Yogyakarta, Gontornews — Rombongan Program Kaderisasi Ulama (PKU) Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor bersilaturahim ke Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Yogyakarta, juga Alumni PKU Regional Yogyakarta dan Jawa Tengah di Aula Asrama Haji Yogyakarta. Berbeda dengan sebelumnya, agenda kali ini mengusung tema “Strategi Kaderisasi Generasi Muda”. Acara dimulai dari jam 20.30 dan berakhir pada pukul 23.00. Selasa (10/12).
Perwakilan dari PKU Gontor yang juga selaku Direktur Utama, al-Ustadz Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi M.Phil berhalangan hadir sehingga acara ini diwakilkan oleh al-Ustadz Khairul Umam sekaligus memimpin jalannya silaturahim ini. Dalam sambutannya beliau menekankan perlunya keistiqamahan dalam semangat berjuang.
“ Kalau kita punya niat yang sama yaitu menegakkan kalimat Allah, Insha Allah akan dimudahkan dalam bertemu. Kalau ada perbedaan semangat, menjadi tidak berjuang karena jumlahnya sedikit, perlu ditanyakan apakah ia berjuang untuk khaliq atau makhluq. Kiai Hasan Abdullah Sahal selalu menganalogikan proses perjuangan dengan permainan bola. Waktu bermain 90 menit, jika kalah di awal 5 menit, jangan patah semangat masih ada waktu 85 menit, jadi masih ada waktu panjang untuk berjuang,” tutur Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen UNIDA Gontor.
Dari pihak MIUMI, sambutan disampaikan langsung oleh Ketua MIUMI Yogyakarta, Ustadz Ridwan Hamidi. Beliau memaparkan berbagai program MIUMI Yogyakarta, diantaranya usaha membangun hubungan dengan lembaga Said Nursi di Turki yang bergerak di ranah sosial dan tazkiyatun nafs, pemetaan konsep mulazamah yang sesuai dengan Indonesia, mengumpulkan para pengusaha masjid-masjid fenomenal dll.
“kemarin di Yogya, ada acara Muslim United, nah acara-acara yang ramai seperti itu cukup satu kali dalam setahun, Idul Fitri itu kan ramai tapi setahun sekali. Yang penting adalah meramaikan masjid shalat lima waktu, langkah kecil ini diawali dari DIY,” papar Dosen Agama Islam di UGM.
Adapun sambutan dari perwakilan Alumni PKU, disampaikan Ustadz Muzayyin. Beliau yang ketika menjadi peserta PKU berumur 50 tahun ini bercerita tentang pengalamannya belajar dengan Ustadz Hamid dan juga Ustad Adian. Selain itu, beliau memaparkan peran-peran dakwah yang beliau lakukan di masyarakat.
“ Salah satu yang membuat saya semangat untuk menghadiri silaturahim ini adalah surah at-Taubah: 119, (ya ayyuhalladzina amanu ittaqqullah wa kuunuu ma’a as-shadiqin) dan juga hadist Nabi yang menyebutkan salah satu dari tujuh golongan yang mendapatkan naungan nantinya di akherat, salah satunya adalah dua orang yang saling mencintai di jalan Allah, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya,” jelas Ustadz Muzayyin, yang juga menjadi pengajar di Pondok Pesantren al-Mukmin Ngruki.
Setelah sambutan-sambutan, dilanjutkan dengan sharing dari para peserta silaturahim. Diawali Ustadz Muhammad Halim (PKU II). Beliau menyampaikan beberapa problem keumatan dan kebangsaan yang ada di Solo, dilanjutkan dengan Ustadz Agung Bramantya (MIUMI). Beliau menekankan perlunya langkah dakwah strategis yang bisa menggarap fenomena bonus demografi anak muda di Indonesia.
Dari kalangan anak muda, Ustadz Anton Ismunanto memparkan sejarah dan program serta tujuan dari terbentuknya Yayasan Bentala Tamaddun Nusantara. Kemudia dilanjutkan oleh Ustadz Fuad Muhammad Zein. Beliau memaparkan kiprah beliau sebagai Alumni PKU di daerah Solo. Acara ditutup dengan sambutan dan doa dari Ustadz Rizal, pengurus MUIMI yang juga menjabat sebagai Dosen di UIN Sunan Kalijaga. [Muhammad Kholid]