Florida, Gontornews — Upaya riset terpadu mengembangkan vaksin AIDS menemukan titik terang. Sebuah rekayasa molekuler protein pada struktur sel B diyakini berpotensi membuat antibodi alami dalam tubuh manusia.
“Kami menemukan bahwa hampir semua orang memiliki sel B yang merupakan prekursor antibodi yang andal dapat menetralisir infeksi secara luas. Rekayasa molekuler pada protein tertentu pada sel tersebut ternyata dapat memproduksi antibodi alami yang mampu meredam kegananan serangan virus AIDS,’’ ungkap Prof Michael McHeyzer-Williams, Direktur The Scripps Research Institute (TSRI) seperti dikutip Vaccinenews Daily (7/4).
 William memimpin tim riset gabungan yang melibatkan para peneliti dari TSRI, International AIDS Vaccine Initiative (IAVI) dan  La Jolla Institute for Allergy and Immunology (LJIAI) di Florida. Ketiga lembaga riset yang berbasis di Florida tersebut didaulat melakukan riset senilai 6 juta dollar AS dengan target pembuatan vksin HIV/AIDS yang efektif.
AIDSÂ (Acquired Immune Deficiency Syndrome)Â adalah sekumpulan gejala dan infeksi (sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) atau infeksi virus-virus lainnya yang mirip dan menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
Infeksi virus HIV menjadi masalah besar karena memperlemah reaksi kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi dan mudah terkena tumor. Meskipun penanganan berkelanjutan dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun hingga kini penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
Upaya pembuatan vaksin HIV/AIDS sebenarnya sudah lama dilakukan para ilmuwan. Namun sejauh ini belum ada yang membawa hasil memuaskan. Salah satu sebabnya adalah adanya mutasi virus yang lajunya lebih cepat ketimbang pembuatan vaksin. Atas dasar itu, tim gabungan berupaya mengatasi masalah tersebut dengan melakukan rekayasa biologi molekuler pada struktur sel yang umumnya berupa ikatan lipo-protein..
Setelah lebih 20 tahun ditunggu, kolaborasi riset TSRI, IAVI dan LJIAI akhirnua membawa harapan baik. Memasuki bulan ke delapan, mereka berhasil membuat terobosan penting. Inovasi tingkat molekuler pada ikatan protein tertentu dapat merangsang sel-sel B mampu membuat antibodi alami. Anti bodi itu ditengarai amat potensial mampu menetralisir mutasi virus maupun keganasan infeksi AIDS.
Yang menggembirakan adalah fakta bahwa beberapa orang yang memiliki infeksi HIV dapat secara alami menghasilkan antibodi yang efisien dalam menetralisir aksi strain virus HIV yang berbeda  akibat cepatnya mereka bermutasi, jelas William dari TSRI.
Dengan penemuan tersebut, para ilmuwan optimis dapat membuat vaksin yang efektif dan efisien. Untuk itu, tim masih menunggu hasil uji klinis pada para pasien AIDS di beberapa lokasi.
“Tantangan bagi pengembang vaksin adalah bagaimana menentukan secara spesifik apakah suatu imunogen dapat menyajikan reaksi yang konsisten ketika protein tertentu diaktifkan dan virus HIV berbiak,’’ tegas  Shane Crotty,  profesor  biologi molekuler di La Jolla Institute.
Dia percaya, dengan menggunakan teknik baru, kami mampu menunjukkan hasil riset yang membawa harapan banyak pihak, termasuk pengidap HIV/AIDS di mana pun.
La Jolla dan TSRI sendiri termasuk bagian dari Konsorsium Mesa yang menangani The Human Vaccines Project (THVP). Empat lembaga ilmiah menjadi tulang punggung konsorsium ini, yaitu: University of California, San Diego, J. Craig Venter Institute, La Jolla Institute for Allergy and Immunology dan  The Scripps Research Institute. Selain itu, ada 35 pakar dari multi disiplin ikut di dalamnya.
THPV merupakan inisiatif global  yang berupaya membawa pusat-pusat penelitian ternama bergabung dalam konsorsium riset untuk mengembangkan vaksin dan sediaan farmasi paling mutakhir sebagai solusi mengatasi aneka penyakit menular utama dan kanker, termasuk AIDS.
“Vaksin telah membantu kami membasmi cacar dan hampir memberantas polio, tapi belum memadai untuk vaksin pembunuh global seperti HIV/AIDS, tuberkulosis, malaria, kanker dan penyakit lainnya,” kata Wayne C Koff PhD, CEO dari THPV. [Dedi Junaedi]