Philadelphia, Gontornews — Dalam Konvensi Partai Demokrat di Philadelphia, Kamis (28/7), Khizr Khan, orangtua tentara AS yang tewas di Irak tampil menyampaikan pidatonya. Dalam pidatonya ia mengecam calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump, yang diskriminatif terhadap umat Islam. Berikut pidato lengkap Khan sebagaimana dirilis aljazeera.com, Ahad (31/7):
Malam ini, kami merasa terhormat untuk berdiri di sini sebagai orangtua dari Kapten Humayun Khan, dan sebagai Muslim patriotik Amerika dengan loyalitas penuh untuk negara kita.
Seperti banyak imigran lain, kami datang ke negara ini dengan modal dengkul. Kami percaya pada demokrasi Amerika – bahwa dengan kerja keras dan kebaikan negeri ini, kita bisa berbagi dan berkontribusi untuk berkahnya.
Kami diberkati untuk menyejahterakan tiga anak kami di negara yang memberi kebebasan kepada mereka untuk menjadi diri mereka sendiri dan mengejar impian mereka.
Anak kami, Humayun, memiliki mimpi menjadi seorang pengacara militer. Tapi dia mengesampingkan mimpinya dan mengorbankan hidupnya untuk menyelamatkan rekan prajuritnya.
Hillary Clinton benar ketika dia menyebut anak saya “yang terbaik dari Amerika.”
Andai saja waktu itu Donald Trump yang menjadi presiden, dia tidak akan pernah di Amerika. Sebab, Donald Trump konsisten mencoreng karakter Muslim.
Dia tidak menghormati minoritas lainnya, wanita, hakim, bahkan pimpinan partai sendiri. Dia bersumpah untuk membangun ‘dinding pemisah’ dan melarang kami ada di negeri ini.
Donald Trump, Anda meminta Amerika untuk mempercayakan masa depannya kepada Anda. Mari saya bertanya: Apakah Anda sudah membaca konstitusi AS? Saya akan dengan senang hati meminjamkan salinannya kepada Anda. Dalam konstitusi ini, semua warga mempunyai kebebasan dan perlindungan hukum yang sama.
Apakah Anda pernah berkunjung ke Arlington Cemetery? Berkunjung melihat makam para patriot yang berani mati membela Amerika, Anda akan melihat semua agama, jenis kelamin, dan etnis ada di situ.
Anda tidak pernah mengorbankan apa-apa.
Kita tidak bisa memecahkan masalah kita dengan membangun dinding pemisah dan menabur perpecahan. Kita lebih kuat bersama-sama. Dan kita akan terus semakin kuat ketika Hillary Clinton menjadi Presiden berikutnya. [Rusdiono Mukri]