Peking, Gontornews – Sejumlah peneliti dari beberapa universitas di dunia menyebutkan, melalui foto satelit, bumi terlihat lebih hijau dari biasanya. Para peneliti mengindikasikan, penyebab warna hijau bumi karena bertambahnya kadar karbondioksida di atmosfer.
Penelitian berjudul Greening of the World and Its Drivers yang dipublikasikan oleh jurnal Nature Climate Change pada 25 April 2016 tersebut menggunakan model data penginderaan jauh yang komprehensif dalam memotret bumi dari luar angkasa.
Saat ini, peningkatan pertumbuhan tanaman di bumi mencapai 18 juta kilometer persegi. Karena itu pula, peningkatan karbondioksida di atmosfer berpengaruh pada makin hijaunya bumi.
“(Penghijauan) memiliki kemampuan secara mendasar untuk mengubah sirkulasi air dan karbon di udara,†ungkap Dr Zaichun Zhu dari Peking University sebagaimana dilansir ABC Science.
“Ini adalah potret dari pengaruh global manusia dalam memfungsikan seluruh biosfer di bumi,†kata Dr Pep Canadell dalam projek karbon global.
Temuan baru ini lahir dari analisa data 33 tahun terakhir yang diambil dari tiga satelit yang berbeda yang mengukur warna hijau hasil pantulan dari fotosintesis daun.
Lebih lanjut, Canadell meneliti 10 model perubahan lingkungan global dengan menggunakan data penginderaan jauh yang mempengaruhi penghijauan bumi.
Sekitar 85 persen wilayah bumi ditutupi oleh tanaman. Setiap fotosintesis yang dihasilkan dari tanaman mampu menyerap hampir 10 miliar ton karbon yang dihasilkan oleh manusia setiap tahunnya.
Zhu, Canadell dan timnya menemukan di antara 1982-2009, peningkatan karbondioksida ke atmosfer meningkat 46 kali dan bertanggung jawab atas 50-70 persen dari penghijauan yang ditemukan.
“Karbon pembuahan merupakan proses penghijauan yang dominan di seluruh dunia, khususnya di daerah tropis karena di sana memiliki banyak daun,†ungkap Canadell.
Sebelumnya, para ilmuwan berpendapat, sumber utama karbondioksida di alam disebabkan oleh manusia. Padahal, secara kimiawi, karbondioksida dapat diperoleh dari sumber-sumber yang berbeda.
“Pertumbuhan CO2 (karbondioksida) di atmosfer hampir disebabkan karena pembakaran bahan bakar fosil dan pembabatan hutan,†keluh Canadell.
Studi terbaru menunjukkan, penyebab lain dari penghijauan adalah penggunaan nitrogen sebagai pupuk pertanian.
Penelitian yang dilakukan Canadell tentang penghijauan, awalnya, bertujuan untuk melihat warna coklat vegetasi tanah yang diakibatkan oleh pemanasan global.
Sejumlah peneliti bahkan terkejut karena dari 25-50 persen dari bidang tanah yang diteliti menjadi lebih hijau dengan 4 persennya saja menjadi coklat seperti di wilayah Mongolia, Argentina dan wilayah Amerika Utara yang berbatasan dengan Alaska.
Sebalikya, di bagian barat daya Australia, vegetasi tanah menunjukkan warna coklat, meski secara keseluruhan, benua Australia berwarna hijau kata Canadell.
Dengan meningkatnya CO2 ke atmosfer seolah memberi angin positif dalam menghadapi pemanasan global. Hal yang perlu diperhatikan kembali tentunya dengan hadirnya musim dingin yang lebih ringan dan musim tanam kembali, dengan adanya kombinasi iklim tersebut akan memberikan dampak negatif seperti naiknya permukaan air laut dan cuaca buruk.
“(Informasi) Ini pada akhirnya akan lebih bermanfaat daripada melihat sisi positif dari penghijauan yang ada,†kata Candell khawatir. [Mohamad Deny Irawan/Rusdiono Mukri]