Jakarta, Gontornews–Banyak kalangan yang menduga jika pihak misionaris melakukan kegiatan pemurtadan di lokasi bencana gempa Lombok, NTB pada berapa waktu lalu itu. Pernyataan itu pun langsung terjawab saat digelarnya kegiatan Seminar Nasional yang bertemakan Kegiatan Pemurtadan di Lokasi Lokasi Bencana dan Solusinya yang diadakan oleh Komite Dakwah Khusus (KDK) MUI Pusat pada hari Senin (19/11).
Komite Dakwah Khusus MUI mengatakan ada upaya pemurtadan pasca gempa di Lombok. Hal ini terungkap dari hasil temuan dan investigasi yang dilakukan oleh KDK MUI selama berada di Lombok mengadakan investigasi.
Adanya temuan mengenai dugaan kegiatan pemurtadan (Kristenisasi) di Lombok di awali dari beredarnya sebuah video yang viral di media sosial soal adanya relawan yang memberikan bantuan, tapi dengan cara-cara yang tidak biasa (aneh).
Kemudian setelah Tim Khusus dari KDK MUI itu melakukan investigasi maka didapatilah beberapa hasil temuan barang bukti dari lapangan. Salah satu di antaranya adalah adanya barang bukti pembagikan karpet yang bergambar lambang-lambang dan simbol simbol agama lain dan juga temuan beberapa dus dus besar yang berisikan buku-buku cerita bergambar yang berkaiatn dengan ajaran agama lain yang buku buku itu diberikan kepada anak-anak Muslim di Lombok.
Ustadz Abu Dedat selaku Ketua KDK MUI menyatakan bahwa memang benar adanya kegiatan pemurtadan dan kristenisasi dari hasil melakukan wawancara dengan sejumlah warga yang ada di sana. Hasilnya adalah terbukti bahwa sejumlah masyarakat menyatakan adanya upaya pemurtadan yang terselubung (sembunyi sembunyi) di dalam kegiatan-kegiatan bantuan yang diberikan.
“Pada saat di Lombok, kami juga melakukan wawancara khusus dengan Saudari Dewi, mahasiswi STIKES yang membuat dan meng-upload sebuah video yang berisikan kegiatan pemberian bantuan. Tetapi kemudian yang aneh adalah ada ritual melakukan pemercikan air yang diperciki kepada seluruh masyarakat yang hadir dalam acara pemberian bantuan itu,” tutur Ustadz Abu Deedat.
Selain itu TIM dari KDK MUI Pusat itu juga mendapati temuan adanya buku-buku bernuansa kegiatan pemurtadan. Selama di Lombok Tim juga sempat melakukan wawancara dengan Ustadz Yusuf (warga) yang mengetahui kegiatan pembagian buku buku rohani itu.
“Tetapi sekarang buku itu sudah diambil oleh aparat dan akan diserahkan kepada pihak yang berwenang agar menjaga supaya tidak terjadi keresahan dari faktor keamanan. Namun sesungguhnya, faktanya memang ada dan terjadi di sana,” katanya.
Pakar Kristolog dari Indonesia itu juga mengatakan kalau bantuan kemanusiaan memang sangat diperlukan bagi daerah usai terdampak gempa. Namun yang terjadi kemudian adalah dari pihak kalangan nonmuslim yang memang berniat ikut melakukan penyebaran agama itu juga membagi bagikan beberapa tulisan dan buku buku rohani milik agama lain itu. [Fathurroji]