Bagi sebagian alumni Gontor, reuni Abu Sittin merupakan pertemuan alumni Gontor era 1960-an yang eksklusif. Namun tidak untuk reuni Abu Sittin yang dilaksanakan di Hotel Santika, Jakarta, Selasa-Rabu, 10-11 April 2018. Koordinator Abu Sittin, KH Saefudin Arief memastikan bahwa reuni kali ini mengalami perluasan makna abu Sittin dari pertemuan alumni 1960-an ke alumni Gontor berusia 60 tahunan.
Mendengar sinyal ini, Ketua Panitia Pelaksana Reuni Abu Sittin di Jakarta, Muhamad Faiq Hafidh menyambut dengan antusias. Baginya, reuni Abu Sittin merupakan representasi dari niat tulus alumni Gontor yang gemar bersilaturahmi serta menjadi perekat umat di masyarakat.
“Syarat utama yang mengikuti reuni abu sittin adalah orang yang senang silaturahmi. Apalagi mereka yang hobinya silaturahim antar marhalah,” kata Muhammad Faiq Hafidh kepada Gontornews.
Wartawan Gontornews, Mohamad Deny Irawan, berkenan mewawancarai alumnus Gontor 1997 tersebut di sela-sela persiapan reuni Abu Sittin di Hotel Santika, Jakarta. Berikut petikan wawancaranya:
Bagaimana anda melihat reuni abu sittin kali ini?
Sejak reuni abu sittin ditambah kepada mereka yang berumur sudah 60 tahun, sebetulnya ini merupakan sinyal positif bagi alumni yang berumur 60 tahun ke atas. Abu sittin merupakan pelopor pertemuan alumni Gontor. Saya sendiri telah mengikuti acara ini beberapa kali di Madura, Semarang, Yogyakarta. Ini untuk medan tajammuk elitnya para alumni Gontor.
Anda sering mengikuti Reuni Abu Sittin meski ada belum berusia 60 tahun. Benarkah demikian?
Iya sering. Syarat utama yang mengikuti reuni abu sittin adalah orang yang senang silaturahmi. Apalagi mereka yang memiliki hobi bersilaturahim antar marhalah. Selama ini, reuni abu sittin lebih kepada sosok kiai Saefuddin, tapi sekarang berbeda karena kepanitiaan ditangani oleh beberapa marhalah seperti ustadz Zainun Ahmadi (75), saya sendiri (77), saifuddin lafif (78). Ke depan, alumni abu sittin yang asli makin lama makin berkurang. Kita tidak ingin istilah abu sittin itu hilang begitu saja.
Yang kita pandang saat ini adalah angkatan 70-an sudah harus bergabung dengan alumni abu sittin. Kita harapkan nanti, keorganisasian lebih kolektif, yang kedua supaya menambah gairah. Zaman now dipandang aneh sama alumni tahun 2000-an, yang dipandang sebagai perkumpulan orang-orang antik. Padahal, kita masih bisa membawa aura muda dalam perkumpulan Abu sittin.
Saya dapat pelajaran dari cucu yang berumur 4 tahun. saya melihat ada kesamaan antara kakek, anak dan cucu pada zaman sekarang yaitu shalatnya tidak khusu’ karena yang diambil itu handphone. Artinya begini, kepada abu sittin, adalah kolaborasi reuni abu sittin bisa memakai alat informasi. Cinta silaturahmi, kaitannya dengan Gontor juga dengan abad milenial untuk menghubungkan antara anak muda dan orang tua.
Media islam harus menjadi mediator bukan provokator. Jadi ada silaturahim yang berkesinambungan antara yang sepuh dengan yang muda dan dakwah dan pendidikan kalau mau tambah kewirausahaan. Jadi kita mengelak untuk membicarakan bidang politik. Pembicaraan politik tidak diwakili oleh perkumpulan abu sittin ini. justru abu sittin ini untuk bertemu dengan titik-titik cair dimana mereka tidak bertemu di forum yang lain.
Apa perbedaan perkumpulan alumni di usia 30, 40 atau 50-an?
Ini kelebihan alumni gontor dan pendidikan Gontor dibandingkan dengan sistem pendidikan yang lain karena ada perbedaan antar satu sama lain. alumni gontor cepat cair kok. Karena kita berasal dari ibu yang sama. secara pribadi, saya sudah berkumpul dengan masyayikh sejak tahun 80-an. Setiap tamat gontor istilahnya sudah menyayangi yang lebih muda, menghormati yang sepuh. Ini ada di alumni kita.