Tangerang Selatan, Gontornews –Transfer Embrio (TE)  dinilai lebih unggul dibanding metode Inseminasi Buatan (IB). Tknologi ini mampu memangkas interval generasi, sehingga perbaikan mutu genetik sapi lokal dapat lebih cepat diperoleh.
Kepala Laboratorium Reproduksi Pemuliaan dan Kultur Sel Hewan Puslit Bioteknologi LIPI, Syahrudin Said, menjelaskan, sebagai generasi kedua bioteknologi reproduksi, TE memiliki kelebihan dari ilmu reproduksi lainnya seperti IB. TE merupakan sebuah proses, mulai dari pemilihan sapi donor, sinkronisasi birahi, superovulasi, inseminasi, koleksi embrio, penanganan dan evakuasi embrio, transfer embrio ke resipien sampai pada pemeriksaan kebuntingan dan kelahiran.
Pada proses TE,sapi betina unggul yang sudah disuperovulasi kemudian diinseminasi dengan sperma pejantan. Hasilnya cukup menggembirakan, rata-rata setiap ekor betina dapat melahirkan sekitar 40 anak sapi unggulanyang identikper tahun.Padahal dengan perkawinan alam atau IB, sapi betina hanya mampu melahirkan 1 ekor anak sapi setiap tahunnya.
Selain itu, teknologi TE juga memungkinkan pengaturan populasi antara pejantan dan betina. “Proses TE sangat memungkinkan untuk dihasilkan sapi kembar identik dalam jumlah banyak.Melalui teknik cloning,jenis kelaminyang diinginkan bisa diatur,†ungkap Syahrudin Said.
Teknologi ini disambut baik Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir.Sebelumnya Ia sempat menyaksikan proses TE sapi di Rumah Potong Hewan (RPH) Karawaci, Tangerang. Nasir menilai implementasi TE perlu beberapa perbaikan. Seperti jauhnya jarak tempuh antara RPH ke laboratorium di Bogor. Padahal TE hanya bertahan sekitar 6 jam saja.
Karenanya Menristekdikti berjanji akan mendukung proses TE pada sapi lokaldengan meningkatkan kualitas laboratorium yang ada. “Saya ingin semuanya satu paket ditempat ini.Mulai pemotongan hewan sampai laboratorium untuk proses Transfer Embrio. Saya juga mengimbau agar tidak memotong sapi betina lokal, karena perbaikan genetika sapi-sapi lokal ini harus terus ditingkatkan.†tutur Nasir.
Keberpihakan Menristekdikti tersebut disambut positif oleh para peneliti. “Saya berharap ada Standar Pemeliharaan dan SOP yang jelas.Jika hal ini dipenuhi, saya yakin Transfer Embrio pada sapi-sapi ini akan berjalan baik.Target swasembada daging pada 2019 pun optimistis bisa terealisasi,†tambah Syahrudin. [Dedi Junaedi]