Manila, Gontornews— Juru bicara gugus tempur tentara Filipina di Sulu Mayor Philemon Tan Jr mengingatkan kepada semua pihak untuk tidak memasuki kawasan yang berjarak tempuh 8 jam perjalanan laut dari Zamboanga, Filipina Selatan. Militer Filipina menetapkan daerah tersebut menjadi zona perang untuk mengontrol dan mengendalikan kawasan Sulu yang diduga menjadi basis kekuatan ASG. ’’Kami tidak akan berhenti sampai kelompok ASG (Abu Sayyaf Group) defeated (terkalahkan),’’ tegasnya .
Terkait empat WNI yang masih disandera kelompok Abu Sayyaf, pihaknya juga belum bisa memastikan apa-apa. ’’Sejauh ini, fokus kami adalah mengalahkan kelompok Abu Sayyaf. Memang, kami mendengar masih ada yang diculik. Tapi, kami tidak bisa mengonfirmasikannya,’’ ungkapnya.
Sebelumnya, presiden Filipina Benigno Aquino III mengeluarkan perintah untuk militer Filipina agar melakukan perang habis-habisan melawan kelompok Abu Sayyaf Group (ASG). Perintah itu dikeluarkan demi menyelamatkan para sandera yang diduga dari faksi Abu Sayyaf di Filipina Selatan.
â€Kami telah membuktikan sebelumnya bahwa kami akan memilih perang habis-habisan demi keadilan. Kami selalu percaya pada kekuatan dialog. Tapi kami akan selalu bertindak pada posisi yang kuat. Jadi, dengan ASG, dan siapa pun yang membantu mereka, Anda hanya memilih bahasa kekuatan, dan kami akan berbicara dengan Anda hanya dalam bahasa itu,†imbuh Aquino, seperti dikutip GMA.
Namun upaya pengepungan ke markas ASG ini belum tentu efektif mengingat kelompok ini cukup berpengalaman dalam melakukan perlawanan dan menguasai medan.  ’’Mereka sudah terbiasa seperti itu. Mereka tinggal tiarap dan berubah jadi warga biasa dan menunggu militer kehabisan anggaran untuk meneruskan operasinya. Tidak akan dilawan secara frontal, kecuali kalau digerebek),’’ terang seorang warga yang enggan disebut namanya seperti dilansir dari jawapos.
Alasan lain, menurutnya, lokasi mereka sulit diakses karena secara tradisional kelompok Abu Sayyaf menguasai wilayah Sulu, Tawi-Tawi, dan Zamboanga-Basilan. Meskipun militer Filipina bisa merebut wilayah tersebut, belum tentu bisa mempertahankannya. “Jadi, strategi Abu Sayyaf sangat sederhana saja. Yakni, menunggu sampai militer capek-capek sendiri dan kehabisan anggaran. Lagi pula, tentara pasti enggan disuruh tinggal dan mempertahankan daerah terpencil dengan sniper berada di sekeliling mereka,†ungkapnya.
Di tempat terpisah, Menhan Ryamizard Ryacudu mengatakan, sejauh ini kelompok Abu Sayyaf di Filipina belum ada permintaan tebusan kepada pemerintah Filipina maupun pemerintah Indonesia untuk membebaskan empat WNI yang disandera sejak 15 April 2016. Namun bisa dipastikan kondisi keempat WNI yang disandera baik-baik saja. “Sampai sekarang dalam kondisi bagus, sampai sekarang ada bukti mereka selamat,” ungkapnya, kepada wartawan di Jakarta, Senin (9/5).
Meskipun Filipina tengah menggelar memilih calon Presiden untuk menggantikan Benigno Aquino III, hal itu juga tak akan mengganggu upaya pembebasan empat anak buah kapal asal Indonesia yang sampai saat ini masih disandera oleh kelompok Abu Sayyaf. Â “Kita terus dari hari ke hari memantau usaha itu tetap kita lakukan, jadi tidak ada jeda dalam upaya untuk pembebasan, tidak ada,” kata Retno di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (9/5). [Ahmad Muhajir/DJ]