Yogyakarta, Gontornews — Eggroll Ubi Ungu Shasa menjadi salah satu oleh-oleh pendatang baru yang menjadi ikon Yogjakarta. Warnanya yang khas ungu bergulung-gulung dalam balutan kemasan apik, menjadikan kue ini dicari saat berada di Kota Gudeg ini.
Shasa demikian brand yang disematkan oleh pemilik sekaligus pioneer kue Eggroll Ubi Ungu ini. Dialah pasangan Muhammad Luthfi Yuniarto dan Almuna Fasah Asyarifah yang menjadikan kue berwarna ungu ini digemari konsumen.
Kata Sahsa diambil dari nama-nama anaknya yang sekarang sudah menjadi alumni atau masih belajar di Pondok Modern Gontor. Shasa memiliki kepanjangan sebeagai berikut, SaHira alumni Survival Gontor Putri 1 dan menamatkan di Unida Gontor. Afrah Syakira masih kelas 6 Gontor Putri 1 dan Aga Farseh kelas 4 Gontor 3 Kediri.
Perjalanan merintis Eggroll Shasa ini dimulai ketika sang suami masih berkuliah di IAIN Sunan Kalijaga. Namanya perantauan terkadang mengalami kesulitan biaya kuliah.
Terlahir dari keluarga sederhana uang terlambat dikirim sudah terbiasa, Luthfi harus terus memutar otak bagaimana kantungnya tetap terisi. Yakni melalui dia mencoba memulai usaha sendiri.
Ia pun mencoba peruntungan berbisnis bidang kerajinan mengingat modal cekak dan ia anggap prospeknya bagus. Dari bisnisnya tahun 1996 itu, Luthfi cukup sukses melalui bisnis kerajinan bubut kayu. Luthfi telah berhasil menembus pasar supermarket.
Namun, hingga tahun 1998 terjadilah kerusuhan di Solo, beberapa supermarket di Solo dibakar massa ketika terjadi reformasi. Nasib pengusaha memang tidak menentu terutama dikala krisis moneter ini.
“Kerugiannya lumayan besar, karena hampir semua produk saya konsentrasikan di Solo,” jelas alumni Gontor tahun 1991.
Ia tidak mau menyerah, ia mencoba bangkit kembali. Luthfi lantas memilih berbisnis barang kerajinan lagi. Ia membuat kain ATBM atau alat tenun bukan mesin yang dipadu dengan batik. Konsumen banyak tertarik dengan produk satu ini. Jadilah bisnisnya kembali menggeliat setelah sempat diterpa badai di rumahnya Bedukan Pleret, Bantul.
Sayang, lagi- lagi nasib berkata lain, semangat kewirausahaan miliknya kembali diuji ketika gempa Bantul di Mei 2008. Bisnisnya yang sedang tumbuh hancur berantakan total. Aset dan alat- alat produksinya hancur lebur, tidak bisa digunakan memproduksi lagi.
Sembari mengamati pasar, Luthfi kembali berbisnis. Kini ia tak lagi masuk ke bisnis kerajinan, namun bisnis kuliner tampak lebih mudah. Tangan dinginya makin teruji ketika membuka bisnis kue dan brownis bersama istrinya.
Luthfi mampu membangun bisnisnya yang dimulai sejak gempa. Terus tumbuh sampai 2009, ia telah menerima ratusan pesanan kue atau brownis. “Istri saya paling rajin mengumpulkan resep. Mungkin ada ribuan resep makanan yang disimpannya,” ujarnya.
Lewat uji coba praktik dari berbagai resep, akhirnya keduanya menemukan ide membuat kue Eggroll dari bahan ubi ungu. Akhirnya keduanya belajar otodidak untuk menemukan adonan yang pas sehingga ubi ungu bisa dijadikan bahan dasar Eggroll.
