Texas, Gontornews — Sebuah penelitian mengatakan penguncian dan karantina selama pandemi Covid-19 membuat seseorang stres dan kecemasan. Akibatnya, banyak orang mengalami insomnia atau gangguan tidur.
“Covid-19 memberikan pengaruh besar pada pengalaman manusia,” kata Dr Randall Wright, ahli saraf yang berspesialisasi dalam gangguan tidur di Rumah Sakit Metodis, Houston, Texas, Amerika Serikat.
“Pola tidur kami berubah,” sambungnya Wirght sebagaimana dilansir Anadolu.
Wright menambahkan bahwa selama penguncian dan karantina, terutama pada tahap awal pandemi, telah membuat rutinitas dan kebiasaan orang berubah. Hal itu terjadi karena sebagian besar orang di dunia terpaksa tinggal di rumah dan hidup dengan stres dan kecemasan.
“Insomnia benar-benar menjadi salah satu yang terbesar dengan jumlah kasus tertinggi terjadi selama tahun pandemi,” ucap Wright.
“Kecemasan dan stres dapat menyebabkan insomnia. Itu karena keduanya menjadi salah satu penyebab insomnia paling umum,” imbuhnya.
Rutinitas harian orang dewasa berubah mulai dari bekerja dari ruang keluarga atau dapur serta anak-anak yang sekolah secara virtual dari kamar tidur telah membuat siklus tidur mereka terganggu.
“Kami menonton banyak film selama pandemi, sehingga kami begadang. Kami tidak menghormati batas karena merasa tidak harus bangun. Akhirnya, saya bisa melanjutkan dan tetap terjaga,” paparnya.
Wright mengatakan ini adalah kesempatan yang tepat untuk menekankan pentingnya tidur malam dengan nyenyak. Mengapa? Karena statistik menunjukkan angka kesulitan tidur malam yang mengkhawatirkan.
“30 hingga 35 persen populasi orang dewasa Amerika menderita insomnia kronis,” ucapnya.
Artinya, sepertiga orang dewasa di Amerika Serikat tidur kurang dari lima setengah jam setiap malam karena gangguan tidur. Biasanya, mereka akan kembali terbangun tengah malam atau tidak bisa tidur.
“Tidur benar-benar merupakan bagian penting dari kehidupan kita,”
“Jika kita tidak bisa tidur, (kondisi) kita akan merasa sangat buruk,” tutupnya. [Mohamad Deny Irawan]