Kekhalifahan mengandung unsur wewenang yang dianugerahkan Allah SWT kepada makhluk-Nya di wilayah tempat ia berada.
Kepemimpinan dan kekuasaan adalah milik Allah SWT semata. Dia memberikan kepemimpinan dan kekuasaan kepada siapa yang Dia kehendaki. Pada saatnya kepemimpinan dan kekuasaan itu akan diminta kembali.
Katakanlah, “Ya Allah Pemilik kerajaan, Engkau berikan kerajaan (kekuasaan) kepada siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan (kekuasaan) dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Hanya di tangan-Mu segala kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS Ali Imran/3:26).
Allah SWT merencanakan manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi. Hal itu menimbulkan pertanyaan dari kalangan malaikat, sebagaimana dinarasikan Al-Qur’an.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat-malaikat,“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan satu khalifah di bumi.” Mereka berkata, ”Apakah Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu pihak yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS Al-Baqarah/2:30).
Khalifah berarti pihak yang datang sesudah sosok yang ada sebelumnya. Kekhalifahan mengandung unsur wewenang yang dianugerahkan Allah SWT kepada makhluk-Nya di wilayah tempat ia berada.
Kekhalifahan mengharuskan pihak yang diserahi wewenang itu untuk melaksanakan amanah sesuai dengan petunjuk Allah SWT. Di antara tugas manusia di bumi ialah mengatur dan memakmurkan dunia.
Kepada kaum Tsamud Kami utus saudara mereka Shaleh. Dia berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah. Sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan yang berkuasa dan berhak disembah selain Dia. Dia telah menciptakan kamu pertama kali dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu berpotensi memakmurkannya. Karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat rahmat-Nya lagi Maha Memperkenankan doa hamba-Nya.” (QS Hud/11:61)
Khalifah identik dengan penguasa di muka bumi. Allah SWT mengangkat Nabi Daud sebagai khalifah dalam firman-Nya, Wahai Daud, sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka putuskanlah perkara di antara manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah bagi mereka azab yang sangat keras, karena mereka melupakan Hari Perhitungan. (QS Shad/38:26).
Kepemimpinan adalah anugerah Allah SWT kepada hamba-hamba pilihan-Nya. Allah SWT menguji Nabi Ibrahim dengan beberapa ujian.
Setelah ia menyempurnakan ujian tersebut Allah SWT menjadikannya pemimpin umat manusia.
Ingatlah, ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, maka Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman, “Sungguh, Aku hendak menjadikan kamu imam (pemimpin, teladan) bagi seluruh manusia.” Ibrahim berkata, “Saya mohon juga dari keturunanku.” Allah berfirman, “Janji-Ku tidak untuk orang-orang zalim.” (QS Al-Baqarah/2:124)
Ujian Allah SWT kepada Nabi Ibrahim AS antara lain menempatkan anak dan istri di lembah Mekkah yang tiada tanaman, membangun Ka’bah dan membersihkannya dari kemusyrikan, mengorbankan anaknya, Ismail, dan menghadapi raja Namrudz dengan menanggung risiko dilemparkan ke dalam api yang berkobar-kobar. (QS 14:37, 2:125, 37:102, 21:68).
Allah SWT mengabulkan doa Nabi Ibrahim AS. Anak keturunannya diangkat menjadi Nabi, yakni Nabi Musa dan Nabi Isa dari silsilah Nabi Ishaq, dan Nabi Muhammad SAW dari silsilah Nabi Ismail AS, sehingga beliau mendapat gelar Bapak Para Nabi. Allah SWT pun menjadikan Nabi Ibrahim kesayangan-Nya, Khalilullah, Sang Sahabat Tuhan (QS 4:125).
Ulil amri dalam Al-Qur’an identik dengan pemimpin dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu. Jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik dampaknya (di dunia dan akhirat). (QS An-Nisa`/4:59).
Orang-orang beriman niscaya menaati pihak yang berwenang menangani urusan-urusan kemasyarakatan mereka, selama aturan-aturannya sejalan dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
Kepemimpinan dan kekuasaan di dunia menjadi bahan rebutan, karena mengandung berbagai efek samping. Ketika Allah SWT mengangkat Thalut sebagai raja, kaumnya pun mengajukan protes dengan argumen yang stereotype sebagai berikut.
Nabi mereka mengatakan, “Sesungguhnya Allah telah mengutus untuk kamu Thalut menjadi raja.” Mereka menjawab, “Bagaimana mungkin dia memiliki wewenang memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedangkan dia pun tidak diberi kelapangan dalam harta?” Nabi mereka berkata, “Sesungguhnya Allah telah memilihnya atas kamu dan melebihkan untuknya keluasan dalam ilmu dan keperkasaan tubuh.” Allah memberikan kekuasaan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah Mahaluas kekuasaan, keagungan dan rezeki-Nya lagi Maha Mengetahui. (QS 2:247).
Kepemimpinan ibarat pisau bermata dua. Kekuasaan cenderung korupsi dan penguasa lalim cenderung merampas kekayaan rakyatnya (QS Al-Kahfi/18:79).
Al-Qur’an menarasikan perjuangan Nabi Musa menghadapi Fir’aun sebagai berikut.
Aku telah memilihmu untuk diri-Ku (sebagai Rasul). Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai dari mengingat-Ku. Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan perkataan yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat (kebesaran-Ku) atau takut. Mereka berdua berkata, “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau dia akan bertambah Melampaui batas.”
Allah berfirman, “Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua. Aku mendengar dan melihat.” Maka datanglah kamu berdua kepadanya dan katakanlah, “Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil pergi bersama kami dan janganlah kamu menyiksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (kerasulan kami) dari Tuhanmu. Keselamatan dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk. (QS Thaha/20:41-47).
Kepemimpinan dan kekuasaan bukanlah kehormatan, melainkan amanat yang harus dipertanggungjawabkan di dunia maupun di hari akhir nanti. Allah SWT niscaya memuliakan para pemimpin dan penguasa yang amanah di dunia dan akhirat. Beruntunglah pemimpin yang menjaga amanat dan rugilah yang khianat.[]