Hari ini semuanya sudah penuh. Sudah penuh yang antum dapatkan dari pimpinan-pimpinan Pondok, dari Pak Amal, dari Pak Akrim. Saya hanya ‘membumbui’ saja agar kita ini semakin mantap ke dalam. Jangan hanya ke dalam saja tetapi tidak mantap. Sebesar-besarnya tantangan yang ada dari luar kalau di dalam itu kuat, itulah yang menentukan. Kata-kata internal. Apa saja, pribadi internal, berkawan internal, bersuami istri internal, berkeluarga internal, bermasyarakat internal, berkuasa internal, itu yang dibutuhkan di luar. Nak, internal kita ini internal Islam ke internal kita. Jangan sampai kita di dalam lingkaran Islam ini sama dengan lingkaran setan.
Ada lingkaran Islam dan lingkaran kafir. Selamanya tidak akan bertemu antara iman dengan kufur. Tugas kita ini meluruskan orang kafir, mendidik orang kafir. Jangan lupa ya? Orang kafir itu sampai kiamat tetap ada, betul atau tidak? Di sana kita berusaha karena negara kita ini tanpa lulus dari animism. Animism itu kepercayaan kepada alam, kepercayaan kepada semuanya, bahwasanya alam itu memiliki kekuatan. Betul? Animisme, dinamisme. Setelah itu ada Hindu, ada Budha bla bla bla terus masuk Majapahit, Raden Patah, dan terus, terus, terus, berdirilah Pondok Modern Darussalam Gontor.
Sampai kiamat tetap ada. Sejak zaman siapa? Nabi Adam. Abaa wastakbara. Kafara itu bukan kufara bukan yukfar kafara yakfuru. Orang-orang tidak bertuhan, kreatif berpikir terus merasa lebih kuat, dan mereka merasa memerlukan sesuatu sehingga memerlukan apa yang lebih kuat yaitu Tuhan. Itu teori satu. Al-ashlu fil insaani al-kufra (adamul iman) ba’da dzalika ya’ti alimanu akhudu ila man hua akbar minhu wa aqwa minhu. Itu teori lama. Jadi umpama manusia tidak punya Tuhan lama-lama berpikir-berpikir mencari Tuhan. Terbalik. Al ashlu fil insaani al iman (fitrah) al ashlu birabbikum qaalu bala. Di dalam fitrahnya iman. Berkata bala, al ashlu fil insaan al iman, makanya dikatakan kafara-yakfuru, limadza? Yakfuru qalbahu, menutupi dirinya dan dia artinya kafara-yakfuru bukan yukfar bukan tertutup hatinya. Mereka menutup hatinya artinya kafara yakfuru, karena mereka menutup hati mereka dari iman kepada Allah, karena ashluhu al insaanu yu’min. Ini dia, wa qulilhaqqu mirrabbikum faman syaa a falyu’min waman syaa a falyakfur. Mengapa dikatakan falyu’min dulu, kok tidak alhaqqu mirrabbikum fa man syaa a fal yakfur wa man syaa a fal yu’min. Manusia itu, pertama tidak ada Tuhan, terserah sekarang kamu mencari Tuhan atau tidak. TIDAK! Asalnya manusia itu bertuhan Alhaqqu mirrabbik, apa pun yang benar itu datangnya dari Allah, serta percaya atau tidak. Pertama adalah yu’min, man syaa a fal yu’min wa man syaa a fal yakfur, ila aakhiri ayah.
Jadi al ashlu fil insaani al iman. Jangan percaya dengan orang-orang di luar, teori-teori mengatakan, itu yang salah. Manusia itu mula-mula tidak tahu Tuhan, tapi ada takjub yang lebih tua, lebih besar, lebih kuat, lebih berkuasa, dan akhirnya takjub pada yang lebih kuat. Selama ini mencari-cari Tuhan, menamakan Tuhan, itu terbalik. Jangan lupa sehingga ia tidak diuji. Bentengilah ini quu anfusakum wa ahliikum naara, sawaa’un ‘alaihim aandzartahum am lam tundzirhum laa yu’minuun. Jadi orang kafir tetap ada, dari dulu sampai sekarang. Kalau tidak ada orang kafir, neraka tidak ada isinya. Kalau tidak ada orang maksiat, neraka tidak ada isinya. Kalau tidak ada penjahat, penjara tidak ada isinya. Tapi sekarang terbalik. Penjahat di luar penjara, orang-orang baik yang masuk penjara. []
*Disampaikan pada saat Laporan Pertanggungjawaban Panitia Bulan Syawwal 1444 H