Oblast Kiev, Gontornews – Temuan mengejutkan mengenai bertambahnya populasi satwa liar di zona eksklusi Chernobyl rupanya masih diperdebatkan olah beberapa pihak. Sejumlah peneliti mengindikasikan, radiasi tetap berpengaruh pada kehidupan satwa liar di tempat tersebut.
Jim Beaslely, salah seorang peneliti, sebelumnya menyebutkan radiasi tidak berdampak pada populasi satwa liar di Chernobyl. Melalui jurnal Frontier in Ecology and the Environment,Beasley menyebut peningkatan populasi satwa liar bukan karena radiasi melainkan sebab yang lain.
Seorang ilmuwan dari University of Paris-Sud juga memaparkan hal yang sama. Penelitiannya tersebut membuktikan bahwa radiasi memiliki efek yang bertahap dan bertambah setiap harinya.
“Hewan-hewan di Chernobyl dan Fukhushima hidup selama 24 jam di tempat yang terkontaminasi (radiasi). Bahkan, jika dosis tertentu terhisap tidak terlalu tinggi, maka setelah seminggu atau bahkan satu bulan, efek tersebut akan terus bertambah. Pada tingkatan ini, radiasi akan berefek dan memiliki konsekuensi yang dramatis,†kata Andres Pape Moller sebagaimana dilansir National Geographic.
Senada dengan keduanya, seorang ahli biologi, Timothy Mousseau, menemukan tikus yang hidup di zona eksklusi tersebut memiliki potensi untuk menderita katarak.
Selain itu, bakteri berguna pada sayap burung lebih rendah, albino sebagian tubuh burung layang-layang serta sulitnya menemukan burung Cuckoos menjadi bukti bahwa radiasi masih berdampak bagi satwa liar di wilayah tersebut.
Dengan adanya temuan ini, para peneliti sepakat bahwa radiasi di Chernobyl buruk untuk manusia dan juga hewan. Maka perdebatan yang relevan saat ini adalah sejauh apa radiasi berdampak buruk terhadap menurunnya populasi di wilayah tersebut.
Meski demikian, perdebatan ilmuwan terkait tinggi-rendahnya tingkat radiasi ion cenderung panas dan sangat politis. Terlebih pascameledaknya reaktor nuklir di Fukushima, Chernobyl menjadi salah satu wilayah yang perlu pembuktian.
Tahun ini, Chernobyl dipastikan menyebabkan berkurangnya cesium -137. Kandungan ini merupakan radionuklida yang berbahaya dan sebarannya yang luas di sekitar Chernobyl.
Dengan demikian, kandungan cesium -137 di Chernobyl dipastikan berkurang setengah sejak PLTN Chernobyl meledak pada tahun 1986.
Bagi hewan, radioaktif ini masuk melalui sistem rantai makanan.
“Jamur terkontaminasi oleh radiasi. Ketika tikus menyukai jamur kemudian memakannya maka efek radiasi tersebut akan menyebar di tubuh mereka. Begitu pula dengan serigala yang memangsa tikus, maka serigala tersebut akan juga terkontaminasi radiasi tersebut,†papar Olena Burdo.
Lebih lanjut, Burdo menjelaskan, level radiasi radioaktif pada satwa masih tergantung dengan habitat, pola makan, dan kebiasan hewan tersebut.
Ada peneliti yang menyebut bahwa kandungan radiasi yang keluar dari Chernobyl telah mencapai Norwegia, tapi kandungan radioaktif masih terkonsentrasi di zona eksklusi Chernobyl.
Salah satu hewan yang berpotensi kehilangan proteksi atas radiasi adalah serigala. Dengan luasnya wilayah mereka, serigala mungkin berpindah-pindah hingga keluar memasuki zona bersih di luar zona eksklusi Chernobyl.
“Saya setuju bahwa sejumlah spesies, bahkan jika mereka berada di wilayah tersebut, mungkin tidak cukup tempat untuk menekan populasi ke tingkat yang dapat mempertahankan diri mereka sendiri,†kata Basley.
Ia menambahkan, hilangnya manusia dari sistem rantai makanan di Chernobyl adalah hal yang bagus. Artinya, potensi manusia untuk terkena efek radiasi, bisa ditekan. [Mohamad Deny Irawan/Rusdiono Mukri]