Sikap semua Keluarga Besar Pesantren makin kuat karena berdasar, berasal, bersumber dari: Hidayah, Nurani, Keterpanggilan, Kemauan, Kerja Keras, Kualitas, dan seterusnya, yang memunculkan keunggulan: Kuantitas, Fasilitas, dan seterusnya. Ini tidak mudah diterangkan di zaman yang βmodernβ ini.
Banyak pandangan yang terbalik! Berdirinya pesantren bukan βkarenaβ hasil analisis logika, analisis kebutuhan miliu, analisis konspirasi sosial. Bukan dari diskusi-diskusi ilmiah. Tetapi bersumber dari predikat sejarah komunitas: βUssisa Ala-t-Taqwaa, UATβ menghadapi hadangan, halangan dan gangguan/godaan Konspirasi Kaum βDhiraaran wa Kufran wa Tafriiqan wa Irshaadan (DKT). (QS At-Taubah).
Β Anakmu sing nisto, tresnanono! Anakmu yang nista, sayangilah! Why not? No way! Dunia terbalik! Siapa menyelamatkan dan memerdekakan manusia dan kemanusiaan dari nafsu penjajahan:Β menjajah dan keputusasaan: terjajah? Sinten malih? Why not?Β No way!
βInnal-l-llaaha laa yughayyiru dstβ¦. lam yaku mughayyiran dstβ¦?Β Β Β
Percaya diri, saling percaya dalam pesantren mutlak. Percaya karena benar-benar karena bukti konsistensi unsur-unsur internal pada ide, cita-cita, sistem, dan nilai-nilai: tuntunan dan aturan dalam pesantren, dalam melaksanakan kegiatan program-programnya. Kel Bes Pesantren seharusnya terpanggil dalam penyelamatan umat, meskipun dituduh: ujaran kebencian, padahal ungkapan kecintaan.
Itulah dasar kuat terbebasnya kegiatan pendidikan nilai-nilai kehidupan ini, dari pihak manapun, terutama dari Al-Maghdhuub βalaihim dan Ad-Dhaalliin…
Maka tidak mungkin bisa dicabut izinnya, tidak bisa dibubarkan, tidak bisa dihancurkan. Namanya juga pendidikan, di bawah rumpun bambu, di pinggir sungai, beratap langit juga pesantren juga, naaak!
Kiai adalah pertama dan utama. Nilai-nilai keduanya. Santri urutan ketiga. Kehidupan nilai-nilai kepesantrenan tanda bukti keberadaan pesantren. No Question! Paham? Pahamilah! Pahamkankah!
Kiai bukan/tidak hanya: βhubbu-d-zhuhuur wa itsbaatu-d-dzaatβ, βyahannu tanpa bekalβ. Β Bukan Kiai Boneka, bukan Kiai Dagelan, bukan Kiai Masyarakat, bukan Kiai Panggung, bukan Kiai Tourist, bukan Kiai Dukun, bukan Kiai Kitab, bukan Kiai Thariqat, bukan Kiai Ikut-ikutan, Kiai Latah, bukan Kiai apa lagi?
Bukan Kiai Proposal, bukan Kiai Map, bukan Kiai Rekening, bukan Kiai PT, bukan Kiai Whatsapp, bukan Kiaiβ¦
Bukan Kiai Kelas: βRajulun Khaamisun, Rajulun Saadisun, Rajulun Saabiβun…β Naβuudzubillah! Amit-amit!
Yang dibutuhkan banget: Kiai Santri, Kiai Fithri, Kiai Keterpanggilan Nurani, Kiai Inisiatif Positif, Kiai Kehidupan:Β βSakral, merdeka, dinamis, steril, otonomi, aktif, produktif.β Kiai benar-benar berangkat dari Cinta dan Cemburu positif pada nilai-nilainya: βIdentitas, sibghah, izzah, jatidiri sekaligus predikat semua Kel Bes Internalnya. (Cinta dan Cemburu) dalam bingkai-bingkai Arkaanu-d-diin. [] Selesai