Setelah beberapa kali berkunjung ke Inggris dan mendapat kesempatan mengunjungi beberapa institusi pendidikan, mulai dari tingkat PAUD, hingga universitas, ada satu hal yang sampai sekarang belum tercapai, yaitu berkunjung ke salah satu boarding schools di Inggris.
Menurut data terakhir, hanya tersisa sekitar 500 boarding schools yang tersebar di United Kingdom. Sebagian besar berumur lebih dari satu abad. Salah satunya adalah King’s School Canterbury yang pada awalnya ia adalah Gereja yang didirikan pada abad ke-6 masehi dan dianggap sebagai sekolah berasrama tertua di dunia yang masih berjalan hingga hari ini.
Sulitnya akses dan izin untuk study banding menjadi alasan utama. Hampir seluruh boarding school di Inggris merupakan kategori sekolah swasta private yang sifatnya sangat independent, baik dalam hal pembiayaan dan konsep pendidikan.
Sekolah model boarding school di Inggris memang terkesan sangat elit dan tidak terlalu membuka diri seperti state schools, sekolah negeri yang bebas biaya. Satu satunya kesempatan untuk mengunjungi boarding school ala Inggris justru terwujud saat kunjungan di Amman, Jordan, saat kami mendapatkan kesempatan mengunjungi King’s College, boarding school yang didirikan oleh Raja Hussein Jordan, yang kebetulan adalah alumni salah satu boarding school di UK.
Pabrik Pemimpin
Padahal, mempelajari dan membandingkan metode pendidikan berasrama mereka pastilah sangat menarik dan relevan dengan dunia pesantren.
Mengingat bahwa faktanya, boarding school di Inggris, memiliki reputasi luar biasa sebagai sekolah yang sangat menonjol dari berbagai sisi, baik dari sisi sejarah dan tradisinya yang telah menurun berabad abad.
Prestasinya di dalam bidang akademik sangat diakui, 35% mahasiswa yang lolos di Oxbridge (Oxford dan Cambridge) adalah alumni private school termasuk boarding school.
Yang lebih menarik dalam konteks dunia pesantren adalah kesamaan visinya didalam mengkader pemimpin.
Boarding schools di Inggris memang telah lama diakui keberhasilannya didalam melahirkan generasi pemimpin bangsa Inggris di berbagai bidang.
Nama nama besar yang menghiasi media internasional yang terkait dengan Inggris akhir akhir ini seperti David Cameron, Boris Johnson, Nigel Farage adalah produk pendidikan boarding schools.
Boarding schools di Inggris memang sejak lama merupakan pemasok utama pemimpin politik di UK.
Termasuk didalamnya sejumlah besar pangeran kerajaan seperti William dan Harry dan Kate Middleton. Serta mayoritas perdana menteri UK dan negara2 commonwealth seperti Winston Churcill dan Jawaharlal Nehru.
Sebagian besar petinggi militer serta petinggi petinggi pemerintahan negeri Queen Elizabeth ini pun banyak yang terlahir dari sistem boarding school.
Eton, Harrow, Westminster dan Winchester Boarding schools adalah beberapa diantara yang paling terkemuka. Nama-nama tersebut juga menjadi tempat pendidikan pilihan bagi bangsawan-bangsawan baik dari kerajaan Inggris maupun kerajaan di Eropa bahkan asia.
Tidak hanya kepemimpinan politik, boarding schools di Inggris pun banyak melahirkan tokoh dibidang lain seperti ekonomi, banking, entrepreneurship dan industri kreatif. Bahkan, 2/3 peraih nobel dan penulis terkemuka Inggris lahir dari sistem pendidikan ini.
Kolonialisme dan Brexit
Meskipun begitu, sistem pendidikan boarding school di Inggris bukanlah tanpa kritikan.
Salah satu kritik terbesar muncul pada saat ini dengan diguncangnya Inggris dengan adanya Brexit yang akan diimplementasikan pada akhir Oktober 2019 ini.
Bukan kebetulan tokoh tokoh seperti Boris Johnson dan Nigel Farage-pendukung utama Brexit-merupakan alumni dari boarding schools di Inggris.
Beberapa pihak mengatakan bahwa pendidikan elit dan biaya mahal dari boarding school hanya melahirkan pemimpin pemimpin yang jauh dari aspirasi rakyatnya.
Biaya pendidikan boarding schools memang hanya mampu dipenuhi oleh mereka yang berkantong sangat tebal.
Kritik sosial dari beberapa pihak bahkan menganggap bahwa keberadaan boarding schools sengaja didesain untuk mendoktrin dan mempersiapkan generasi penerus kelas sosial dari kalangan tertinggi (elite).
Duffell (2014) dalam tulisan berjudul “Britain’s Boarding School Problem, How the country’s elite institutions have shaped colonialism, Brexit, and today’s global super-rich” berargumen bahwa boarding schools adalah biang keladi tempat lahirnya pemimpin elitis yang membawa Inggris (dahulu) ke era kolonialisme British Empire dan berlanjut ke era modern dalam bentuk Brexit, pemisahan Inggris dengan Uni Eropa yang memiliki semangat elitisme Inggris.
