Florida, Gontornews — Menggunakan data dari XMM-Newton dan NuSTAR, astronom AS telah membuktikan adanya “pusaran gravitasi” di sekitar lubang hitam.
Scitech Daily (13/7) melaporkan, penemuan baru dari misi Nuclear Spectroscopic Telescope Array (NuSTAR) NASA ini berhasil memecahkan misteri yang menyelimuti para astronom selama lebih dari 30 tahun, sekaligus juga membuka jalan bagi para ahli untuk memetakan perilaku materi yang berada sangat dekat dengan lubang hitam. Hal ini juga bisa membuka pintu untuk penyelidikan masa depan relativitas umum Albert Einstein.
Sejauh ini, setiap materi jatuh ke dalam lubang hitam akan memanas dan luruh menuju kehancuran. Sebelum masuk ke dalam lubang hitam dan hilang dari pandangan selamanya, suhu masa bisa mencapai jutaan derajat. Pada suhu amat tinggi materi itu memancarkan sinar-X ke ruang angkasa.
Pada 1980-an, astronom perintis menggunakan teleskop X-ray generasi pertama untuk menemukan bahwa sinar-X yang berasal dari lubang hitam yang menelan masa bintang mati di galaksi kita. Perubahan pancaran sinar X itu mengikuti pola tertentu. Bintang yang sekarat itu berkedip semakin cepat. Mula-mula dengan periode 10 detik. Dengan berlalunya hari, minggu dan bulan, periode kedip semakin pendek hingga berosilasi 10 kali setiap detik. Akhirnya tiba-tiba berhenti berkedip sama sekali.
Fenomena itu dijuluki periode kuasi osilasi (QPO). “Fenomena ala mini segera menarik perhatian karena berasal dari sesuatu yang sangat dekat dengan lubang hitam,” kata Adam Ingram, dari University of Amsterdam, Belanda, yang menekuni kahian QPO untuk tesis doktornya pada tahun 2009.
Selama tahun 1990-an, kalangan astronom mulai menduga bahwa QPOs terkait dengan efek gravitasi yang telah diprediksikan oleh relativitas
umum Einstein: bahwa setiap benda berputar akan menciptakan semacam pusaran gravitasi.
“Ini seperti memutar sendok madu. Bayangkan bahwa madu adalah ruang dan apa pun tertanam di dalam madu akan “terseret” di sekitar putaran sendok, “jelas Ingram. “Faktanya, apa pun yang mengorbit benda berputar, gerakannya akan terpengaruh.” Dalam kasus orbit miring (ellipsis), akan terjadi sikulus presesi. Bahwa seluruh orbit akan mengubah orientasi di sekitar objek sentralnya. Waktu untuk orbit untuk kembali ke kondisi awal dikenal sebagai siklus presesi.
Pada tahun 2004, NASA meluncurkan misi Gravity Probe B untuk mengukur apa yang disebut sebagai efek Lense-Thirring sekitar Bumi. Setelah dianalisis telaten, para ilmuwan menegaskan bahwa pesawat ruang angkasa akan berubah melalui siklus presesi lengkap sekali setiap 33 juta tahun.
Di sekitar lubang hitam, efek tersebut akan jauh lebih terlihat karena medan gravitasinya amat kuat. Siklus presesi akan mengambil waktu hanya hitungan detik atau kurang untuk menyelesaikannya. Fenomena ini diduga kuat oleh para astronom terkait erat dengan periode QPO. [Dedi Junaedi]