Kehadiran beragam lembaga pendidikan al-Qur’an di Indonesia tentunya menjadi harapan besar umat Islam untuk bisa terus membumikan al-Qur’an. Sebab, sebaik-baik manusia ialah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.
Umat Islam saat ini harus terus berjuang menjaga kitab suci al-Qur’an baik di lisan maupun hatinya. Namun tidak sekedar untuk dirinya sendiri, sebagai seorang Muslim sudah seharusnya kita berusaha untuk mengamalkan serta mengajarkan ayat dan kandungan ayat suci al-Qur’an tersebut kepada orang di sekitarnya.
Semangat menggaungkan syiar al-Qur’an inilah yang kini telah dijalani oleh para pejuang al-Qur’an di berbagai lembaga pendidikan al-Qur’an yang tersebar di Indonesia. Banyak dari mereka berjuang dari titik terendah, namun Allah Yang Mahakuasa tak henti-hentinya menolong mereka hingga lembaga pendidikan tersebut semakin besar dan bermanfaat untuk umat dari hari ke hari. Berikut beberapa ulasan perkembangan lembaga tahfidz al-Qur’an yang ada di Indonesia:
Pondok Al-Muqoddasah, Ponorogo: Pencetak Generasi Qur’ani
Ma’had Al-Muqoddasah Li Tahfidhil Qur’an atau biasa disebut Pondok Al-Muqoddasah terletak di Nglumpang, Mlarak, Ponorogo, Jawa Timur, kurang lebih 500 meter dari Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo.
Sejak resmi didirikan pada tanggal 18 Oktober 1992 oleh KH Hasan Abdullah Sahal dibawah Yayasan Al-Hikmah, pondok ini terus semangat mendidik dan mencetak generasi Qur’ani. Pondok ini pun berusaha untuk mengondisikan segala sesuatunya. Karena pondok tahfidz bukanlah pondok sembarangan, sehingga tidak boleh memaksakan.
Ma’had Al-Muqoddasah merupakan salah satu pondok tahfidz terbaik. Selain diberikan pendidikan umum, para santri di sini juga mendapatkan materi pendalaman al-Qur’an yakni dengan membaca, menghafal, dan mengamalkannya agar dapat menjadi insan kamil yang berguna bagi umat serta agama.
Dalam aplikasinya, santri yang duduk di kelas 1 sampai 3 tingkat Sekolah Dasar, biasanya masih ditekankan pada pembelajaran Iqro. Jika bacaan al-Qur’annya sudah lancar dan tidak terbatah-batah, maka santri akan mulai diintenskan untuk menghafal al-Qur’an.
Biasanya sebelum menghafal, santri dianjurkan untuk membaca ayat yang akan dihafal berulang-ulang. Jika sudah lancar barulah mereka mulai menghafal dan biasanya setiap anak menyetor satu halaman sehari.
Untuk santri, hafalan dimulai sehabis Shalat Subuh dan Ashar, baru selepas Maghrib kembali mengulang atau menambah hafalan. Semua tergantung keseriusan juga kemampuan masing-masing anak.
Ustadzah Afrohah, pengajar setempat menjelaskan bahwa untuk anak-anak yang kesulitan dalam menghafal ayat al-Qur’an, maka harus dilihat dulu dari segi kesulitannya karena berbeda setiap anak. “Hal yang terpenting adalah anak dapat membaca al-Qur’an dengan benar dan lancar dari segi mudud, ghunnah, dan fashohah, dengan pengulangan dan ketelitian, in syaa Allah lebih ringan menghafal,” pungkasnya.
Kepada Gontornews.com, Ustadzah Dhorifah Niswah El-Fidaa, Pengasuhan Santriwati dan putri KH Hasan menambahkan bahwa jumlah penghafal al-Qur’an pada tahun 2022 total ada 28 huffadz/hafidzat, sedangkan pada tahun 2021 lalu, ada 25 huffadz/hafidzat.
Pondok Pesantren Darul Huffadh, Tuju-Tuju, Bone: Semangat Keikhlasan Membumikan al-Qur’an
Ponpes Darul Huffadh atau biasa dikenal dengan nama Pesantren Tuju-Tuju karena berlokasi di Dusun Tuju-Tuju, pada tahun ini berhasil mengkhatamkan 208 santri. Jumlah 208 khatimin dan khatimat atau para penghafal al-Qur’an 30 juz tersebut terdiri atas 107 santriwati dan 101 santriwan.
Sebelummnya, pada tahun 2021 jumlah khatimin dan khatimat di pondok ini mencapai 187 orang. Dengan demikian terjadi peningkatan prestasi santri dalam menghafal kitab suci al-Qur’an di tahun 2022 ini.
Kepada Gontornews.com, Ustadzah Sabiah Said, pengasuh Ponpes Darul Huffadh Putri menerangkan untuk penyelesaian hapalan 30 juz biasanya tergantung dengan kemampuan santri dan santriwati. Ada yang bisa menyelesaikan secara cepat dan ada pula yang tahunan.