Gagal percobaan hari pertama, ia buat lagi di hari kedua dan mulai terasa enak. Tapi hasilnya masih belum maksimal. Keduanya kembali mengolah Eggroll hingga tujuh hari berturut- turut. Dan, dia masih belum menemukan rasa apapun dirasa tepat.
Hari kedelapan, dia menemukan rasanya ketika telah mencoba berbagai adonan. Komposisi inilah kemudian menjadi resep utama produknya. Pada awalnya produksi, Eggroll Shasa dijajakan dengan kemasan bungkus plastik.
Berikutnya, Eggroll yang diproduksi harus tampil menarik kemasan bungkusnya. Akhirnya ia pesankan desain kemasan di desainer agar lebih maksimal hasilnya. Hasilnya muncul dua variasi kemasan yaitu kemasan besar dan kecil.
Pada awalnya, Eggroll Shasa yang dikemas dengan plastik biasa ini untuk dijajakan kepada teman-teman di sekolah anak-anak, dan lingkungan kelurahan. Tidak disangka, mereka ternyata suka dengan kue ini. Hingga akhirnya, Lutfhi memutuskan untuk menekuni bisnis pengembangan Eggroll Ubi Ungu ini dengan lebih serius.
Setelah mendapatkan merek untuk produknya, tantangan berikutnya adalah membuat kemasan yang menarik. Kemasan ini mutlak diperlukan agar saat produk dipajang di toko-toko kue, bisa menarik minat konsumen untuk melihat-lihat, dan akhirnya mau membeli.
Ia pun memanggil desainer untuk membuat kemasan, yang akhirnya kemasan itu dicetak dengan dua variasi isi. Satu kemasan kecil, dan satu lagi kemasan besar. Strategi dua kemasan ini memang efektif. Kemasan kecil biasanya diminta oleh toko roti agar pengunjung mau mencoba membeli terlebih dahulu. Dan kemasan besar biasanya diberikan kepada pembeli langganan yang dikirim keluar kota sebagai oleh-oleh.
Diawal merintis jalur distribusi masih menggunakan jalur distribusi tradisional. Mereka berdua memberdayakan kawan-kawan dan kenalan dekatnya sebagai distributor ke berbagai toko roti di sekitar Jogja. Dengan pola distribusi perkawanan semacam ini, hingga sekarang Eggroll Ubi Ungu Shasa sudah tersebar di berbagai toko kue dan toko oleh-oleh yang tersebar di berbagai wilayah.
Pemasaran Eggroll ini sudah menjangkau lebih luas lagi di wilayah Jogja, Magelang, Purwokerto, Solo, Jakarta, Malang dan Surabaya. Daya tahannya yang mencapai 6 bulan bisa menjadi alternatif oleh-oleh khas Jogja selain bakpia, yangko dan geplak. Eggroll ini juga sudah mempunyai ijin S-PIRT sehingga bisa dipasarkan ke supermarket-supermarket modern.
Eggroll Ubi Ungu Shasa memang diposisikan sebagai kue oleh-oleh. Ini sebuah pemilihan posisi produk yang tepat. Dengan membuatnya sebagai oleh-oleh, maka setiap orang yang menuju Jogja akan selalu teringat untuk membeli kue ini.
Luthfi mengakui, di masa pandemic yang dimulai awal tahun 2020 ini cukup berdampak pada bisnisnya. Bahkan tenaga untuk menggerakan bisnisnya tersisa 10 persen. “Alhamdulillah sekarang sudah beranjak pulih kembali, kapasitas produksi masa normal bisa mencapai 500-700 boks sehari,” ujarnya.
Luthfi yang dikenal sosok pantang menyerah dan bertangan dingin ini mampu menjadikan karya sang istri berupa ubi ungu menjadi jajanan berkelas bernama Eggroll Ubi Ungu Shasa menjadi olahan nomor satu. Keduanya bekerjasama membangun bisnis Eggroll Shasa dari nol, dimana dibuat dengan cara sederhana. [Fath]