“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Demikian Allah Subhanahu wa Ta’ala berkehendak menjadikan utusan-Nya Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wasalam untuk dijadikan teladan bagi seluruh manusia di muka bumi hingga Hari Kiamat. Teladan beliau meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk dalam menghadapi perubahan zaman.
Rasulullah manusia sempurna, tidak hanya akhlak dan kepribadiannya, namun setiap perkataan dan perbuatannya mengandung nilai positif yang jika diikuti niscaya akan menjadikan manusia berakhlak mulia dan manusia yang berani dalam menghadapi perubahan zaman.
Semangat Rasulullah yang diwariskan kepada para sahabat dalam menitih setiap kehidupan patut untuk diikuti. Meskipun perubahan terus terjadi, hari ke hari, tahun ke tahun hingga dari masa ke masa, semua merupakan roda kehidupan yang harus dijalani manusia sebagai khalifah di muka bumi.
Menjadikan Rasulullah sebagai teladan akan menjauhkan manusia dari rasa takut karena adanya perubahan zaman tersebut. Tidak juga menjadikan umat Islam malu dengan identitasnya sebagai Muslim karena menganggap tidak sanggup menghadapi perubahan zaman.
Meneladani beliau juga akan menjauhkan manusia, khususnya umat Islam, dari perbuatan-perbuatan fahsya dan munkar, seperti melakukan teror yang mereka anggap sebagai jihad, yang padahal itu hanya akan membuat umat terpuruk dan malu.
Ketika kepribadian dan akhlak yang dimiliki Rasulullah dapat terakumulasi pada diri seseorang, maka ia akan siap dalam menghadapi segala bentuk perubahan zaman, baik perubahan politik, ekonomi, sosial maupun dalam menghadapi konspirasi global dan makar dalam negeri.
Salah satu tugas Rasulullah ialah membawa umat manusia keluar dari kegelapan menuju zaman yang benderang, sebagaimana telah beliau lakukan kepada masyarakat Madinah, dari umat jahiliyah hingga menjadi Khairu Ummah atau umat yang terbaik. Semua itu dilakukan karena akhlak dan kepribadian beliau yang mulia.
Ketika manusia kehilangan orientasinya sebagai makhluk di muka bumi, sekali lagi Allah ‘Azza wa Jalla memberikan petunjuk kepada setiap hamba-Nya untuk bisa menjalankan aktivitasnya di bumi dengan mengutus Rasul untuk dijadikan teladan.
Pada ayat ke-22 dan 23 Surat Al Ahzab, yang artinya “Dan ketika orang-orang Mukmin melihat golongan-golongan (yang bersekutu) itu, mereka berkata, “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita.” Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu menambah keimanan dan keislaman mereka. Di antara orang-orang Mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya).”
Dalam ayat tersebut, Allah menegaskan bahwa keberanian Rasulullah dalam menghadapi seluruh musuhnya merupakansesuatu yang tidak diragukan. Beliau tidak takut setiap berhadapan dengan musuh-musuhnya di medan perang, dan tetap lembut terhadap sesama.
Umat Islam tidak boleh takut, atau hanya berdiam diri tanpa mengambil bagian dari perubahan zaman yang terjadi, terlebih harus malu dengan identitasnya sebagai seorang Muslim saat berhadapan dengan orang lain.
Terakhir, perubahan yang Allah hadirkan, malam ke siang, gelap ke terang atau perubahan zaman dari hari ke hari, tahun ke tahun hingga masa ke masa tentunya ada hikmah yang bisa diambil manusia. Hikmah pertama menegaskan pentingnya berdzikir. Dengan berdzikir manusia akan ingat kelemahan dan ketidakberdayaannya di hadapan Tuhan, sehingga menjadikan-Nya tempat bergantung.
Hikmah kedua menunjukkan ketaatan kita sebagai manusia, dengan menjalankan kehidupan yang telah ditakdirkan dan terus mengikuti aturan yang sudah Allah sampaikan melalui manusia-manusia mulia, utasan-Nya.[]