Jakarta, Gontornews — Siapa tak kenal dengan pendakwah kondang yang satu ini. Kini video ceramahnya viral di media sosial. Cara dakwahnya yang ringan dan santai membuatnya dikenal publik. Dialah Dr H Das’ad Latif, SSos SAg MSi PhD.
Selain sebagai muballigh, dia juga tercatat sebagai dosen di Universitas Hasanuddin dengan spesifikasi keilmuan Public Relations. Lahir di Makassar pada 21 Desember 1973, Ustadz Das’ad Latief menyelesaikan seluruh kesarjanaannya di bidang Ilmu Komunikasi.
S1 ditempuhnya di dua tempat sekaligus. Satu di Universitas Islam Negeri (UIN) Alaudin di bidang Peradilan Islam. Satunya lagi di Universitas Hasanudin pada bidang Ilmu Komunikasi. Di kampus yang sama ia juga menyelesaikan S2 di bidang Komunikasi.
Keseriusannya dalam menuntut ilmu dibuktikan dengan gelar PhD yang diraihnya dari Universitas Kebangsaan Malasyia di bidang Ilmu Komunikasi sekaligus gelar Doktor ke dua kalinya di Universitas Islam Makassar dalam bidang Ilmu Syariah.
Beberapa ceramah dan aktivitasnya dapat dilihat di akun Facebook, Twitter, Instagram dan YouTube miliknya. Tak banyak orang mengetahui sosok dai yang satu ini. Ustadz Das’ad Latif terkenal dengan dakwahnya yang unik dan lucu ini memiliki masa lalu yang penuh perjuangan.
Berbagai pengalaman mulai dari tukang loper koran hingga tukang cuci pernah dijalaninya. Namun demikian tampil di depan umum menjadi hal yang disukainya. “Sejak kecil saya memang sangat menyukai tampil di depan umum,” tuturnya seperti dikutip Tribun Timur.
Selain itu Das’ad muda juga aktif sebagai remaja masjid di kampung, yang sesekali mengisi dakwah jika ada ustadz yang berhalangan hadir. Demi mengecap rasanya duduk di bangku kuliah
Ustaz Das’ad Latief kemudian merantau ke Makassar. Sadar kalau bukan dari keluarga mapan, dirinya terus berjuang.
Bahkan loper koran dan tukang cuci pernah jadi pekerjaannya saat itu. Bukan hanya itu Ustadz Das’ad Latif juga pernah dihina oleh seniornya saat masih duduk di bangku kuliah. “Saya pernah dihina senior saya. Saya dikatai “weh, nda malu ko itu pake baju cakar (bekas) terus,” katanya
Hingga akhirnya terus aktif dakwah dan merasakan dampak usai berceramah. Alhasil tak hanya ketenaran yang didapat, melainkan pundi-pundi rupiah karena kebanjiran job ceramah juga didapatnya. “Ternyata begini rasanya jadi penceramah, asyik dan menyenangkan. Akhirnya saya tekuni hingga saat ini,” bebernya.
Beberapa tahun sudah berlalu, namun hinaan yang diterimanya dianggap biasa-biasa saja. Justru sebaliknya Ustadz Das’ad membalasnya dengan kebaikan. “Setelah saya punya rezeki yang cukup, saya sedekahkan kepada senior saya tersebut,” imbuhnya.
Terkait pengalaman hidupnya tersebut Ustadz Das’ad berpesan agar tidak memandang remeh orang lain dan ketika menjadi orang yang selalu dihina jangan pernah pula membalasnya. “Berdoa saja kepada Allah untuk memberikan yang terbaik dalam hidup. Karena saya sudah pernah melalui itu semua. Saya merasakan sendiri kehebatan doa itu,” jelasnya. [Muhammad Khaerul Muttaqien]