Bangkok, Gontornews — Sejumlah partai oposisi Thailand menolak untuk menyerah dalam sengketa pemilihan umum (pemilu) di Thailand yang dilaksanakan pada bulan Maret lalu. Mereka tetap bertekad untuk membawa militer keluar dari politik praktis.
Sebagaimana diketahui, pemilu di Thailand yang dilaksanakan pada 24 Maret 2019 mempertemukan partai projunta militer, Palang Pracharat, dengan partai antijunta militer Fron Demokratik dan 7 partai lain yang menolak mendukung kepemimpinan junta militer di Thailand.
Berdasarkan pemilu 24 Maret, partai pendukung Junta militer berhasil memenangkan 115 dari 500 kursi parlemen Thailand. Jika dijumlah dengan beberapa partai sekutu, maka partai pendukung Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha itu sanggup untuk membentuk pemerintahan yang solid.
Sementara itu, partai penolak junta militer Thailand berhasil menguasai 245 kursi majelis yang lebih rendah. Meski demikian, Ketua umum Partai masa depan yang lebih maju (Future Forward Party), Thanathorn tetap optimis bahwa mereka masih mampu membentuk pemerintahan yang sah.
“Bagi partai-partai antijunta militer, upaya untuk membentuk pemerintahan yang baru masih ada. Tidak ada kata menyerah dan tidak ada pengibaran bendera putih saat ini,” ungkap Thanathorn sebagaimana dilansir Reuters.
“Segala sesuatu yang masih di atas meja, masih mungkin terjadi,” tambah Thanathorn.
Lebih lanjut, Thanathorn berharap bahwa koalisi penentang junta militer di Thailand tetap solid.
“Jika kita dapat membentuk pemerintahan yang kuat dan solid di majelis rendah, para senator tidak akan memberikan suara pertentangan. Tekanan ada pada mereka jika mereka menentang suara rakyat. Saya berpikir mereka memiliki keberanian untuk melakukan itu,” jelas Thananthorn.
“Kami memang kalah dalam pemilihan ini tetapi kami tidak kalah dalam pertandingan ini.”
“Ini perjalanan panjang. Ini bukan bukan tentang hasil pemilihan. Ini akan menjadi jalan panjang yang memakan waktu puluhan tahun,” pungkas Thanathorn menyoal peluang mereka membebaskan Thailand dari kekuasaan juta militer. [Mohamad Deny Irawan]