Jakarta, Gontornews — Kota Kediri dikenal sebagai kota tua di Indonesia, Kediri juga memiliki sejarah panjang dalam penyebaran agama Islam di wilayah Jawa Timur. Sebuah bangunan masjid di Kelurahan Banjarmlati, Kecamatan Mojoroto, menjadi saksi perjuangan para auliya dalam melakukan syiar. Itulah Masjid Al-Alawi.
Masjid Al-Alawi didirikan oleh Kiai Ambiya, pada akhir abad XVII sampai awal abad XVIII, lebih tua dibandingkan Pesantren Lirboyo yang berdiri pada tahun 1910. Hal itu diperkuat dengan adanya makam Kiai Ambiya yang berada di belakang masjid tersebut.
Sementara Pesantren Lirboyo yang didirikan oleh KH. Abdul Karim atau dikenal dengan Mbah Kiai Manab mendirikan pesantren tiga tahun setelah masjid berdiri. Menurut catatan sejarah, Masjid Lawang Songo yang merupakan masjid pertama di Pondok Lirboyo dibangun pada tahun 1913.
Keberadaan Masjid Al-Alawi dan Pesantren Lirboyo ini tak bisa dipisahkan. Pesantren Lirboyo dibangun atas peran Siti Khodijah atau Nyai Dlomroh, putri Kiai Sholeh yang merupakan keturunan Kiai Ambiya. Nyai Dlomroh adalah istri KH. Abdul Karim, pendiri Pesantren Lirboyo.
Meski berumur tua, bangunan kuno Masjid Al-Alawi dengan nuansa Jawa berbentuk limasan seperti pendopo masih berdiri kokoh sampai sekarang. Terdapat empat tiang utama serta delapan tiang penyangga. Di tiang utama tengah terdapat ukiran rumah lebah yang sudah ada sejak pertama kali masjid tersebut didirikan.
Di sisi serambi masjid juga terdapat sebuah bedug dan kentongan berukuran cukup besar yang terbuat dari kayu berusia tua. Bedug dan kentongan itu masih digunakan oleh jamaah masjid sebelum mengumandangkan adzan hingga kini.
Berbicara tentang Kiai Sholeh, yang merupakan mertua dari Kiai Abdul Karim. Kiai Sholeh merupakan salah satu keturunan dari Kiai Ambiya, tepatnya adalah cucu ulama dari Tulungagung itu.
Konon, Kiai Ambiya datang ke Kediri dengan menyusuri Sungai Brantas. Saat melintasi daerah Banjarmlati, ia kemudian mendapati sebuah kawasan yang saat itu masih berupa hutan, berbau wangi. Oleh Kiai Ambiya tempat tersebut dijadikan tempat tinggal dan didirikan masjid dan pondok pesantren, serta dari bau tersebut, daerah tersebut diberi nama Banjarmlati atau wilayah yang berbau melati.
“Mbah Ambiyalah sebagai pendirinya. Dia ulama besar yang berasal dari Tulungagung. Kemudian menyusuri Sungai Brantas. Setelah mencium aroma wangi, Mbah Ambiya berhenti. Beliau kemudian mendirikan masjid, serta pondok pesantren di sini ini,” kata Mohammad Arwani, jamaah Masjid Al-Alawy.
Dijelaskannya kembali, dulu bangunan masjid terbuat dari kayu dan terletak di pinggir Sungai Brantas yang kini telah menjadi kebun. Namun seiring waktu, masjid pun berubah menjadi beton dengan arsitek yang bangun oleh santri-santri pondok yang juga didirikan oleh Kiai Ambiya.
Nama besar Kiai Ambiya diturunkan kepada Kiai Sholeh yang merupakan kiai terkenal dan melahirkan tokoh-tokoh agama Islam pendiri pondok pesantren di Kediri. Di antaranya Pesantren Lirboyo, Pesantren Kedunglo, Pesantren Jampes dan Pesantren Batokan.
Hingga kini Masjid Al-Alawi masih menjadi tujuan keturunan dari santri Pesantren Al-Alawi dari berbagai daerah di Indonesia, terlebih saat bulan Ramadhan. [Fath]