Jakarta, Gontornews — Anas Asrofi memang bukan perintis, namun di tangan dingin jebolan Pondok Gontor 1996 ini, usaha yang dibangun almarhum Muntaham bin Kayat ini mampu dikembangkan lebih baik lagi. Kini, Sari Bumi sudah memiliki 156 toko yang semua dikelola oleh keluarga besar. Bagaimana menjalankan bisnis keluarga ini? Berikut laporannya.
Ke Sidoarjo jangan heran jika menemui banyak toko bangunan dengan nama Sari Bumi. Uniknya lagi, toko Sari Bumi pemiliknya masih ada hubungan keluarga semuanya. Bisnis telah menjadi kerajaan kecil di Sidoarjo dan sekitarnya yang bergerak di bidang bangunan.
Produk-produk Sari Bumi berada di bawah PT. Sari Bumi Sidayu, Asrofi bersama bersama tim yang mayoritas masih keluarga ini tumbuh dan bangkit menjalankan usahanya. Kini, di tangan keluarga besar , Sari Bumi memiliki 156 outlet tersebar di Sidoarjo, Gresik, Surabaya, dan Lamongan.
“Bisnis kami bergerak di bidang jasa yaitu supplier dan retail bahan bangunan yang mulai dari raw material sampai finishingnya, yang mempunyai 13.000 macam barang yang selalu berkembang jenisnya,” ungkap Asrofi.
Asrofi mengisahkan, bahwa Sari Bumi dimulai dari tahun 1980 yang didirikan oleh ayahnya bernama Muntaham. Pada tahun 2010 Asrofi meneruskan bisnis ayahnya yang meninggal dunia untuk dikembangkan lebih baik lagi.
Untuk mengembangkan bisnisnya, Asrofi selalu menganalisa kebutuhan pasar yang terbaru, sehingga peluang penjualan menjadi lebih baik. “Yang pasti selalu update apa saja yang jadi kebutuhan pasar dan konsumen,” ujarnya.
Menurut Asrofi, jumlah toko yang mencapai ratusan itu bukan milik satu orang. Namun, milik banyak orang. Mereka masih dalam hubungan keluarga. “Salah satu misi dari Sari Bumi adalah mengangkat ekonomi keluarga. Oleh karena itu, bagi yang sudah berhasil harus mengangkat saudara yang masih lemah,” jelasnya.
Ayahnya yang asli Lamongan itu dulunya pembuat kapur putih (salah satu bahan bangunan) di Gresik. Setiap harinya, ia menggenjot sepedanya ke Surabaya untuk memasarkan kapur putihnya. Kerja kerasnya tidak percuma. Dagangannya laris manis.
Dari sinilah ia mencium peluang usaha berjualan bahan bangunan. Tekadnya kemudian betul-betul bulat. Sekitar tahun 1980-an ia membuka toko bangunan yang diberi nama “Sari Bum raya” dengan menyewa tempat di daerah Rungkut. “Modal awalnya cuma 150 ribu rupiah. Yang dijual juga masih terbatas misalnya bata, paku, pasir,” kisah Asrofi, putra sulung Muntaham.
Penciuman bapak Muntaham terbukti tajam. Tokonya laris. Ia kewalahan melayani order tiap harinya. Tak sanggup ia bekerja sendiri. Untuk membantunya, ia memanggil Ahmad Said dan Abdul Karim. Mereka berdua adalah keponakannya.
Dalam perjalanannya, mereka berdua tak hanya bekerja, tapi juga belajar. Muntaham sendiri membuka pintu lebar-lebar. Tidak hanya membimbing, ia juga membantu modal kelak saat keduanya membuka toko sendiri. Bantuannya bukan berupa uang, melainkan barang dagangan seperti cat, kayu, dan sebagainya. Toko milik Ahmad Said danAbdul Karim terus berkembang.
Kuncinya kata Asrofi, ialah saling membantu. Tak hanya dalam bentuk barang, bantuan itu bahkan berupa toko itu sendiri. Tokonya dipinjamkan kepada saudaranya untuk dikelola dalam waktu tertentu. Keuntungan sepenuhnya diberikan kepada yang minjam. Dari keuntungan itulah ia punya modal untuk membuka toko sendiri. Saat mengembalikan toko, barang yang dikembalikan harus seperti sedia kala.
