Jakarta, Gontornews — Keceriaan terpancar dari para santri yang menyimak pelajaran dari gurunya dalam sebuah ruangan yang cukup sederhana di Pondok Pesantren Ibnussabil yang terletak di hutan Kalimantan.
Pesantren yang berada di perbatasan antara kota Bontang dan Kecamatan Marangkayu Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur ini menjadi sarana belajar bagi para santri yang memiliki latar belakang ekonomi menengah kebawah namun memiliki komitmen untuk belajar menghafal Alquran dan studi Islam di pesantren.
Pesantren yang menerapkan program tahfidz Alquran yang dipadukan dengan pembelajaran bahasa Arab ala Pondok Modern Darussalam Gontor ini eksis berdiri sejak tahun 2013 berkat kegigihan ustadz muda bernama Muammar Tasbih bersama istrinya Ustadzah Lulu Al-Maknun Salim dalam mendidik santri- santrinya itu.
Berawal dari keprihatinan terhadap potret pendidikan di Kalimantan Timur yang masuk kategori terbelakang anak-anak Tanjeng dan Hj Becce’tang, Dr Agus Tasbih dan Salmiah bertekad mendirikan asrama di atas tanah peninggalan almarhum orang tuanya, untuk kegiatan belajar mengajar agama.
Singkat cerita, karena terkena dampak pembangunan perusahaan tambang batubara, pesantren yang pada awalnya sebatas untuk bermukim dan mengajarkan baca Alquran, baik tilawah maupun tahfidz itu sempat vakum dari tahun 2011 dan berhasil dibuka kembali pada tahun 2013.
Sejak dibuka kembali pada tahun 2013, Pesantren Ibnussabil hadir dengan sistem baru yang dikelola oleh anak bungsu dari pasangan Tanjeng dan Hj Becce’tang yang bernama Ustadz Muammar Tasbih itu.
Pendiri Pondok Pesantren Ibnussabil, Ustadz Agus Tasbih mengatakan peran adiknya dalam mentransfer ide pembelajaran bahasa Arab ala Pondok Modern Darussalam Gontor sangat terasa.
Di atas tanah peninggalan orang tua dan keluarga yang mewakafkan tanahnya, Muammar bersama istrinya mendidik santri-santri dengan program tahfidz Alquran yang dipadukan dengan pembelajaran bahasa Arab ala Gontor.
Pimpinan Pondok Pesantren Ibnussabil, Muammar Tasbih, menuturkan sistem klasikal yang diterapkan di pesantrennya mengikuti sistem KMI Gontor (kelas 1-6). Adapun pelajaran yang dikembangkan di Madrasah Mu’allimatil Qur’an, Pondok Pesantren Ibnussabil terdiri dari pelajaran bahasa Arab, dirasah islamiyah dan tarbiyah.
“Bahasa Arab adalah pendukung dalam sistem pesantren. Sedangkan menghafal Qur’an adalah pelajaran utama, namun berapa banyak mereka menghafal kita sesuaikan dengan kemampuan santri masing- masing,” tuturnya.
Meski begitu sejumlah tantangan dihadapinya. Diantaranya adalah keterbatasan dana. Karena dalam mengelola pesantren, alumni Gontor tahun 2005 ini tidak memungut biaya sepeserpun dari santri- santrinya baik SPP maupun biaya makan.
Di samping itu keterbatasan fasilitas juga menjadi kendala. Misalnya, memasuki tahun ke 3 pesantren berdiri, jumlah asrama belum juga bertambah sementara jumlah santri terus bertambah akibatnya lingkungan menjadi kurang sehat antara santri putra dan santri putri.
Melihat kondisi itu dalam evaluasi kemudian disepakati untuk pondok di Kaltim ini dikhususkan putri. Pihaknya pun tidak putus asa dalam menghadapi kondisi yang serba terbatas. Meski dikelilingi hutan, dan jumlah santri yang belum seberapa, pihaknya akan terus berdakwah di wilayah Santan Tengah, Kutai Kartanegara.
Adalah pesan dari salah satu pendiri Pondok Modern Gontor, KH Imam Zarkasyi, yang sering dibaca dan didengarkannya ketika nyantri di Gontor lah yang menguatkannya untuk terus berdakwah lewat pesantren.
“Dulu waktu kami nyantri di Gontor dari tahun 2001-2005 dan pengabdian 2006, 1 tahun tetap di Gontor, kami sering mendengar dan membaca pesan pak Kiai Imam Zarkasyi. Andai kata muridku tinggal satu, akan tetap ku ajar, yang satu ini sama dengan seribu,”jelasnya.
“Intinya mengajar itu kewajiban dan salah satu metode dakwah al amru bil ma’ruf wa nahyu anil munkar. Mengajar 1 atau 1000 sekalipun, judulnya tetap satu yaitu dakwah,”paparnya.
Selain mendidik santri-santri putri dengan program tahfidz Alquran yang dipadukan dengan pembelajaran bahasa Arab dan studi Islam, juga membekali santri- santrinya dengan kewirausahaan.
“Meskipun gratis bukan berarti santri bermental miskin, malas-malasan, dan minta-minta. “Kami juga mengajak santri jualan air RO, ajak santri ternak ayam, ajak santri menanam,”bebernya
Saat ini total santri putri yang belajar di pesantren yang berlokasi di Jalan Adam Malik Dusun Handil Mico Gunung, Desa Santan Tengah Marangkayu Kutai Kartanegara ini berjumlah 33 orang.
Pimpinan Pondok Pesantren Ibnussabil inipun berpesan Kepada Gontornews supaya Gontornews dan pemirsa yang membaca berkenan untuk mendoakannya. “Kami mohon didoakan kebaikan dari semua yang membaca,” tutupnya.
Semoga selalu jaya dan selalu dalam lindungan Allah SWT, aamiin yaa rabbal ‘aalamiin
Barokallah wal hamdulillah …
Sungguh perjuangan yang luar biasa oleh Ustadz Muammad Tasbih yang dulu di Gontor menjadi kakak sekaligus ustadz pembimbing konsulat. Semoga sukses dalam mendidik anak bangsa untuk melahirkan generasi yang robbani. aamiin ya Robbal’alamiin