Ankara, Gontornews — Jurubicara Kepresidenan Turki, İbrahim Kalın, dalam wawancara dengan TRT World dan BBC, menjawab mengapa bekas museum Hagia Sophia berubah menjadi masjid.
Kalın menggarisbawahi bahwa langkah untuk mengubah Hagia Sophia, yang telah berfungsi sebagai masjid selama hampir setengah abad, kembali menjadi tempat ibadah Muslim mendapat dukungan dari semua pihak di Turki.
“Ada banyak dukungan dan konsensus mengenai masalah ini jika Anda melihat partai politik, partai oposisi, partai republik; mereka semua mendukung masalah ini,” katanya dikutip Hurriyetdailynews.com.
Menjawab pertanyaan pihak-pihak yang mengatakan bahwa alih status Hagia Sophia menjadi museum akan menghancurkan toleransi, Kalın mengatakan, “Sehubungan dengan argumen sekularisme, toleransi beragama dan hidup berdampingan, di Turki saat ini ada lebih dari 400 gereja dan sinagoge yang dibuka.”
Di Twitter, Kalın menekankan bahwa semua pengunjung akan memiliki akses ke warisan agama dan budaya Hagia Sophia, termasuk ikon dan mosaiknya. “Setiap klaim yang bertentangan salah,” katanya.
Pada 10 Juli, pengadilan Turki membatalkan dekrit kabinet 1934, yang mengubah Hagia Sophia di Istanbul menjadi museum. Vonis pengadilan itu membuka jalan bagi digunakannya kembali Hagia Sophia sebagai masjid setelah 85 tahun menjadi museum.
Pengadilan memutuskan bahwa permata arsitektur yang dimiliki oleh sebuah yayasan yang didirikan oleh Sultan Mehmet II, penakluk Istanbul, dan difungsikan kepada masyarakat sebagai masjid, merupakan status yang “tidak dapat diubah secara hukum.”
Hagia Sophia digunakan sebagai gereja selama berabad-abad di bawah pemerintahan Kekaisaran Bizantium. Tapi berubah menjadi masjid setelah penaklukan Istanbul pada tahun 1453. Pada tahun 1935, Hagia Sophia diubah menjadi museum setelah Turki menjadi negara sekuler.
Presiden Recep Tayyip Erdoğan mengatakan kompleks bersejarah itu akan siap kembali menjadi masjid saat digunakan untuk shalat Jumat pada 24 Juli mendatang. []