Almaty, Gontornews — Presiden Kazakhstan mencopot pendahulunya, Nursultan Nazarbayev, sebagai kepala dewan keamanan negara pada hari Rabu (5/1) setelah para demonstran menyerbu dan membakar gedung-gedung publik dalam kerusuhan terburuk di republik itu selama lebih dari satu dekade.
Arabnews.com merilis, Kabinet Kazakhstan mengundurkan diri, tetapi hal itu gagal meredam kemarahan para demonstran setelah berhari-hari kerusuhan yang dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar di negara penghasil minyak di Asia Tengah itu.
Beberapa pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan menentang Nursultan Nazarbayev (81), yang telah mempertahankan otoritas luas sejak mengundurkan diri pada 2019 sebagai penguasa terlama di negara bekas Soviet itu.
Pengganti Nazarbayev yang dipilih langsung, Presiden Kassym-Jomart Tokayev, mengatakan dia telah mengambil alih sebagai kepala Dewan Keamanan, sebuah jabatan yang telah dipegang oleh Nazarbayev.
Mantan presiden itu masih dipandang secara luas sebagai kekuatan politik utama di Nur-Sultan, ibukota yang menyandang namanya yang dibangun dengan tujuan tertentu. Keluarganya diyakini mengendalikan sebagian besar perekonomian negara itu.
Dalam pidato yang disiarkan televisi, Tokayev tidak menyebut nama Nazarbayev. Mantan presiden belum terlihat atau terdengar di depan umum sejak dimulainya aksi protes.
Dengan ditutupnya Internet di seluruh Kazakhstan setelah kerusuhan, belum diketahui pasti apakah memindahkan Nazarbayev dari pos Dewan Keamanan akan memuaskan para pengunjuk rasa. Tokayev juga mencopot keponakan Nazarbayev dari jabatan nomor dua di Komite Keamanan Negara, penerus KGB era Soviet.
Siaran langsung Instagram oleh seorang blogger Kazakh menunjukkan api yang berkobar di kantor walikota Almaty, dengan suara tembakan terdengar di dekatnya. Video yang diposting online itu juga menunjukkan kantor kejaksaan terdekat terbakar.
Sebelumnya pada hari Rabu, wartawan Reuters melihat ribuan pengunjuk rasa mendesak menuju pusat kota Almaty, beberapa di antaranya datang dengan truk besar. Pasukan keamanan, yang memakai helm dan tameng anti huru hara, menembakkan gas air mata dan granat kejut.
Kepala polisi kota mengatakan Almaty diserang oleh “ekstremis dan radikal,” yang telah memukuli 500 warga sipil dan menggeledah ratusan bisnis.
Keadaan darurat diumumkan di Nur-Sultan, Almaty, dan barat provinsi Mangistau, tempat protes pertama kali pecah.
Sementara itu, maskapai penerbangan Kuwait, Jazeera Airways, menangguhkan penerbangan ke Almaty karena situasi di kota itu pada hari Rabu.
“Kami akan mengumumkan penerbangan kami ketika ada informasi lebih lanjut,” kata juru bicara maskapai dalam sebuah pernyataan.
Almaty adalah satu-satunya tujuan maskapai di Kazakhstan, menurut situs web perusahaan.
Wartawan Reuters melaporkan Internet telah dimatikan saat kerusuhan menyebar. Netblocks, sebuah situs yang memantau konektivitas Internet global, mengatakan secara nasional internet Kazakhstan diputus.
Meskipun kerusuhan awalnya dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar, namun ada tanda-tanda tuntutan politik yang lebih luas.
Rekaman menunjukkan polisi dan petugas keamanan dengan pakaian sipil membubarkan sekelompok kecil pengunjuk rasa di kota Shymkent, menyeret orang-orang dan memaksa mereka ke dalam mobil polisi dan van putih ketika mereka meneriakkan “Nazarbayev, pergi!”
Setelah menerima pengunduran diri Kabinet, Tokayev memerintahkan pejabat menteri untuk menurunkan kembali harga bahan bakar.
Kazakhstan adalah sekutu dekat Rusia. Kremlin mengatakan pihaknya mengharapkan negara itu segera menyelesaikan masalah internalnya, dan memperingatkan negara-negara lain agar tidak ikut campur.[]