Ponpes Darul Huffadh yang telah berusia 47 tahun dan memiliki 2000-an santri dan santriwati ini, dulunya dimulai dari tujuh santri saja. Sistem penghafalan al-Qur’an yang diterapkan di Ponpes Darul Huffadh sudah dimulai dari awal berdirinya dengan pondasi dasar oleh Pendiri, Ustadz Lanre Said. Setelah sang pendiri pondok wafat, sejak tahun 2005 kepemimpinan pondok telah diamanahkan kepada putra dan putrinya.
Adapun beberapa tambahan berupa aturan pelaksanaan mengalami sedikit perubahan seiring dengan semakin banyaknya santri dan santriwati. “Namun, sistem hafalan tidak berubah hanya pola pelaksanaan saja yang disesuaikan dengan jumlah santri dan santriwati yang semakin banyak,” tekan Ustadzah Sabiah, alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir itu.
Ia pun menambahkan, “Apabila terdapat kendala bagi santri dan santriwati dalam menambah hafalan, maka harus kami evaluasi kembali, penyebab inti dari masalah tersebut.” Apakah keterlambatan berasal dari faktor kemampuan santri tersebut atau karena adanya masalah yang menganggu konsentrasinya. Semisal masalah keluarga atau internal pribadi dengan teman-temannya.
Dalam evaluasi, sambung Muslimah cantik tersebut, akan kami tentukan pola penanganan melalui asatidz atau asatidzah sesuai dengan kawasan tanggung jawab masing-masing.
Adapun santri/wati yang penambahan hafalannya terhambat karena faktor kemampuan, maka akan diberikan bimbingan khusus. Apabila dianggap mahir dan sudah bisa melanjutkan ke juz selanjutnya, maka akan tetap diberikan ujian kenaikan juz oleh Bagian Tahfidz dari asatidz atau asatidzah.
Menariknya, Pondok Darul Huffadh juga tidak menarik biaya sepeser pun kepada para santrinya alias gratis. “Pondok ini tidak menarik uang pendaftaran, administrasi, bangunan, iuran bulanan, uang makan, dan sebagainya,” ujar Sabiah Said.
Ponpes Darul Huffadh telah mengkolaborasikan sistem pembelajaran KMI (Kulliyyatul Mu’allimin al-Islamiyah) dan tahfidzul Qur’an, yang diwajibkan bagi seluruh santri. “Pembagian waktu dan kompetensi pembelajaran telah diatur sedemikian rupa agar keduanya dapat berjalan selaras dan menjadi persyaratan kenaikan kelas,” terang Sa’diah Lanre Said, Direktur Ponpes Darul Huffadh Putri.
Pesantren Mahasiswa Al Hikam, Depok; Pencetak Da’i Qur’ani di Pedalaman
Area Pesantren Mahasiswa Al Hikam, Depok berada di Jalan H Amat No 21 Kelurahan Kukusan, Kecamatan Beji, Depok, Jawa Barat. Di atas lahan seluas dua hektar ini terdapat Sekolah Tinggi Kuliyyatul Qur’an (STKQ), Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ), dan Pesantren Mahasiswa (Pesma).
Sekolah Tinggi Kuliyyatul Qur’an Al Hikam diresmikan pada tanggal 9 Januari 2011 dan dihadiri oleh para tokoh besar termasuk Syekh Wahbah Zuhaili dan Quraish Shihab.
Selain mendirikan STKQ Al Hikam, KH Hasyim Muzadi juga berusaha mengintegrasikan dan mengombinasikan mahasiswa umum dengan ilmu agama melalui Pesantren Mahasiswa (Pesma) yang didirikannya.
Tidak hanya mendidik mahasiswa dari berbagai daerah, Pesantren Al Hikam juga berusaha mendidik warga sekitar sejak dini melalui TPQ Al Hikam. Dengan adanya TPQ Al Hikam, diharapkan terciptanya generasi Qur’ani di sekitar Al Hikam.
“Perbedaan antara Al Hikam Depok dengan Al-Hikam Malang yakni selain pesantren mahasiswa, kami juga menerima santri yang hafal al-Qur’an untuk S1 Jurusan Ilmu al-Qur’an,” terang KH Muhammad Yusron Shidqi MAg, Pimpinan Pesantren Al Hikam, Depok.
Semakin hari pondok ini semakin berkembang dan menuai banyak penilaian positif dari masyarakat. Puncaknya, pada Ahad (23/10/2022) lalu, STKQ Al-Hikam, Depok kembali sukses menggelar, Wisuda STKQ Al Hikam Angkatan Ketujuh Tahun 2022 dengan mencetak 24 alumni penghafal al-Qur’an 30 Juz.
“Sebelumnya pada tahun 2021 ada 22 alumni, sedangkan tahun 2020 terdapat 18 alumni,” terang Ustadz Ahmad Syauqu Habibie selaku pengajar setempat.
Kepada Gontornews.com, alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir itu pun menambahkan bahwa syarat wisuda dan pengambilan ijazah alumni STKQ tersebut ialah menghafal al-Qur’an 30 Juz serta mengabdi satu tahun di daerah 3T (Tertinggal, Terluar, dan Terpencil). Tentunya, sebelum ditugaskan ke wilayah pengabdian masing-masing, para santri mahasiswa telah dibekali praktik langsung belajar bermasyarakat yang dimulai dari lingkungan sekitar pondok. [Edithya Miranti]