Jakarta, Gontornews — Wakil Menteri Luar negeri, Abdurrahman Muhammad Fachir, menyebut Pondok Modern Darussalam Gontor sebagai lembaga pendidikan yang menjunjung tinggi toleransi dan kebenaran.
Gontor juga dianggapnya membawa persatuan dan membawa keterbukaan.”Mereka menginterpretasikan kebenaran yang universal,” tegas Fachir. Pernyataan Am Fachir ini disampaikan di sela-sela menerima audiensi panitia sujud syukur peringatan 90 tahun Gontor di Masjid Istiqlal di kantor Kementrian Luar Negeri-Jakarta, Selasa (17/5).
Bagi Fachir, Gontor memberikan setidaknya dua hal kepada santrinya, yakni: keikhlasan dan asas manfaat. “Saya katakan, alalasan Gontor bisa bertahan hingga saat ini adalah karena keikhlasan dan manfaat yang diberikan kepada masyarakat,” ungkap AM Fachir kepada Gontornews.
“Saya menanamkan kepada diri saya sendiri, nilai-nilai Gontor di setiap kegiatan yang dilakukan,” tambahnya.
AM Fachir, yang sempat menjabat sebagai duta besar RI untuk Malaysia dan Mesir mengaku menggunakan koneksi Gontor untuk merealisasikan langkah dan kebijakan yang akan ditetapkan.
Mantan ketua koordinator ppramuka Gontor periode 1975 tersebut mencontohkan bagaimana koneksi Gontor bisa sangat bermanfaat. Salahs satunya saat AM Fachir, saat menjabat sebagai Dubes Mesir, dihadapkan pada fakta bahwa 60% mahasiswa Indonesia di Mesir gagal dalam proses pendidikan.
Dalam prosesnya, pertama kali yang Pak Fachir, sapaan akrabnya, lakukan adalah dengan menghubungi KH Abdullah Syukri Zarkasyi, pimpinan pondok modern Darussalam Gontor untuk berkonsultasi, meminta restu serta memohon doa dalam membenahi masalah tersebut.
Tidak sampai disitu, Fachir juga menghubungi KH Hasyim Muzadi (Ketum PBNU) dan Prof Dr Din Syamsudin (Ketum Muhammadiyah). Dengan berbekal tokoh tersebut, Fachir dapat leluasa menegur dan mengatur sekaligus meningkatkan prosentase kelulusan mahasiswa Indonesia di angka 78%.
“Kalau kamu tidak bersungguh-sungguh, saya laporkan,” ancamnya kepada mahasiswa Indonesia. [Mohamad Deny Irawan/DJ]