Setiap Muslim wajib menjaga tali persaudaraan satu sama lain. Dengan bersilaturahim ikatan kekeluargaan dan pertemanan akan semakin hangat, serta tentunya menambah rasa kasih dan sayang antarsesama.
Pada suasana Hari Raya Idul Fitri, momentum mulia tersebut kerap dijadikan sebagai ajang silaturahim kaum Muslimin untuk saling bermaafan dan berkumpul bersama. Lantas sudahkah kita memahami secara benar hakikat dan urgensi dari silaturahim itu sendiri? Untuk lebih jelasnya, reporter Majalah Gontor, Edithya Miranti, telah berhasil mewawancarai Dr KH Ikhwan Hadiyin MM, Pimpinan Pondok Pesantren Modern Darel Azhar, Rangkasbitung, Lebak, Banten. Berikut pemaparannya:
Mohon dijelaskan apa makna silaturahim?
Silaturahim merupakan perintah agama. Secara etimologi silaturahim berasal dari kata shillah yang berarti menyambung dan rahim yang bermakna kasih sayang. Rahim kita ini berasal dari rahim seorang ibu yang bernama Hawa yang setelah sekian ribu tahun, akhirnya anak Adam ini berpencar di seluruh dunia. Maka dari itu, Islam menganjurkan kita untuk silaturahim.
Saking pentingnya silaturahim, Nabi Muhammad SAW pun ketika pertama kali menginjakkan kaki di Madinah beliau bersabda untuk menebarkan salam (perdamaian), dan menyambung tali persaudaraan.
Apa saja keutamaan menyambung tali silaturahim?
Silaturahim itu sangat dianjurkan dan keutamaannya betul-betul berperan sangat luas bagi kehidupan manusia. Silaturahim dapat menambah rezeki yang luas serta dapat memperpanjang usia. Dengan silaturahim otomatis orang akan mendapat keberkahan yang luar biasa, bahkan bertamu ini bisa menghilangkan bala, cobaan, juga ujian.
Rasulullah SAW sendiri pernah membuktikannya dengan bertamu ke rumah salah seorang Sahabat. Ketika beliau hendak pulang dan keluar dari rumah tersebut, maka bermacam binatang melata pun ikut keluar. Itulah bukti bahwa orang yang ditamui juga mendapat berkah dari tamu: bala cobaan dan ujian keluar dari rumahnya.
Disebutkan pula bahwa orang yang hebat adalah orang yang paling gampang bersilaturahim. Sedangkan langkah yang paling dicintai Islam, selain jihad dan mencari ilmu ialah bersilaturahim. Dikisahkan bahwa ada seorang sahabat yang pernah mendapat predikat oleh Rasul SAW sebagai ahli surga dan salah satu sifatnya adalah yang paling gampang silaturahim.
Mengapa kita harus menjaga silaturahim dengan keluarga?
Ini penting sekali, apalagi kakak beradik dan keluarga dekat lainnya, silaturahim harus tetap dijaga. Rasulullah bahkan pernah menyambung tali persaudaraan yang sempat pecah antara bangsa Aus dan Khazraj dan mendamaikannya. Keduanya konon merupakan kakak beradik dan telah terjadi pertumpahan darah yang sengit dalam waktu sangat lama. Karena itu perlu dijaga hubungan persaudaraan antara adik dan kakak.
Ada baiknya, keluarga diaspora, pelancong, untuk menjaga tali silaturahim dengan sanak keluarga di kampung. Karena barangsiapa yang bersilaturahim ikhlas karena Allah, maka Allah akan meleburkan dosanya. Selain itu, kita juga harus menjaga marwah serta akhlak karimah dan menunjukkan bahwa kita ini generasi dari keluarga yang baik.
Apakah silaturahim hanya ditujukan untuk sesama Muslim atau bisa untuk non-Muslim juga?
Silaturahmi itu, satu ukhuwah Islamiyah ini yang utama, lalu ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah basyariyah (sesama insan) dan ini non-Muslim sangat dianjurkan. Mengapa Indonesia termasuk negara damai? Karena ulamanya sangat toleran.
Suatu saat Ali RA akan pergi shalat berjamaah ke masjid, namun di depannya ada orangtua yang berjalan terseok. Ali RA tidak berani mendahului dan dikira orang itu pun akan pergi ke masjid, namun ternyata ia malah berbelok ke gereja. Melihat hal tersebut Ali RA tidak mencaci dan tetap menghargainya.
