London, Gontornews — Badan PBB untuk urusan lingkungan, United Nation Environment Programme (UNPE), menyebut kenaikan suhu rata-rata global menuju 3 derajat celcius. Angka ini sekaligus melampaui kesepakatan Paris yang menargetkan peningkatan suhu global berada di bawah 2 derajat celcius.
Laporan yang dirilis oleh UNEP tersebut mengikuti cuaca ekstrem yang mengkhawatirkan sepanjang satu tahun terakhir. Pun dengan semakin masifnya pencairan es di laut Arktik serta gelombang panas dan kebakaran hutan yang melanda Siberia dan Amerika Serikat bagian Barat.
Penelitian yang diinisiasi oleh peneliti Copernicus Climate Change Service di Eropa mencatat bulan November sebagai bulan terpanas yang pernah tercatat sepanjang sejarha.
“Tahun 2020 akan menjadi salah satu (tahun) terpanas dalam catatan. Sementara kebakaran hutan, badai dan kekeringan terus mendatangkan malapetaka,” kata Direktur Eksekutif UNEP, Inger Andersen, kepada Reuters.
Berdasarkan pakta iklim global, negara-negara dunia telah berkomitmen untuk tujuan jangka panjang dengan membatasi kenaikan suhu rata-rata di bawah 2 derajat celcius. Perjanjian Paris bahkan menargetkan untuk pembatasan kenaikan suhu di angka 1,5 derajat celcius.
Total emisi kabondioksida pada tahun 2019 mencapai rekor baru yaitu sebesar 59,1 gigaton. Sementara tahun ini, emisi gas rumah kaca turun sementara menyusul pelambatan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Para peneliti menyebut penurunan ini tersaji menyusul terbatasnya perjalanan, aktifitas industri serta penggunaan pembangkit listrik. Dengan ini, emisi gas rumah kaca berpotensi menurun hingga 7 persen. Hanya saja angka menggembirakan tersebut hanya berdampak 0,01 derajat celcius dalam pemanasan global pada tahun 2050 mendatang.
“Tingkat ambisi dalam Perjanjian Paris masih harus sekitar tiga kali lipat untuk mencapai jalur 2 derajat celicius dan meningkat setidaknya lima kali lipat untuk jalur 1,5 celcius,” tutup laporan tersebut. [Mohamad Deny Irawan]