Nottingham, Gontornews – Sejak dahulu unta berfungsi sebagai alat transportasi ideal bagi masyarakat Timur Tengah.
Hal ini tak lepas dari kondisi fisik hewan berpunuk yang memiliki kekuatan fisik yang mampu menelusuri jalan berpasir, dan cepat beradaptasi terhadap berbagai suhu.
Namun siapa sangka, dalam sebuah penelitian, seorang peneliti dari Nottingham University Inggris menyebut rute perdagangan kuno bisa dilacak dengan menggunakan gen yang terdapat pada unta. Benarkah demikian?
Adalah Profesor Olivier Hanotte yang memaparkan temuannya terkait hubungan gen unta di beberapa negara dalam Proccedings of National Academy of Science of United States of America.
Sejumlah peneliti dikabarkan telah meneliti ribuan sampel DNA yang terdapat pada unta berpunuk satu.
Menariknya, penyebaran unta yang merata di beberapa daerah tidak lantas membuat mereka berbeda secara genetik. Yang terjadi malah sebaliknya, unta-unta yang tersebar justru memiliki persamaan secara genetik.
Para ilmuwan menjelaskan, perpisahan dan penyebaran sejumlah spesis di beberapa tempat membuat mereka memiliki perbedaan secara genetika.
Terlebih, sebagai alat transportasi antarbenua, seharusnya unta di negara A, misalnya, memiliki perbedaan gen dengan unta yang berada di negara yang berbeda.
“Mereka berpindah bersama orang-orang melalui perdagangan,†kata Hanotte kepada BBC News.
“Jadi dengan menganalisis unta arab (dromedari), kita dapat menemukan jejak (peradaban) kita di masa lalu,†tambahnya.
Dalam menemukan jejak tersebut, para peneliti membandingkan sampel DNA (pembawa informasi genetik) unta di beberapa tempat seperti Afrika Barat, Oman, hingga Suriah.
“Melalui kerjasama internasional memungkinkan kami mendapatkan sampel (DNA unta) dari Afrika Barat, Pakistan, Oman bahkan Suriah,†jelas Hanotte.
Sejak 3000 tahun silam, unta telah dijinakkan dan dijadikan hewan pengangkut beban. Hingga abad ke-20, sejumlah pedagang asal Semenanjung Arab dan Padang Pasir Afrika masih menggunakan unta sebagai alat transportasi barang yang paling efektif.
“Orang-orang telah melakukan perjalanan sejauh ratusan mil bersama unta dengan membawa barang berharga dan mereka akan terasa lelah ketika mencapai Mediterania,†paparnya.
Di Mediterania, pedagang meninggalkan untanya dan mengganti unta baru untuk melanjutkan perjalanan ke kota yang lain.
Hal tersebut yang kemudian menjawab alasan mengapa unta di beberapa negara memiliki persamaan genetik.
Unta juga memiliki kemampuan untuk beradaptasi di berbagai iklim dan cuaca serta perubahan-perubahan ekstrem di suatu lingkungan tertentu.
“Perubahan iklim, misalnya, ditandai dengan menigkatnya suhu, pola cuaca yang lebih ekstrem pada suatu daerah, biasanya menjadi kurang cocok untuk hewan ternak,†jelas Hanotte.
Menurutnya, unta menjadi pilihan terbaik untuk peternakan (daging dan susu). “Ini bisa menggantikan hewan ternak seperti domba dan kambing yang tidak memiliki penyesuaian yang baik,†pungkasnya. [Mohamad Deny Irawan/Rus]