Ponorogo, Gontornews — Pesantren dari berbagai daerah di Indonesia berkomitmen untuk terus melawan komunisme. Caranya dengan mengangkat sejarah Partai Komunis Indonesia (PKI) yang membantai umat Islam di berbagai tempat.
Di wilayah Magetan misalnya, kiai dan santri Pesantren Sabielul Muttaqien menjadi korban pembantaian PKI. Juga banyak Para korban dikubur hidup-hidup di beberapa tempat, seperti di Desa Kresek Madiun Jawa Timur. Terdapat 17 orang dikubur di sana. Pemerintah mengabadikan kekejaman PKI dengan membangun Monumen Kresek sehingga menjadi tempat wisata masyarakat berbagai generasi.
Pondok Modern Darussalam Gontor juga menjadi target gerombolan PKI Musso 1948. Mereka masuk ke lingkungan Pondok mencari kiai. Saat itu para santri dan Kiai Imam Zarkasyi (1910-1985) dan KH Ahmad Sahal (1901-1977) sudah mengungsi ke arah selatan. Mereka akhirnya tertangkap dan hendak dibunuh bersama ulama dan tokoh politik lawan PKI ketika itu di Kota Ponorogo. Untungnya Pasukan Siliwangi datang dan menyelamatkan mereka semua
Anggota Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor Prof Dr KH Amal Fathullah Zarkasyi menjelaskan bahwa pada masa itu situasi Ponorogo mencekam. PKI dengan para pengikutnya tak sungkan menghabisi nyawa siapa pun yang berseberangan sikap dan pendapat dengan mereka.
“Kekejaman mereka sudah umum, terjadi di mana-mana. Saya pernah baca sebuah penelitian, korban jiwa komunisme mencapai 100 juta orang, termasuk di Indonesia,” ujar putra KH Imam Zarkasyi ini dalam diskusi virtual mewaspadai komunisme baru yang diselenggarakan Forum Pesantren Alumni Gontor (FPAG), Selasa (29/9).
Dia mengimbau siapa pun untuk selalu mengimbau masyarakat bahwa PKI ini berbahaya. Belakangan ini, ada upaya membangun narasi bahwa PKI adalah korban. Dengan begitu, dunia diarahkan untuk mengasihani para anggota partai komunis yang sudah dibubarkan sejak 1966 tersebut
Narasi ini didengungkan dengan berbagai cara, di antaranya melalui konten digital berupa video dan tulisan. Kemudian juga melalui kegiatan luring berupa diskusi dan buku. “Ini berbahaya. Jangan sampai bangsa ini melupakan bagaiamana dulu mereka membantai ulama dengan sangat biadab di berbagai daerah,” kata Rektor Universitas Darussalam Gontor ini.