Dalam rangka mempererat hubungan akademik antara Inggris dan Indonesia, Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor menggelar kunjungan ke Oxford Centre for Islamic Studies (OXCIS). Kunjungan yang dipimpin langsung oleh Rektor UNIDA, Prof Dr Hamid Fahmy Zarkasyi tersebut mendapatkan sambutan hangat dari OXCIS.
Dosen UNIDA Gontor, kandidat PhD di Coventry University, Eko Nur Cahyo, menjelaskan bahwa pertemuan kedua institusi tersebut dalam rangka pembahasan potensi kerjasama antara kedua institusi, termasuk penelitian bersama, publikasi bersama, dan program pertukaran mahasiswa, staf, serta dosen.
“Ini kunjungan ke dua dari UNIDA Gontor. Kunjungan pertama telah dilaksanakan pada tahun 2018 silam,” jelasnya kepada Majalah Gontor.
Eko menambahkan, selain kerjasama dalam penelitian bersama, publikasi dan program pertukaran mahasiswa, staf dan dosen, pada pertemuan antara kedua institusi tersebut juga telah dibahas potensi kolaborasi, visiting fellowship, mengadakan konferensi/seminar bersama, leadership program, dan kolaborasi dalam menerbitkan makalah dalam journal of Islamic Studies.
Dalam kunjungan itu Rektor UNIDA Gontor, Prof Dr Hamid Fahmy Zarkasyi, didampingi oleh Wakil Rektor Bidang Riset dan Jejaring, Dr Khoirul Umam. Kemudian juga hadir dalam rombongan Pimpinan Pesantren Tazakka Batang, Dr KH Anang Rikza Masyhadi, dan Presiden Darunnajah University Jakarta, Dr KH Hadiyanto Arief. “Kemudian saya sendiri, Ustadz Royyan Ramdhani Djayusman, dosen UNIDA Gontor dan kandidat PhD di Kingston University, dan Muchammad Taufiq Affandi, dosen UNIDA Gontor dan mahasiswa PhD di Durham University,” jelas Eko.
Eko melanjutkan, delegasi UNIDA Gontor disambut langsung oleh Direktur dan Pendiri Oxford Centre for Islamic Studies, Dr Farhan Ahmad Nizami, dan Dosen Islamic Center Fakultas Teologi, Studi Islam, Dr Afifi Al-Akiti.
“Direktur OXCIS merespons kunjungan ini sangat penting untuk menjalin potensi kerjasama antara dua institusi dan segera untuk merealisasikannya,” paparnya kembali.
“Harapan dari pertemuan tersebut agar terjalin hubungan silaturahmi akademik dengan baik dan segera mewujudkan potensi kolaborasi yang telah dibahas dalam pertemuan tersebut,” lanjut Eko.
Selain berkunjung ke OXCIS, delegasi UNIDA Gontor juga menyambangi Universitas Dundee. Menurut Eko, kunjungan UNIDA Gontor tersebut juga dalam rangka menjalin kerjasama di bidang penilitian dan pendidikan.
“Kunjungan itu dilakukan sebelum ke OXCIS dan itu suatu kehormatan bagi UNIDA Gontor karena Universitas Dundee merupakan salah satu kampus bergengsi di Inggris,” ujarnya.
Terkenal dengan program Islamic Finance yang bagus, UNIDA Gontor mencoba untuk belajar dan mempraktikkan program tersebut serta mendiskusikan potensi kerjasama antara kedua universitas.
Menurut Eko, Program Keuangan Islam di University of Dundee unik karena pada dasarnya merupakan hasil dari upaya yang diatur antara dua institusi terkemuka, Universitas Dundee dan Perguruan Tinggi al-Maktoum. ‘Pernikahan’ tersebut melahirkan salah satu program keuangan Islam kontemporer paling sukses di Dunia Barat.
“Perwakilan masing-masing universitas mengadakan diskusi seru di Peters Building, University of Dundee, Scotland, UK,” jelasnya.
Dalam kunjungan tersebut, delegasi Universitas Darussalam Gontor mendapat kehormatan untuk bertemu dengan Associate Dean International and Student Admissions, School of Business, University of Dundee, Prof Bill Russell, Kepala Departemen Islamic Finance, School of Business, University of Dundee, Lukman Hakim, PhD dan Kepala Sekolah Tinggi & Wakil Rektor, Sekolah Tinggi Pendidikan Tinggi Al-Maktoum, Dr AG Abubaker.
Dalam pertemuan tersebut, selain membahas kolaborasi yang menjanjikan dalam penelitian bersama, seminar bersama, dan pertukaran mahasiswa dan staf, kedua belah pihak senang mendiskusikan wacana terkini tentang ekonomi dan keuangan Islam, termasuk bagaimana maqasid syariah dapat dimasukkan dengan benar untuk meningkatkan ekonomi dan keuangan Islam.
“Pertemuan tersebut merupakan tonggak penting bagi Universitas Darussalam Gontor dan diharapkan dapat membuka jalan bagi kerjasama akademik, penelitian, dan berbagi pengetahuan lebih lanjut antara kedua universitas,” ungkapnya. [] Devi Lusianawati