Plön, Gontornews – Sebuah penelitian biologi terbaru menunjukkan, tidak ada dua bakteri yang identik meski secara genetik sama. Penelitian itu juga menunjukkan, bakteri makhluk individualis.
Bakteri akan bersikap individualis ketika perolehan sumber makanannya terbatas. Namun, layaknya manusia, kehidupan bakteri juga dipengaruhi kondisi lingkungannya.
Untuk meneliti hal tersebut, peneliti fokus pada faktor penyebab bakteri dapat hidup dan tumbuh serta respon bakteri terhadap lingkungannya.
Hasilnya, peneliti menemukan, bakteri hidup secara individualis ketika sumber makanan yang diperolehnya terbatas. Temuan ini bertentangan dengan hasil penelitian sebelumnya yang mengungkap, bakteri dapat merespon lingkungan tempat mereka hidup.
Dalam makalah berjudul Phenotypic Heterogeneity Driven by Nutrient Limitation Promotes Growth in Fluctuating Environments yang diterbitkan Nature Microbiology (2016), Frank Schreiber dan tim peneliti menunjukkan, sel-sel individu dalam koloni bakteri memiliki tanggapan berbeda dalam menyikapi kekurangan nutrisi.
Meski secara genetik sama, namun mereka memiliki proses ‘pengambilan’ nutrisi dari lingkungan yang berbeda antara satu sel dengan sel yang lain. Contohnya, bakteri Klebsiella oxytoca yang mengambil nitrogen dan amonium.
Ketika bakteri ini tidak mendapatkan amonium yang cukup bagi seluruh kelompok, beberapa bakteri Klebsiella oxytoca mengambil nitrogen untuk memperbaiki diri, meski untuk mengambilnya memerlukan energi yang lebih banyak ketimbang mengambil amonium yang membutuhkan energi relatif sedikit.
Secara koloni, tindakan bakteri ini dapat mengurangi dampak negatif dari kekurangan sumber makanan.
Jika tiba-tiba amonium di lingkungannya habis, maka sel-sel yang kekurangan nutrisi tetap dapat mempertahankan kelompoknya agar dapat hidup terus.
“Meskipun semua bakteri dalam koloni sama secara genetik dan berada di lingkungan yang sama, sel-sel individu (sebetulnya) berbeda satu sama lain,†kata Schreiber sebagaimana dilansir scitechdaily.com.
Keberhasilan Schreiber dan rekan-rekannya dalam mengungkap perbedaan antara bakteri ini karena penelitiannya dilakukan secara terperinci dan mendalam.
“Kami harus mengukur serapan hara oleh bakteri, meskipun ukurannya hanya 2 mikrometer,†ungkapnya.
Menurut Schreiber, biasanya seorang ahli mikrobiologi dapat mempelajari jutaan bahkan miliaran sifat bakteri.
Hal ini bisa dilakukan berkat kerjasama kelompok, penggabungan keahilan serta peralatan teknis yang digunakan.
“(Dengan komponen tersebut), mempelajari bakteri secara rinci dapat dilakukan,†paparnya.
Dengan penelitian ini, Schreiber ingin menunjukkan bahwa perbedaan sikap individu dalam suatu koloni bisa menghasilkan sesuatu yang baru dan memungkinkan mereka untuk hidup di lingkungan yang sulit sekalipun.
“Hal ini menunjukkan, keanekaragaman hayati tidak hanya ada pada keragaman spesies tumbuhan maupun hewan tapi juga terjadi pada tingkat individu dalam spesies itu sendiri,†jelasnya.
Selanjutnya, Schreiber berencana melanjutkan penelitiannya tentang perilaku individual bakteri dan peran pentingnya terhadap lingkungan. [Mohamad Deny Irawan/Rus]