Terlepas dari kontroversinya, boarding school terbukti melahirkan generasi yang mampu menjadi pemimpin di level global.
Boarding School ala Indonesia
Ada hal menarik terkait system boarding schools Inggris jika dikaitkan dengan konteks ke-Indonesia-an.
Jika Inggris terkenal dengan tradisi sistem boarding schoolnya yang lahir dari rahim lingkungan elit kerajaan didukung oleh kalangan rohaniawan, untuk (sebagian) memperkuat misi kolonialisme dan Imperialisme, Indonesia justru mengenal pesantren sebagai pendidikan tradisional (indigenous) yang justru lahir dari semangat bertolak belakang. Semangat melawan penjajahan (kolonialisme).
Dalam sejarahnya, pesantren dimulai dari inisiatif sosok ulama kyai yang mencoba menjaga jarak dari kekuasaan yang dekat dengan kolonial. yaitu kerajaan kerajaan di bumi Nusantara.
Beberapa pesantren tua seperti Buntet, Sidogiri, Tebu Ireng tidak bisa dipisahkan dari perjuangan mengusir kolonialisme dari Nusantara.
Bahkan dalam sejarahnya, Kyai Abbas dari pesantren Buntet dan KH Hasyim Asy’ari dari Tebu Ireng adalah dua tokoh utama penggerak perlawanan melawan penjajah Inggris di Surabaya yang menjadi inspirasi keluarnya Resolusi Jihad.
Dengan basis pemahaman agama Islam, pesantren secara konsisten menjaga semangat melawan segala bentuk penjajahan hingga hari ini.
Bertolak belakang dengan boarding school di Inggris yang menjadi tempat dididiknya kaum elit Inggris, justru di pesantrenlah tempat didiknya kaum pedesaan dan mereka yang berasal dari kalangan ekonomi terbawah.
Tidak jarang bahkan pesantren adalah bentuk sumbangsih dari Kyai untuk bisa membantu Negara didalam mendidik generasi dan memastikannya bisa dijangkau oleh kalangan terbawah masyarakat.
Fenomena tersebut sebenarnya saat ini sudah mulai berubah dengan ditandai banyaknya pesantren yang diminati oleh kalangan menengah dan banyaknya pejabat dan tokoh yang tidak ragu menjatuhkan pilihan kepada pesantren sebagai tempat didiknya putra putri mereka.
Sistem Asrama
Pesantren baru saja mendapatkan pengakuan dan penghargaan tertinggi dari Negara, dengan disahkannya UU Pesantren di bulan September 2019. Sebagai penguatan dari tradisi pesantren, jelas terekam dalam pasal 5 ayat 2 bahwa salah satu unsur pesantren adalah keberadaan Kyai dan santri yang mukim di asrama (boarding).
Kesamaan pola pendidikan berasrama menjadi satu titik temu yang menarik antara boarding school di Inggris dengan dunia pesantren.
Meskipun ada sebagian pesantren yang tidak mewajibkan santri untuk hidup di asrama (mukim), bisa dipastikan bahwa sistem asrama adalah satu hal yang lazim ada di dalam sebuah sistem pesantren.
Kehidupan di asrama dengan segala dinamika dan disiplinnya menjadi salah satu pola dan proses penting yang sulit dipisah keunggulan yang mampu membentuk karakter dari santri. Menjadi kurikulum itu sendiri. Kurikulum kehidupan.
Dalam kaitannya dengan kemampuan melahirkan pemimpin, faktanya pesantren tidak kalah produktif dari boarding school di Inggris.
Tidak terhitung tokoh pejuang nasional bahkan internasional yang lahir dari rahim pesantren.
Perdana Menteri pertama Indonesia, Idham Khalid, Gus Dur, KH Hasyim Muzadi dan sederet tokoh nasional lainnya adalah contoh kecil dari alumni pesantren.
Pesantren pun sebenarnya tidak lepas dari pantauan radar pemerhati pendidikan dan kepemimpinan dunia.
Bahkan sekelas Cambridge University pun menaruh perhatian kepada dunia pesantren, salah satunya Pondok Modern Gontor.
Tercatat pada tahun 1990, salah satu Trimurti pendiri Gontor, KH Imam Zarkasyi mendapatkan sertifikat penghargaan leadership achievement oleh Cambridge University.
Ini menjadi bukti tidak terbantahkan bahwa kiprah pesantren selama ini benar benar mampu mewarnai dengan melahirkan generasi yang menopang kemerdekaan Indonesia hingga saat ini.
Sehingga keberadaan Undang Undang Pesantren yang baru saja disahkan oleh DPR menjadi sangat relevan untuk terus diperkuat dengan peraturan peraturan pemerintah yang bisa memberi ruang untuk perkembangan pesantren tanpa meninggalkan tradisi dan visi besarnya mengusir penjajahan dalam segala bentuk.
Cidokom, 16/10/2019