Jakarta, Gontornews — Pengamat kawasan Timur Tengah Universitas Indonesia (UI) Yon Machmudi PhD menilai, pemerintah perlu menanggapi ajakan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud agar Indonesia lebih aktif terlibat dalam menyelesaikan konflik di Timur Tengah dan dunia Islam.
“Ini merupakan momen yang jarang terjadi di mana sebuah negara di Timur Tengah secara langsung meminta Indonesia lebih berperan di dunia Islam,” katanya di Jakarta, Selasa (7/3).
Menurut Yon, posisi Indonesia sebagai negara Muslim demokratis terbesar di dunia tentu sangat strategis. Ditambah lagi dengan prospek Indonesia sebagai negara yang terus meningkat kekuatan ekonominya.
Raja Salman dalam beberapa pidato singkatnya, baik di Istana Bogor, di depan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) maupun dalam beberapa komentarnya di tempat-tempat lain secara halus mengungkapkan keinginan yang kuat agar Indonesia dapat bergabung dalam aliansi militer Islam (Islamic Military Alliance/IMA).
IMA digagas oleh Saudi pada 15 Desember 2015 beranggotakan sekitar 39 negara bermarkas di Riyadh. “Indonesia sendiri walaupun sudah berkali-kali diundang untuk bergabung, belum memutuskan. Oleh karena itu, kedatangan Raja Salman yang diikuti oleh iring-iringan delegasi ibarat sebuah hajatan peminangan,” ujarnya.
Kata Yon, Arab Saudi berusaha melakukan transformasi ekonomi dan politik sekaligus dengan mendekati Asia sebagai mitra-mitra strategis menggantikan Amerika Serikat. Dia menambahkan, ajakan Saudi kepada Indonesia untuk lebih berperan dalam menciptakan perdamaian di dunia Islam merupakan tawaran yang strategis, mengingat selama 47 tahun Indonesia nampak enggan memerankan fungsi strategisnya dalam organisasi negara-negara Islam (OKI). [Fathurroji/Rus]