Untuk memperkuat saling membantu diantara keluarga, ungkap Asrofi, ia bangun pertemuan sebulan dua kali. Bentuknya berupa arisan dan pengajian. “Selain menjaga hubungan keluarga juga bisa memperdalam ilmu agama. Salah satu wujud dari keimanan itu yakni dengan berinfaq,” terangnya.
Oleh sebab itu, setiap anggota diserukan untuk berinfak yang besarnya tak ditentukan. Dari infak itu diperoleh sekitar puluhan jutaan tiap bulannya. Dana tersebut disalurkan kepada lembaga sosial dan pendidikan daerah setempat. Pada beberapa tahun ini dana tersebut sudah dikelola sendiri oleh Yayasan Group Sari Bumi.
Bahkan Yayasan Group Sari Bumi yang dikelola ini memiliki lembaga pendidikan formal yaitu lembaga pendidikan Sari Bumi yang berdiri pada tahun 2009. Lembaga ini terdiri dari Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Sekolah Dasar (SD Sari Bumi). Jumlah siswanya sudah mencapai 850 siswa. Dan pada tahun 2022 berdiri Pondok Sari Bumi Boarding School yang berada di Wonosalam Jombang yang luas tanah wakafnya mencapai 30 Hektar.
Dalam rangka memperkuat jaringan bisnis, kelompok Sari Bumi kemudian membentuk holding. Selain itu juga menjaga perputaran uang tidak keluar dari kelompok sendiri. Sebanyak 20% keuntungan holding ini masuk Yayasan Group Sari Bumi.
Bentuk pengembangan Sari Bumi lainnya yakni dengan kemitraan. Kini selain keluarga boleh buka toko menggunakan nama seusi dengan yang diinginkan mitra. Tentu ada persyaratan yang meski dipenuhi. Pihak mitra setor uang Rp 500 juta. Dari jumlah tersebut, Rp 50 juta untuk membayar royalti selama 7 tahun, sedangkan sisanya untuk modal.
Asrofi menjelaskan, Sari Bumi sejak awal dibangun menerapkan prinsip ta’awun (tolong menolong), selain melibatkan para kerabatnya juga memberikan bantuan modal tanpa bunga kepada saudara lainnya, setelah usaha berjalan saudara diminta memberi bantuan modal kepada kerabat yang lain.
“Dengan modal itu, seluruh isi toko akan dikirim dan dibantu juga manajemen pengelolaanya. Syarat lain, tidak diperbolehkan menggunakan uang dari bank riba,” tegasnya.
Dengan prinsip ta’awun, saling menjaga silaturahmi dan memberi tauladan, Sari Bumi menjadi besar, saat ini sudah ada 156 toko bahan bangunan yang menyebar di Kabupaten Sidoarjo dan sekitarnya. “Kami selalu menjaga reputasi perusahaan, sehingga nama Sari Bumi dikenal sebagai toko milik pengusaha muslim yang dapat dipercaya baik oleh supplier maupun pelanggan,” paparnya.
Asrofi mengatakan, pihaknya selalu berbagi dengan relasi bisnis, baik tentang informasi maupun hal lain yang dapat saling menguntungkan dalam hubungan bisnis. Selalu itu juga senantiasa bisa saling tolong menolong dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungan bisnis maupun hubungan kekeluargaan dan kemasyarakatan.
Untuk menjaga keberlangsungan usaha yang dirintis ayahnya, Asrofi melakukan beberapa upaya agar toko Sari Bumi bangunan mampu bersaing dalam dunia usaha yang selalu dinamis. Salah satunya adalah dengan merubah system administrasi yang dulu manual dengan system informasi yang berbasis aplikasi komputer, berinovasi dengan mendirikan perusahaan supplier untuk menghindari ketergantungan dengan pihak lain. “Hal ini dilakukan untuk menjaga performa perusahaan baik di mata masyarakat sebagai pelanggan maupun di mata relasi bisnis,” jelasnya. [Fath]