiri ini mengisyaratkan urgensi proses pendidikan dibanding amaliah ubudiyyah mahdhah. Kemudian Rasulullah SAW menegaskan maksud diutusnya beliau adalah sebagai tenaga pendidik dan pengajar. Istilah murabbi, mu’allim, mu’addib, mudarris, dan sebagainya merupakan terminologi yang dirujuk untuk pendidik. Karena tidak ada dikhotomi dalam sebuah proses pendidikan antara mengajar, menuntun, membimbing, mengasuh, mengadab, dan sebagainya. Kesemuanya adalah satu kesatuan yang saling terikat dan melengkapi dalam agenda besar pendidikan. Sebagaimana yang dirumuskan dalam Konferensi Islam Internasional 1 di Mekkah pada tahun 1977 yang menyebut berbagai istilah untuk pendidikan; tarbiyah, ta’lim maupun ta’dib.
Imam Ibnu Taimiyah dalam ‘Majmu’Fatawa’ dan Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam ‘As’ilah dan Ajwibah’ menukil riwayat bahwa kependidikan Rasulullah SAW adalah langsung dari Allah swt sehingga sangat layak untuk mendidik ummatnya:
أدبنى ربى فأحسن تأديبى ” ‘Allah lah yang mendidikku, maka baiklah adabku’
Yang sangat prinsip dan menjadi prioritas dalam menghadirkan pendidikan terbaik adalah tersedianya sosok pendidik terbaik. Keberadaan pendidik yang memahami tugas dan amanahnya akan menjadi modal utama keberhasilan sebuah pendidikan, di level dan bentuk pendidikan apapun. Sedang ketersediaan sarana pra sarana dalam bentuk apapun, merupakan penunjang dan supporting system. Karena pada intinya, pendidik lah yang akan menggunakan semua media tersebut dan memberdayakannya untuk tujuan dan cita-cita pendidikan yang diharapkan.
Al-Qur’an ketika menyebut sosok pendidik menggunakan terminologi yang berbeda yang menunjukkan perbedaan kualifikasi, kapasitas dan karakteristik masing-masing pendidik. Setiap dari terminologi itu mengisyaratkan karakteristik yang beragam yang saling melengkapi dan membantu melahirkan pribadi ideal di tubuh ummat dari beragam kualifikasi yang dimiliki oleh para pendidik secara sinergis.
Ayat-ayat Al-Qur’an bertema pendidik secara ekplisit terdapat dalam Ali Imran: 18, Fathir: 28, An-Nahl: 43, Al-Kahfi: 66 dan An-Najm: 5-6. Ternyata sebagian besar merupakan ayat-ayat Madaniyah, kecuali Ali Imran: 18 yang termasuk kategori ayat Makkiyyah. Ini mengisyaratkan bahwa persoalan tenaga dan subjek pendidikan merupakan pembahasan yang urgen dalam Islam. Keberlangsungan dan keberhasilan pendidikan sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh kualitas para pendidik. Ungkapan Arab berkata: الطريقة أهم من المادة والمدرس أهم من الطريقة: ‘Metode yang baik lebih penting dari sekedar bobot atau muatan materi. Namun keberadaraan seorang pendidik jauh lebih urgen dari sekedar metode atau materi saja’.
Demikianlah, pendidikan terbaik mampu melahirkan pribadi-pribadi terbaik, masyarakat dan ummat terbaik. Karenanya menghadirkan pendidikan terbaik adalah kerja kolektif, karena sangat ditentukan dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk lingkungan dan support semua pihak yang menginginkan hadir dan eksisnya pendidikan terbaik sepanjang masa.
Hasil pendidikan terbaik menghasilkan ummat terbaik, tercermin dari keyakinan dan keimanan yang tinggi kepada Allah, ibadah yang benar dan berdampak dalam kehidupan sehari-hari, serta mu’amalah dengan tingkat akhlak yang luhur kepada seluruh manusia. Itulah penghargaan tertinggi yang Allah sematkan kepada generasi Rasulullah SAW bersama para sahabatnya dalam firman-Nya:
كنتم خير أمة أخرجت للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر وتؤمنون بالله
“Kalian adalah sebaik-baik ummat yang dilahirkan di tengah ummat manusia; menyuruh yang ma’ruf, mencegah yang munkar, serta beriman kepada Allah SWT.”.
Menurut Imam Qurthubi, ayat tersebut ditujukan kepada generasi awal ummat ini. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
خير القرون قرنى ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم
“Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian generasi setelahnya, dan berikutnya generasi setelahnya lagi”. (HR Bukhari)