Depok, Gontornews — Interaksi sosial seorang anak tidak terbatas di dalam rumah saja. Seorang anak perlu berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
“Apalagi telah dibuktikan bahwa perkembangan anak secara keseluruhan sangat mudah didapat saat ia berinteraksi dengan alam sekitar,” jelas Dr Lift Anis Ma’shumah, jebolan IAIN Walisongo, Islamic Studies, kepada Gontornews.com. Dengan demikian, kemampuan bersosialisasi sangatlah penting bagi si kecil.
Terlebih pada masa tumbuh kembangnya, anak yang pandai bersosialisasi akan jauh lebih cerdas mengatur emosi. Ia pun akan semakin pandai mengembangkan kepribadiannya.
Meski begitu, dalam pengembangan kepribadian, jika pondasi agama sudah terbina maka hasilnya akan jauh lebih memuaskan. “Ilmu agama ibarat pondasi sebuah bangunan. Jika pondasinya kuat maka bangunannya pun akan kokoh dan tak mudah rapuh,” sambung Lift, wanita kelahiran Demak, 28 September 1972.
Anak pun akan sangat terbantu dalam mencari jati dirinya, saat keimanan sudah ia genggam. Karena semua batasan dan aturan kehidupan sudah teratur di dalam agama. Maka dari itu, agar interaksi sosial anak tetap terbungkus pada keimanan, perlu ada kerjasama yang baik dari semua pihak khususnya para pendidik.
Berikut tips mengontrol pergaulan anak di luar rumah:
Satu, ajarkan nilai agama sejak dini.
Dua, budayakan sikap saling terbuka. Tujuannya mempermudah orangtua untuk mengontrol semua perilaku anak di luar rumah.
Tiga, jadilah orangtua yang multifungsi. Maksudnya, tidak hanya bisa berperan sebagai orang tua, namun juga bisa menjadi layaknya seorang sahabat atau kakak bagi anak kita. Dengan begitu kedekatan antara keduanya akan terus terjaga.
Empat, ajarkan anak cara memilih teman yang shaleh. Karena perilaku seseorang dapat dipengaruhi juga dilihat dari baik buruknya perilaku temannya. Karena itu, pilihlah teman yang paling baik imannya. <Edithya Miranti>