Jakarta, Gontornews — Niat membuncah itu datang ketika tahun di angka 2006. Setelah menjalani usaha makanan ringan di Yogyakarta namun keberuntungan belum memihaknya. Hijrah dari Kota Gudeg ke Kota Tahu Kediri menjadi cikal bakal berdirinya usaha Latansa Catering Cake n Bakery.
Bermodal uang lima juta rupiah, Zubaidi Rozaq alumni Pondok Modern Darussalam Gontor tahun 1999 (Spinker) ini bertekad membangun usaha bersama sang istri. “Modal awal beli oven, mixer, loyang dan perlengkapan memasak sekitar 5 jutaan,” kisahnya kepada Majalah Gontor beberapa waktu lalu.
Pengalaman selama di Yogyakarta telah menjadikan Zubaidi merasa percaya diri untuk membuat produk makanan yang berkualitas. Saat di Yogya, bersama istri ia membuat makanan ringan yang disetorkan ke pasar-pasar tradisional di Kota Yogya.
Sebenarnya, usaha yang ia jalani di Yogya sudah berjalan, namun karena orangtua meminta menemani karena masih lima adik yang masih sekolah. “Setelah musyawarah dengan istri akhirnya kami sepakat untuk balik ke Kediri sebagai bentuk birrul walidain,” tuturnya.
Tepatnya di jalan Pemandian nomor 31 Bandar Lor Kediri, Zubaidi menempati rumah kecil yang berada dalam gang kecil hinggal tahun 2010. Setelah memiliki dana cukup, ia kemudian membongkar total dan hingga saat ini menjjadi rumah induk, untuk produksi Pizzako Kediri dan Latansa Catering Cake ‘n Bakery.
Pemilihan nama Latansa karena termotivasi agar tidak mudah melupakan apa yang pernah didapatkan selama nyantri di Pondok Gontor. “Ilmu-ilmu yang pernah Kiai dan guru-guru Gontor ajarkan, karena dari beliau-beliau doa dan motivasi terus terbangun,” ujarnya.
Zubaidi merasa yakin dengan kemampuannya membuat makanan ringan, usahanya bisa berjalan di Kediri. Ia juga melihat potensi-potensi pasar modern (toko) dan pasar tradisional. Akhirnya pasar tradisional menjadi pilihan pasarnya untuk akselerasi.
“Alhamdulillah setelah 4 tahun berjalan, ana bisa membangun rumah dan membeli armada untuk mengantar roti ke Nganjuk, Jombang, Blitar dan Tulungagung,” ungkapnya.
Dalam menjalankan bisnisnya, Zubaidi termotivasi dengan wejangan-wejangan Kiai Syukri Zarkasyi saat menjadi, diantaranya adalah “Maksimalkan yang ada dan jangan pernah mengada-ada”. Begitu juga nasihat pribadi yang ia terima langsung dari Kiai Hasan Abdullah “Berikhtiarlah dan ikhlaskan apa-apa yang telah engkau kerjakan”.
Dengan memegang prinsip ‘Berani belajar, berikhtiar dan berani sukses’, ayah tiga putri ini bertekad memajukan bisnisnya dan menjadikannya sebagai bisnis utamanya. Bagi Zubaidi, bisnis kuliner bukan sekedar bisnis baginya, tetapi passion.
Dibantu sang istri tercintanya, Umi Cici Evimawati yang alumni Brawijaya Malang, Jurusan Matematika Statistik ini, Zubaidi menjadi leader dari 14 karyawan untuk terus berinovasi dan merespon pasar terhadap berbagai kebutuhan makanan ringan yang terjangkau, bekualitas dan memiliki rasa yang nikmat.
Seperti brand Pizzako yang ia gulirkan di kediri merupakan pizza dengan tekstur dan rasa yang pas untuk masyarakat di Indonesia. Ia modifikasi sedemikian rupa sehingga menjadi jajanan yang istimewa, berkelas tetapi bisa diterima di kalangan masyarakat umum.
Selain dunia kuliner, ternyata Zubaidi juga senang dengan dunia network. Kesenengan ini ia tunjukkan untuk berkecimpung di dunia property dan network bisnis. Baginya, membangun network menjadi sebuah hiburan dan tempat untuk terus belajar dan mengembangkan diri.
Tak heran, jika kepiawaiannya dalam membangun networking, ia pernah menjadi Ketua Divisi Bisnis iZaura dalam pengembangan marketnya. Tahun 2015, bersama Prof Robby Bogor, Ust Irfan Malang, Ust Tarsono Lampung dan Ust Imam Grobogan ia mulai mengembangkan pasar Air Alkali iZaura di Indonesia. Hingga ia punya 21.000 partner bisnis di seluruh Indonesia
Bagi Zubaidi, dunia networking adalah dunia unik, dari yang tidak kenal menjadi kenal. Ketika network besar, maka kita bisa mengembangkan di segala sektor ekonomi. “Berawal dari 4.000 karton per bulan, alhamdulillah saat ini permintaan Air Alkali iZaura bisa ratusan ribu karton perbulan, dengan omzet puluhan bahkan ratusan juta,” jelasnya.
Di sela-sela kesibukannya dalam berbisnis, ia juga mendedikasikan diri untuk pengembangan jaringan para pengusaha alumni Gontor di Forum Jaringan Bisnis (Forbis) sebagai Ketua di wilayah Kediri.
Zubaidi aktif memotivasi para pebisnis muda dan pemula, Zubaidi selalu menekankan jika mau sukses itu kita harus mengandalkan kerja keras, bukan bakat. karena jika hanya berbakat tapi masih malas, yah jauh deh dari yang namanya kesuksesan.
Bagi Zubaidi, kunci sukses itu hanya teori, yang terpenting baginya, memulai usaha itu setidaknya harus berani memulai, jangan terlalu banyak analisis jalanin saja, tidak ada kesuksesan yang serba instan. Sukses itu butuh proses, memiliki mimpi yang besar dan selalu positive thinking.
“Tidak akan pernah maju dan sukses orang yang belum apa-apa sudah negative thinking, belum apa-apa sudah mikir bakal gagal,” jelas penyuka pelajaran Sejarah Islam saat di Gontor.
Zubaidi mengatakan, membangun kedekatan emosional dengan mitra dan konsumen adalah salah satu kunci terpenting dalam dunia bisnis. “Untuk teman-teman yang alumni, yang mengembangkan usaha, hormati prosesnya dan selalu cintai usaha yang kamu geluti,” tegas alumni UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Untuk adik-adik santri, ingat ayat Al Qur’an: “Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan.” (QS-Mujadillah:11). “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju Surga.” (HR. Muslim). [Fath]