Allah SWT memerintahkan kita untuk menggunakan waktu dalam empat hal. Pertama, dalam hal yang dapat menyelamatkan agama kita, yaitu berupa ketaatan kepada Allah SWT. Ini terbagi menjadi dua: 1) Hal-hal yang difardhukan oleh Allah SWT kepada kita dan tertentu waktunya, seperti shalat, zakat, puasa, dan haji; 2) Hal-hal yang dianjurkan oleh Allah SWT kepada kita berupa amalan-amalan nafilah (sunnah), seperti tilawatul Qur’an, sedekah, dzikir, dan membaca shalawat Nabi.
Kedua, dalam hal-hal yang juga memberikan manfaat kepada kita, berupa mencari rezeki yang halal untuk keperluan kita dan keluarga. Jika hal itu kita lakukan dengan ikhlas, ia menjadi amal ibadah. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa di sore hari lelah karena bekerja, di sore itu dia mendapat ampunan.”
Ketiga, dalam hal-hal yang mendatangkan manfaat kepada orang lain. Itu merupakan bagian dari bentuk pendekatan (qurbah) diri yang paling agung. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa keluar rumah untuk memenuhi hajat saudaranya, ia seperti orang yang melakukan i’tikaf di masjidku ini selama sebulan.”
Hal ini memuat suatu hakikat bahwa manusia seluruhnya “keluarga” Allah SWT. Orang yang paling dekat dengan-Nya ialah yang paling baik terhadap keluarganya. Karenanya, engkau mesti dapat memberikan manfaat kepada mereka, baik dengan materi maupun lainnya.
Keempat, dalam hal yang dapat memberi ganti atas sesuatu yang hilang dari kita, yaitu waktu istirahat. Karena sesungguhnya badanmu itu mempunyai hak yang harus kau tunaikan. Karenanya, tentukanlah waktu khusus untukmu, yang di situ kamu bisa memperbarui kegiatanmu dan menyegarkan kembali semangatmu. Itu bisa dilakukan dengan cara berenang, memanah, mengendarai kuda, bercanda yang baik, dan jenis-jenis keterampilan olahraga lainnya.
Sayangnya kita telah terbiasa untuk tidak mengenal nilai waktu dalam berbagai aktivitas kehidupan. Kita tidak menghargai waktu sebagaimana mestinya dan menggunakannya untuk hal-hal yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan Islam, seperti menonton bioskop, teater, tari-tarian, dan menghadiri klub-klub yang penuh maksiat. Kita bertaklid kepada Eropa secara buta, lebih mengutamakan kegiatan itu daripada kegiatan yang baik dan amalan-amalan yang bermanfaat.
Kita memohon kepada Allah SWT taufiq yang kekal serta hidayah (petunjuk) menuju jalan yang paling lurus. Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad, serta kepada keluarga dan para sahabatnya. []