Selain itu, dalam perayaan Idul Adha, daging kurban yang telah dibagikan ke semua Muslimin dan berlebih, juga boleh diberikan kepada non-Muslim. Kemudian pada zaman Khalifah Umar bin Abdul Aziz, ekonomi masyarakat pada masa pemerintahannya sangat makmur, zakat di Arab sampai dibawa ke Eropa dan Afrika yang tengah kesulitan ekonomi, padahal itu non-Muslim. Ini tanda dianjurkan bermushahabah, silaturahim merajut ukhuwah kepada non-Muslim.
Bolehkah kita memutus tali silaturahim dan kapan seseorang disebut memutus tali silaturahim?
Memutus silaturahim dalam Islam sangat dilarang. Kalau terpaksa kita marah, itu hanya diberi waktu toleran tiga malam/hari, setelah itu harus damai dan tidak boleh saling memutus silaturahim, mendiamkan, apalagi mencaci maki.
Jangan memutus silaturahim gara-gara sakit hati dan kuncinya harus berbesar hati serta mau memaafkan sesama. Bahkan di antara sifat ahli surga yang disebutkan Rasulullah SAW ialah yang selalu meminta maaf kepada Allah dan memaafkan keluarga, semua musuh, serta orang-orang yang menzalimi dirinya.
Panasnya nuansa Pemilihan Umum yang lalu tampaknya telah menimbulkan ketegangan dan perpecahan pada sejumlah pihak karena perbedaan pilihan, lantas bagaimana pendapat Anda?
Pesan saya terlepas dari kekurangan dan kelebihan Pemilu, kita tetap harus menjaga ukhuwah Islamiyah. Biarlah hukum yang berjalan. Pesan kami, tetap dirajut ukhuwah dan jangan sampai kesatuan Indonesia tercabik-cabik hanya karena Pemilu yang digelar lima tahun sekali itu. Maka, kita harus tetap berbesar jiwa dan hati.
Apa yang harus kita lakukan agar silaturahim antarwarga negara Indonesia tetap terjaga?
Ibda’ binafsik! Dimulai dari diri sendiri. Apabila dalam keluarga kita ada perbedaan pilihan dalam Pemilu, maka tetap harus dihormati. Termasuk dalam lingkup tetangga, kampung, serta komunitas yang lebih luas lagi.
Abubakar RA berkata bahwa dirinya hidup pada tiga zaman yakni, jahiliyah, Rasulullah SAW, dan kekhalifahannya. Belum pernah pada tiga zaman itu melebihi silaturahim kecuali di zaman Rasulullah SAW. Ketika itu pertemuan diadakan minimal lima kali sehari, bahkan jika ada hal penting bisa tujuh kali sehari.
Semoga para pembesar partai, pimpinan organisasi masyarakat, tokoh nasional, dan lainnya bisa segera rujuk kembali. Kuncinya saling menjaga hati dan memaafkan.
Mohon diceritakan sekilas pengalaman antum tentang manfaat silaturahmi pada pergerakan dakwah antum saat ini?
Pondok kami yang berusia 29 tahun ini, sebetulnya modal utamanya silaturahim, ukhuwah Islamiyah. Bermula dari ‘hibah’ orangtua, alhamdulillah dari 17 santri dan 9 ustadz, setiap bulan kami kebingungan memenuhi kebutuhan makannya. Akhirnya lewat silaturahim saudara, keluarga sepakat untuk berbagi menghidupi santri karena mereka nyaris tidak membayar.
KH Syukri Zarkasyi (almarhum Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor) dulu juga sering sekali datang ke pondok kami. Berkat silaturahim tersebut, Kiai Syukri banyak membentuk saya dan memberi motivasi. Beberapa tahun kemudian, alhamdulillah pondok ini berkembang, maka di usia 25 tahun (2020), kami mewakafkan pondok kami dan mengundang kiai Gontor. Semua ini berkat kekuatan silaturahim.
Apa pesan antum untuk santri, wali santri, juga alumni Gontor dalam menjaga silaturahim?
Pesan saya kepada semuanya supaya menjaga betul ukhuwah Islamiyah, karena ini merupakan jiwa Gontor. Panca Jiwa Gontor salah satunya itu. Maka kalau menjadi alumni Gontor, wali santri, tapi tidak menjaga ukhuwah Islamiyah, terutama takdzim ke kiai Gontor, diragukan kepondokmodernannya.
Ada sebuah kata mutiara menyebutkan bahwa birrul walidain dan birrul ustadz, miftahun najaah fiddunya wal akhirah (berbakti kepada orangtua dan guru merupakan kunci kesuksesan di dunia dan akhirat). Terlebih dalam menghadapi peringatan Satu Abad Gontor, kita harus bersatu menyukseskan acara tersebut. []