Jakarta, Gontornews – Ketua Yayasan Perguruan Tinggi Darussalam (YPTD), Drs H Akrim Mariyat Dipl A.Ed, menegaskan bahwa konferensi internasional Afro-Asian University Forum (AAUF) pada 22-23 Juli 2018 mendatang tidak akan membahas isu radikalisme.
Pun dengan Pondok Modern Darussalam Gontor, Ustadz Akrim, sapaan akrabnya, memastikan bahwa Gontor akan terus menjadi lembaga pendidikan dan tidak akan membicarakan isu di luar pembinaan umat.
“Kita tidak berbicara radikalisme. Kita tidak menanggapi (isu radikalisme) karena Gontor adalah lembaga pendidikan,” tegasnya saat mewakil Universitas Darussalam Gontor, bersama Wakil Rektor II UNIDA Gontor Dr Setiawan bin Lahuri, dalam pertemuan bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Jumat (13/7).
“Kita tidak membicarakan sama sekali tentang radikalisme. Kita membicarakan pembinaan umat saja dan pembinaan masyarakat sekitar. Kita membina moral masyarakat sekitar dan membina kesejahteraan masyarakat yang berada di sektiar perguruan tinggi masing-masing,” tambah Ustadz Akrim menjelaskan tema yang diusung oleh konferensi internasional AUUF yakni ‘Peran Perguruan Tinggi di dalam Pembinaan Peradaban Umat’.
Sebagaimana diketahui, pimpinan dan anggota AUUF sepakat menunjuk UNIDA Gontor sebagai sekeratriat pusat AAUF dan telah mendapatkan persetujuan dari tiga kementerian terkait seperti Kementerian Luar Negeri, Kementeiran Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi serta Kementerian Agama.
Pembentukan AAUF bertujuan untuk menjalin kerjasama lebih erat antaruniversitas di Asia dan Afrika dalam bidang pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat.
Beberapa universitas mengonfirmasi kehadirannya dalam forum internasional ini seperti Universitas Islam Madinah, Kuwait University, Qatar University, Fatih Sultan Mehmet University, Universiti Sains Islam Malaysia, Marmara University, serta berbagai universitas lainnya baik dari dalam maupun luar negeri.
Konferensi yang dijadwalkan berlangsung selama 2 hari ini akan membahas tentang peranan universitas Afrika dan Asia dalam membangun peradaban. [Mohamad Deny Irawan]