Chicago, Gontornews – Kabar gembira bagi penderita Alzheimer hadir dari Northwestern University, Chicago Amerika Serikat. Sebuah penelitian tentang Alzheimer yang dilakukan sejumlah peneliti menunjukkan bahwa kehilangan memori dapat diminimalisir.
Laporan yang dilansir Science Alerttersebut, penelitian tersebut dilakukan pada kalangan lanjut usia (Lansia) tentang hubungan antara penurunan sisi kognitif seseorang dengan perlindungan memori yang dimilikinya.
Para peneliti memeriksa delapan otak peserta pemilik memori yang sangat baik dan kemampuan kognitif setelah mereka meninggal dunia. Mereka menemukan jika 3 dari 8 otak yang diteliti terindikasi mengidap penyakit Alzheimer dengan kondisi memori yang baik. Dari situ, peneliti mempertanyakan mengapa Alzheimer tidak menyebabkan kerusakan memori seseorang?
Penelitian yang dipimpin oleh Ahli saraf dari Norhtwestern University, Changiz Geula tersebut memilih 8 peserta dengan umur antara 95 hingga 100 tahun. Pemilihan 8 peserta tersebut didasarkan pada rata-rata kinerja tes memori serta pengawetan fungsi kognitif di akhir usia mereka.
Tidak saja Alzheimer, para peneliti juga melakukan penelitian tentang keterkaitan kondisi tersebut dengan penyakit otak kronis lainnya.
Setelah memeriksa empat daerah otak yang berhubungan dengan memori, emosi, dan bahasa, mereka menemukan bahwa lima dari delapan otak dianggap normal. Sedangkan tiga otak lainnya mengandung plak Amiloid dan Neurofibrillary yang dianggap sebagai tanda-tanda Alzheimer.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepadatan plak serta ‘semerawutnya’ otak yang dialami beberapa lansia tidak selalu berpengaruh pada sisi kognitifnya. Sebaliknya, untuk seumurannya, mereka bahkan lebih unggul.
“Ini luar biasa. Kami tidak pernah menyangka (hal ini bisa terjadi),” kata Geula Sarah Knapton pada The Telegraph.
“Ini memeritahu kita bahwa ada beberapa faktor yang melindungi otak dan ingatan dari Alzheimer. Sekrang kita harus mencari tau apa yang sebenarnya terjadi,” sambungnya.
Sebelum penelitian ini dilansir, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Alzheimer mempengaruhi kemampuan kognitif pasien. Penelitian ini juga bisa dijadikan contoh mengingat pasien-pasiennya berumur lanjut.
Sementara itu, George Perry, Ahli saraf dari Unviersity of Texas di San Antonio menyebutkan bahwa manusia berumur 90 tahun memiliki otak dengan plak Amiloid dan Neurofibrillary yang kusut sehingga, terkadang, berdampak pada kematian.
Lebih lanjut, Perry berpendapat bahwa penderita Alzheimer disebabkan karena menggumpalnya protein amiloid sehingga menjadi plak yang beracun pada otak. Di saat yang bersamaan, Neurofibrillary yang kusut menyebabkan terhambatnya transportasi nutrisi penting di sekitar otak.
Meski demikian, penelitian ini merupakan awal dari penelitian-penelitian lebih lanjut. Para peneliti perlu menggunakan sampel yang lebih besar sesuai yang ditetapkan oleh tim independen terkait penelitian lanjutan yang akan dilaksanakan.
Ada kemungkinan, bahwa 3 pasien tersebut telah menunjukan perilaku penderita Alzheimer saat meninggal sebelum gejala tersebut terlihat di kehidupan mereka.
Setidaknya ada 2 hipotesis utama yang dijadikan alasan mengapa hal ini bisa terjadi. Pertama, dikenal sebagai “cadangan kognitif”. Cadangan ini dimaksudkan dengan menjaga otak anda untuk terus aktif sepanjang umur anda sehingga otak anda bisa menahan hilangnya neuron yang menyebabkan penyakit Alzheimer.
“Apa yang anda lakukan dalam hidup akan melindungi otak anda dari molekul-molekul yang dinyatakan beracun yang memungkinkan anda kehilangan sel dan sinapsis” kata Dean Hartley, Direktur inisiatif di Asosiasi Azheimer.
Kemungkinan lainnnya adalah bahwa ada yang terjadi pada otak pasien-pasien tersebut. Misalnya, Kemampuan otak mereka untuk tahan terhadap gumpalan plak amiloid dan Neurofibrillary yang kusut yang bersifat merusak.
“Sebagain orang mungkin menghasilkan molekul pembentuk Amiloid yang beracun. Meskipun timbunan plak tersebut tidak merusak sinapsis,” kata Begley
“Atau, beberapa faktor genetik lainnya yang menyebabkan sianpsis bertahan cukup kuat untuk bertahan dari amiloid yang beracun,” tambahnya.
Sekarang, kita ingin menebak mengapa hal ini bisa terjadi? Para ilmuan mengonfirmasi jika pengobatan terhadap penyakit Alzheimer dapat dilakukan dengan cara yang lebih baik.
Kini, Geula dan timnya sedang melanjutkan penelitian mereka untuk berusaha menemukan faktor-faktor yang bisa mengurangi dampak merusak yang dihadirkan oleh Alzheimer.
“Kami akan melihat pengaruh genetik, diet dan lingkungan yang bisa memberikan perlindungan bagi neuron terhadap Alzheimer,” pungkasnya. [Mohamad Deny Irawan]