Bandung, Gontornews — Sudah lumrah, setiap kali anak menyelesaikan satu jenjang pendidikan (Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas) dan ingin lanjut ke jenjang berikutnya, kita sebagai orangtua sibuk bin khawatir mencarikan sekolah yang baik untuk anak. Iya kan, Ayah dan Bunda?
Hal ini wajar sih, karena hal itu sudah jadi kewajiban kita sebagai orangtua. Tetapi di tahap yang genting bagi masa depan anak ini, kita sering membuat sebuah kesalahan yang kemudian diikuti oleh dua kesalahan. Apa saja itu?
Dikutip dari buku At-Taqshir fi Tarbiyah Al-Aulad karya Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, ketiga kesalahan kita sebagai orangtua yaitu:
Pertama, tidak memilih sekolah yang baik untuk pembinaan akidah dan akhlak anak. Mungkin terbawa suasana, mungkin juga kurang informasi, dan yang paling parah adalah mungkin juga karena kurang peduli, orangtua banyak yang memilih sekolah berdasarkan gengsi semata.
Seharusnya memilih sekolah sebagai salah satu jembatan ke masa depan anak ini didasarkan pada pertimbangan yang satu ini yaitu apakah sekolah tersebut baik dalam membina akidah dan akhlak anak?
Jadi, jangan memilih sekolah karena besarnya gedung dan luasnya halaman saja, atau berdasarkan menterengnya prestasi akademiknya saja, tetapi juga perhatikan apakah akidah dan akhlak anak kita bisa terbina dengan baik atau tidak di sana.
Kedua, tidak bekerjasama dengan sekolah. Banyak orangtua yang dengan alasan sibuk atau karena sudah membayar mahal pada pihak sekolah, jadi enggan turut bekerja sama dengan pihak sekolah. Berapa banyak orangtua yang dengan inisiatif sendiri menyumbang buku buat perpustakaan atau mengusulkan dalam rapat kelas tentang perlunya memanggil seorang ustadz/ustadzah untuk membagi ilmu pada anak-anak?
Ketiga, tidak memiliki target dalam pendidikan anak. Seharusnya orangtua punya target saat memilihkan sekolah buat anak, seperti apakah ia ditarget untuk menjadi seorang hafiz/hafizah, atau ditarget untuk menjadi mandiri sesuai bakat dan minatnya, atau bahkan ditarget memiliki kemampuan akademik yang mumpuni. Semua itu adalah contoh target yang baik, selama tetap memperhatikan kualitas akidah dan akhlak anak.
Banyak di antara kita yang asal menyekolahkan anak tanpa jelas targetnya. Hal ini menunjukkan ketidakpedulian kita dan hal ini sangat tidak baik buat masa depan anak. Semoga bermanfaat ya, Ayah dan Bunda.
Salam Smart Parents! []